Liputan6.com, Homs - Lebih dari 100 orang terbunuh akibat serangan yang terjadi di akademi militer Suriah. Yang tewas tidak hanya personel militer Suriah, melainkan masyarakat sipil.
Dilaporkan The Guardian, Jumat (6/10/2023), serangan yang terjadi disebut sebagai salah satu yang paling berdarah terhadap tentara Suriah. Negara tersebut masih terus perang saudara dalam 12 tahun terakhir.
Baca Juga
Menteri pertahanan Suriah, Ali Mahmoud Abbas, menghadiri acara kelulusan di akademi tersebut, namun ia sudah pergi beberapa menit sebelum peristiwa ledakan.
Advertisement
Seseorang yang melihat kondisi di TKP menyebut banyak orang yang tewas seketika.
"Setelah upacara, orang-orang pergi ke halaman dan ada ledakan. Kami tidak tahu dari mana datangnya dan mayat-mayat berserakan di tanah," ujar seorang pria Suriah yang membantu dekorasi acara.
Kementerian Pertahanan Suriah menyebut kelompok "teroris" menggunakan drones untuk menyerang akademi tersebut. Pernyataan Kemhan Suriah tidak secara spesifik menyebut kelompok mana yang dimaksud.
Kementerian pertahanan dan luar negeri Suriah bersumpah akan merespons serangan tersebut "dengan kekuatan penuh".
Berdasarkan rekaman kejadian yang diterima Reuters melalui WhatsApp, tampak sejumlah orang yang berdarah-darah, bahkan ada yang terlihat masih terbakar.
Pemerintah berkata korban meninggal ada 100 orang, tetapi Syrian Observatory of Human Rights berkata ada lebih dari 100 yang meninggal dan 125 terluka.
Suriah kini masih dikuasai oleh Bashar Al-Assad yang berkuasa sejak 2000. Pada 2011, Assad menghadapi penentangan dari kelompok oposisi, dan konflik bersenjata pun terjadi selama bertahun-tahun.
PBB: ISIS Masih Punya Ribuan Pasukan di Suriah dan Irak serta Menimbulkan Ancaman di Afghanistan
Sebelumnya dilaporkan:Â
ISISÂ masih memiliki 5.000 dan 7.000 pasukan di Suriah dan Irak. Hal tersebut diungkapkan para ahli PBB dalam laporan kepada Dewan Keamanan (DK) PBB yang diedarkan Senin (14/8/2023).
Selama paruh pertama tahun 2023, sebut para ahli, ancaman yang ditimbulkan ISIS mayoritas tetap tinggi di zona konflik dan rendah di area non-konflik. Namun, panel tersebut mengatakan bahwa situasi keseluruhan bersifat dinamis dan meskipun kelompok kehilangan kepemimpinan secara signifikan serta aktivitas di Suriah dan Irak berkurang, risiko kebangkitannya tetap ada.
 "Kelompok itu telah mengadaptasi strateginya, menyatukan dirinya dengan penduduk lokal, dan berhati-hati dalam memilih pertempuran ... sambil membangun dan merekrut kembali dari kamp-kamp di Suriah timur laut dan komunitas rentan, termasuk di sejumlah negara tetangga," ungkap para ahli seperti dilansir AP, Kamis (16/8).
Kelompok ISIS mendeklarasikan kehadirannya di sebagian besar wilayah Suriah dan Irak yang direbutnya pada tahun 2014. Meski dinyatakan kalah di Irak pada tahun 2017, namun sel-sel tidurnya tetap ada di kedua negara.
Di Suriah timur laut, sekitar 11.000 tersangka ISIS ditahan di fasilitas Pasukan Demokratik Suriah pimpinan Kurdi, yang telah memainkan peran penting dalam perang melawan ISIS.
"Pasukan (ISIS yang ditahan) termasuk lebih dari 3.500 warga Irak dan sekitar 2.000 dari hampir 70 negara," ujar panel ahli PBB.
Suriah timur laut juga merupakan lokasi dua kamp tertutup, yaitu al-Hol dan Roj, di mana para ahli PBB mengatakan bahwa sekitar 55.000 orang yang diduga memiliki hubungan atau ikatan keluarga dengan ISIS hidup dalam kondisi mengerikan dan kesulitan kemanusiaan yang signifikan.
Menurut panel ahli PBB, sekitar dua per tiga dari populasi di kamp-kamp tersebut adalah anak-anak termasuk lebih dari 11.800 warga Irak, hampir 16.000 warga Suriah, dan lebih dari 6.700 anak muda dari lebih dari 60 negara lain.
Advertisement
ISIS Ancaman Teroris Paling Serius di Afghanistan
Soal Afghanistan, panel ahli PBB mengatakan bahwa anggota PBB menilai kelompok ISIS merupakan ancaman teroris paling serius bagi negara itu dan kawasan yang lebih luas.
ISIS dilaporkan telah meningkatkan kemampuan operasionalnya dan sekarang memiliki sekitar 4.000 hingga 6.000 pasukan dan keluarganya di Afghanistan.
Di Afrika, para ahli PBB mengungkap catatan positif, yaitu pengerahan pasukan regional di Provinsi Cabo Delgado, Mozambik, mengganggu afiliasi ISIS. Negara-negara di kawasan memperkirakan kelompok itu sekarang memiliki 180-220 pasukan laki-laki dengan pengalaman medan perang, turun dari sebelumnya 280.
Para ahli PBB menuturkan, sejumlah negara mengungkapkan kekhawatiran bahwa kelompok teroris seperti ISIS dapat mengeksploitasi kekerasan politik dan ketidakstabilan di Sudan yang dilanda konflik.
Dan beberapa negara menilai bahwa afiliasi ISIS di Sahel Afrika menjadi semakin otonom dan telah memainkan peran penting dalam eskalasi kekerasan di wilayah tersebut, bersama dengan kelompok teroris lainnya. Penilaian itu merujuk pada meningkatnya serangan ISIS di Mali, Burkina Faso, dan Niger.