Sukses

7 Oktober 2013: Rentetan Serangan Menyasar Keamanan Mesir, Puluhan Nyawa Melayang

Paling tidak sepuluh nyawa melayang dalam rentetan serangan di Mesir pada hari Senin, 7 Oktober 2013, dengan mayoritas korban adalah tentara dan petugas polisi.

Liputan6.com, Kairo - Paling tidak sepuluh nyawa melayang dalam rentetan serangan di Mesir pada hari Senin, dengan mayoritas korban adalah tentara dan petugas polisi. 

Kekerasan ini merupakan gelombang baru yang menyusul bentrokan berdarah di seluruh negeri pada 7 Oktober 2013.

Serangan paling mematikan terjadi di Ismailia, kota yang berada di tepi Terusan Suez, sebelah timur Kairo. 

Kelompok bersenjata bersorban menyerang patroli militer, mengakibatkan tewasnya enam tentara, termasuk seorang letnan.

Sementara itu, di Sinai, seorang pelaku bom bunuh diri menabrak markas keamanan di kota selatan El-Tor dengan mobilnya. 

Serangan ini renggut empat nyawa, termasuk pelaku bom, dan melukai 55 orang lainnya.

Mengutip dari Al-Jazeera, Sabtu (7/10/2023), Menteri Dalam Negeri Mesir, Mohamed Ibrahim, mengonfirmasi bahwa serangan ini merupakan aksi bom bunuh diri dan menyatakan bahwa tujuannya adalah "mengalihkan" perhatian publik serta menimbulkan ketidakstabilan.

Sejak tentara Mesir menggulingkan Presiden Mohamed Morsi, serangan hampir setiap hari terjadi di Semenanjung Sinai selama tiga bulan terakhir sejak kejadian Oktober 2013.

Namun, ini merupakan salah satu serangan pertama di Selatan Sinai, yang sebelumnya dikenal sebagai destinasi wisata yang relatif aman selama bertahun-tahun.

Selain itu, para penyerang juga menyasar kompleks yang menampung stasiun bumi satelit utama Mesir di Maadi, sebuah pinggiran kota di selatan Kairo. Mereka melepaskan setidaknya dua granat-propelan roket.

Serangan ini pada akhirnya hanya menyebabkan kerusakan kecil, namun tetap menjadi serangan paling berarti di ibu kota sejak percobaan pembunuhan terhadap menteri dalam negeri bulan lalu.

Seorang pejabat keamanan senior mengungkapkan, "Kami mempersiapkan diri untuk yang lebih buruk," kepada Associated Press.

2 dari 3 halaman

Tewaskan Banyak Korban

Kekerasan pada hari Senin itu terjadi sehari setelah sedikitnya 51 orang tewas dalam bentrokan antara pasukan keamanan dan warga sipil bersenjata di satu sisi, serta pendukung Morsi di sisi lain.

Ribuan warga Mesir turun ke jalan pada hari Minggu untuk merayakan liburan 6 Oktober, yang menandai dimulainya perang Mesir melawan Israel pada tahun 1973. 

Pendukung Morsi mengorganisir protes mereka sendiri dengan harapan dapat menduduki Tahrir Square yang ikonik di Kairo, yang dijaga ketat oleh pasukan keamanan.

Pertempuran sengit berlangsung selama berjam-jam di beberapa wilayah di seluruh ibu kota. 

Sebagian besar korban adalah pendukung Morsi, yang bersumpah dalam pernyataan pada hari Senin untuk melanjutkan protes mereka, "diberdayakan oleh darah dan jiwa mulia para syuhada." 

Mereka memanggil untuk protes lanjutan pada Selasa dan Jumat setelahnya. 

3 dari 3 halaman

Penggulingan Presiden

Meskipun Morsi adalah presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis dan juga sipil, dia digulingkan setelah satu tahun menjabat sebagai akibat dari protes massal yang besar pada bulan Juni dan Juli 2013.

Selain itu, di hari yang sama, sebuah panel hakim merekomendasikan pembubaran sayap politik Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai Kebebasan dan Keadilan, yang mengisyaratkan adanya penindakan yang lebih luas terhadap kelompok tersebut.

Rekomendasi dari panel tersebut akan disampaikan kepada pengadilan di Kairo yang akan mengkaji kasus pembubaran partai ini pada tanggal 19 Oktober 2013.

Selama tiga bulan sejak penggulingan Morsi, ribuan pendukungnya telah tewas dan lebih dari 2.000 lainnya dipenjarakan. Saat itu, situasinya tetap tegang dan tidak pasti di Mesir.