Sukses

Pilpres AS 2024: Joe Biden Sebut Donald Trump Ancaman bagi Demokrasi

Joe Biden dan Trump diprediksi akan kembali berhadapan dalam panggung utama Pilpres AS 2024.

Liputan6.com, Washington - Dihadapkan pada tingkat persetujuan yang stagnan dan kekhawatiran akan usianya yang sudah lanjut, Joe Biden berusaha membangkitkan semangat para pendukungnya dan mereka yang masih ragu-ragu untuk memilihnya dalam Pilpres Amerika Serikat (AS) 2024.

Pada Kamis (28/9/2023), pria berusia 80 tahun itu dengan berapi-api mengatakan bahwa karakter dan masa depan AS terancam oleh nilai-nilai otoriter dari gerakan Make America Great Again (MAGA) yang diproklamirkan Donald Trump (77).

Biden dan Trump diprediksi akan kembali berhadapan dalam panggung utama Pilpres AS 2024.

"Ada sesuatu yang berbahaya sedang terjadi di AS," ujarnya di Phoenix, Arizona, seperti dilansir The Guardian, Minggu (1/10). "Ada gerakan ekstremis yang tidak memiliki keyakinan dasar demokrasi kita: gerakan MAGA ... Sejarah telah membawa kita ke masa ujian baru."

"Saat ini kita semua dihadapkan pada pertanyaan, apa yang akan kita lakukan untuk mempertahankan demokrasi kita?"

Biden menyampaikan pidatonya tersebut dalam sebuah acara yang digelar untuk mengenang mendiang politikus Republikan John McCain, yang kerap mengkritik Trump sebelum kematiannya pada tahun 2018.

Presiden AS itu hanya sekali menyebut Trump dalam pidatonya yang berdurasi setengah jam, di mana dia membandingkan norma dan tradisi demokrasi dengan perilaku yang menjadi ciri pendahulunya.

"Demokrasi berarti kekuasaan rakyat, bukan kekuasaan monarki, bukan kekuasaan uang, bukan kekuasaan yang berkuasa. Apapun partainya, itu berarti pemilu yang bebas dan adil, menghormati hasil, menang atau kalah. Artinya, Anda tidak bisa mencintai negara Anda hanya jika Anda menang," kata Biden.

"Demokrasi berarti menolak dan mencegah kekerasan politik. Terlepas dari partainya, kekerasan seperti itu tidak pernah, tidak pernah, dan tidak dapat diterima di AS. Itu tidak demokratis dan tidak boleh dinormalisasi untuk mendapatkan kekuasaan politik."

Pernyataan Biden diyakini merujuk pada serangan ke Gedung Capitol pada 6 Januari 2021 oleh massa pendukung Trump.

Meskipun Trump gagal membatalkan hasil Pilpres AS 2020, Biden memperingatkan bahwa bahayanya belum berlalu.

"Saat ini, demokrasi masih dalam bahaya. Ini bukan hiperbola. Itu adalah kebenaran yang sederhana," tuturnya.

Ancaman kekerasan terus berlanjut, katanya, dan yang terbaru ditujukan kepada Jenderal Mark Milley, ketua kepala staf gabungan angkatan bersenjata AS.

Baru-baru Trump dalam sebuah unggahannya di media sosial menuduh Milley bersalah atas "pengkhianatan".

"Sejujurnya, para ekstremis MAGA ini tidak tahu apa yang mereka bicarakan," kata Biden.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sorot Karakter Partai Republik

Biden sendiri menggambarkan hubungannya dengan McCain sebagai penghormatan yang pantas bagi demokrasi AS karena keduanya sering terlibat dalam kerja sama bipartisan ketika mereka menjadi senator, meskipun berasal dari partai yang berbeda. Sebuah ciri yang menurut Biden tidak dapat terjadi oleh karakter Partai Republik saat ini.

"Tidak ada keraguan bahwa Partai Republik saat ini digerakkan dan diintimidasi oleh ekstremis MAGA," ungkap Biden.

"Agenda ekstrem mereka, jika terlaksana, akan secara mendasar mengubah institusi demokrasi AS yang kita kenal."

Biden dilaporkan secara teratur menggambarkan Trump sebagai ancaman terhadap demokrasi di hadapan para pendonor di acara-acara pengumpulan dana untuk Pilpres AS 2024. Pidatonya pada Kamis adalah pertama kalinya dia menyampaikan hal tersebut secara terbuka sekaligus mengindikasikan bahwa dia bermaksud menjadikan tema tersebut sebagai isu utama kampanyenya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini