Liputan6.com, Ankara - Tablet tanah liat yang baru ditemukan dari 3.000 tahun lalu, telah mengungkapkan bahasa yang telah lama hilang. Temuan ini mencakup teks ritual misterius dari salah satu kekaisaran kuno terkuat masa itu.
Tablet tersebut ditemukan di Boğazköy-Hattuşa di bagian tengah utara Turki, di situs Hattusha, yang merupakan ibu kota Hittite dari sekitar tahun 1600 SM hingga sekitar tahun 1200 SM.
Baca Juga
Sekarang, wilayah tersebut merupakan salah satu situs Warisan Dunia UNESCO.
Advertisement
Tablet ini ditemukan awal tahun 2023, dan hasil penemuan tersebut diterbitkan oleh Universitas Würzburg pada tanggal 21 September di tahun yang sama.
Melansir dari the-sun.com, Minggu (5/22/2023), penemuan ini ditemukan selama ekspedisi tahunan yang dipimpin oleh Andreas Schachner, seorang arkeolog dari Institut Arkeologi Jerman.
Schachner segera dapat mengidentifikasi bahwa tablet ini ditulis dalam teks ritual. "Namun, kami menemukan teks di seluruh situs yang telah dipindahkan oleh erosi."
Schacher menjelaskan bahwa sejumlah teks tersebut kemungkinan disimpan bersama sebagai perpustakaan atau arsip.
Mereka mempersempit beberapa tablet dan mengirimkannya untuk dipelajari kembali di Jerman.
Daniel Schwemer, seorang profesor dan ketua Studi Kekaisaran Timur Dekat Kuno di Universitas Würzburg, mengidentifikasikan tepat dari wilayah mana bahasa tersebut berasal. Ia mengidentifikasi bahasa itu sebagai bahasa Kalašma, sebuah wilayah di tepi barat laut Hittite, dekat dengan kota Bolu di Turki modern.
Ia juga menjelaskan bahwa bangsa Hittite sangat tertarik pada ritual agama asing.
Peneliti Masih Mempelajari
"Hittite memiliki minat yang unik dalam mencatat ritual dalam bahasa asing," kata Schwemer dalam pernyataan Universitas Würzburg.
Hittite adalah salah satu kekaisaran terkuat di dunia kuno karena mereka berperang dalam Pertempuran Kadesh melawan Mesir untuk mengendalikan Canaan, yang sekarang merupakan bagian dari Suriah selatan, Lebanon, dan Israel.
Sejauh ini masih belum jelas apa yang tertulis di tablet tanah liat tersebut.
Peneliti masih mempelajarinya untuk mengklarifikasinya dan tidak akan merilis foto-foto tablet tersebut hingga mereka selesai.
Namun, temuan ini telah membawa ilmuwan ke arah yang lebih baik dalam memahami bagaimana bahasa-bahasa kuno berfungsi pada saat itu.
"Ritual-ritual ini memberikan wawasan berharga tentang lanskap linguistik yang kurang dikenal di Anatolia Zaman Perunggu Akhir, di mana tidak hanya bahasa Hittite yang digunakan," kata Schwemer.
Advertisement
Ilmuwan Prediksi Masa Kehidupan Mamalia di Bumi Sudah Separuh Berakhir
Bicara soal peneliti atau ilmuwan, tak hanya bisa menemukan hal-hal baru, mereka ternyata juga dapat memprediksi sesuatu lewat ilmu mereka.
Sudah sekitar 250 juta tahun sejak hewan-hewan yang mirip dengan reptil berevolusi menjadi mamalia. Kini, sekelompok ilmuwan memprediksi bahwa mamalia mungkin hanya punya waktu sekitar 250 juta tahun lagi.
Para peneliti membuat simulasi virtual masa depan Bumi, seperti model yang telah memproyeksikan pemanasan global yang disebabkan oleh manusia dalam satu abad mendatang. Dengan memanfaatkan data mengenai pergerakan benua di seluruh dunia dan fluktuasi dalam komposisi kimia atmosfer, penelitian terbaru ini memproyeksikan jauh ke masa depan.
Melansir dari The New York Times, Jumat (29/9/2023), Alexander Farnsworth, seorang ilmuwan paleoklimatologi di University of Bristol yang memimpin tim, menyatakan bahwa planet ini kemungkinan akan mengalami pemanasan yang membuatnya tidak lagi dapat dihuni oleh mamalia, termasuk manusia di daratan.
Para peneliti menemukan bahwa perubahan iklim ini disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu peningkatan intensitas cahaya matahari, pergeseran geografis benua, dan peningkatan kadar karbon dioksida.
Ilmuwan Temukan Cat Terputih yang Dapat Kurangi Pemanasan Global
Ada juga temuan ilmuwan yang bermanfaat dan dapat menjadi solusi dari suatu masalah global.
Baru-baru ini seorang ilmuwan dari Purdue University, Amerika Serikat, dikabarkan berhasil menemukan atau membuat cat terputih di dunia. Adapun cat berwarna putih ini diklaim bisa mengurangi dampak pemanasan global.
Melansir dari Nytimes, Selasa (25/7/2023), ilmuwan tersebut adalah Xiulin Ruan seorang profesor teknik mesin yang berhasil menemukan cat paling putih bersama murid-muridnya. Pada 2020, Ruan dan timnya meluncurkan kreasi sejenis cat putih yang berfungsi untuk menjadi reflektor.
Reflektor tersebut memantulkan 95 persen sinar matahari dari permukaan bumi naik melalui atmosfer dan luar angkasa.
Menurut penemuannya dari beberapa bulan kemudian, mereka menemukan sebuah formulasi yang lebih manjur dalam meningkatkan pantulan sinar matahari sampai 98 persen.
Melalui penemuan cat terputih di dunia tersebut bisa menjaga permukaan untuk tetap dingin. Sehingga cat ini juga dapat digunakan dalam beberapa alat transportasi seperti kereta, mobil, hingga pesawat terbang.
Advertisement