Sukses

10 Oktober 2015: 2 Ledakan di Turki Tewaskan 100 Orang dan Lukai Ratusan Lainnya

Pada tanggal 10 Oktober 2015, terjadi dua ledakan mengerikan selama aksi damai di ibu kota Turki, Ankara.

Liputan6.com, Ankara - Pada tanggal 10 Oktober 2015, telah terjadi dua ledakan mengerikan selama aksi damai di ibu kota Turki, Ankara, yang mengakibatkan kematian hampir 100 orang dan melukai 245 lainnya, menurut pejabat.

Adegan panik tergambar jelas dalam rekaman TV, dengan orang-orang tergeletak di tanah yang dipenuhi darah, di tengah baliho-baliho protes.

Ledakan tersebut terjadi dekat stasiun kereta api pusat kota ketika orang-orang berkumpul untuk sebuah mars yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok kiri.

Dikutip dari laman BBC, Selasa (10/10/2023) serangan ini menjadi yang paling mematikan dalam sejarah Turki.

Sebagai respons, Perdana Menteri Ahmet Davutoglu memproklamasikan tiga hari berkabung nasional dan menyebutkan adanya bukti bahwa dua pengebom bunuh diri terlibat dalam serangan ini.

Presiden Recep Tayyip Erdogan dengan tegas menyebut serangan ini sebagai tindakan terorisme yang "memuakkan" dan membatalkan kunjungannya ke Turkmenistan yang sudah direncanakan.

Serangan ini terjadi tiga minggu sebelum pemilihan parlemen ulang yang tidak pasti pada Juni 2015.

Mars damai tersebut bertujuan mengakhiri kekerasan antara militan separatis Kurdi PKK dan pemerintah Turki dan seharusnya dimulai pukul 12:00 waktu setempat.

Partai pro-Kurdi HDP adalah salah satu peserta, dan mereka menyatakan anggotanya mungkin menjadi target utama serangan ini.

Pemimpin HDP, Selahettin Demirtas, menyalahkan negara atas serangan ini dan membatalkan semua kampanye pemilihan. Demirtas dengan keras mengutuk pemerintah sebagai "pembunuh" yang berlumuran darah.

Sebelumnya, partai tersebut juga menuduh pemerintah berkolusi dalam serangan terhadap aktivis Kurdi, meskipun pemerintah membantahnya.

Ledakan terjadi hanya beberapa saat setelah pukul 10:00 ketika orang-orang berkumpul untuk aksi damai.

Rekaman video amatir menampilkan sekelompok anak muda yang bergandengan tangan dan bernyanyi sebelum ledakan pertama terjadi.

 

2 dari 3 halaman

Turki Berkabung

Warga di seluruh Turki bersatu dalam berkabung atas korban serangan yang paling mematikan ini di tanah Turki.

Banyak yang merasa khawatir tentang masa depan keamanan, mengingat serangan bisa terjadi di tengah ibu kota.

Mereka bertanya-tanya bagaimana keamanan akan dipertahankan selama pemilihan dalam tiga minggu mendatang sejak kejadian itu.

Seorang saksi mata, Murat Tasdemir, yang kehilangan dua temannya dalam serangan itu, berkata, "Mereka sekarang sudah mati. Banyak teman saya yang terluka. Kami harus membawa orang mati dan yang terluka ke ambulans sendiri."

Mereka yang datang untuk berkumpul dalam aksi damai ini, yang seharusnya menjadi hari damai, dihancurkan oleh dua ledakan yang terjadi dalam hitungan detik.

Saat ini, situs tersebut dianggap sebagai tempat kejahatan, dengan unit penyelidikan tempat kejadian yang sedang melakukan penyelidikan. Spanduk-spanduk bertuliskan "Damai" tergeletak di tanah.

3 dari 3 halaman

Sudah Ramalkan akan Terjadi Hal Berbahaya

Situasi ini menjadi lebih tegang setelah gencatan senjata antara PKK dan pemerintah Turki runtuh pada bulan Juli, memicu serangkaian serangan saling balas antara kedua belah pihak serta meningkatnya ketegangan antara etnis Kurdi dan nasionalis Turki.

Dalam konteks pemilihan ulang yang intens pada bulan November, banyak yang sudah meramalkan kemungkinan terjadinya sesuatu yang berbahaya.

Partai pro-Kurdi HDP menyalahkan negara, mencirikan apa yang sering disebut sebagai "negara dalam" yang gelap, yaitu campuran pasukan nasionalis yang mendukung atau bekerja sama dengan pemerintah yang berkuasa.

Saat ini, Turki, seorang sekutu penting di Timur Tengah, sedang menghadapi serangkaian tantangan kompleks, termasuk polarisasi politik yang mendalam, ancaman dari ISIS, konflik antara etnis Kurdi dan nasionalis Turki, serta masalah pengungsi Suriah yang terus bertambah.

Tragedi di Ankara adalah cerminan dari periode yang sulit yang dihadapi oleh Turki saat itu.

Video Terkini