Sukses

Bendungan Himalaya India Jebol: Air Es Hanyutkan Rumah dan Tewaskan 31 Orang

Bendungan yang jebol itu baru berusia enam tahun.

Liputan6.com, Sikkim - Bendungan berusia enam tahun jebol di Himalaya India akibat curah ujan tinggi. Air sedingin es lantas menerjang tempat tinggal masyarakat dan menewaskan puluhan orang. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Jumat (6/10), air banjir sedingin es menyapu kota-kota di pegunungan, menghanyutkan rumah dan jembatan serta memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka.

Banjir mulai terjadi selepas Rabu tengah malam, sewaktu danau glasial di ketinggian gunung meluap setelah hujan lebat. Air membobol bendungan itu yang notabene terbesar di negara bagian Sikkim, dan mengalir melalui kota-kota di Lembah Lachan di bawahnya.

Ini adalah banjir maut terbaru yang melanda kawasan timur laut India dalam satu tahun dengan hujan monsun yang sangat lebat. Hampir 50 orang tewas dalam banjir bandang dan tanah longsor pada Agustus lalu di negara bagian Himachal Pradesh di dekatnya, dan hujan dengan curah yang mencatat rekor tertinggi pada Juli lalu menewaskan lebih dari 100 orang selama dua pekan di India Utara.

Desain dan lokasi bendungan Teesta-3 menjadi kontroversi sejak pembangunannya, yang merupakan bagian dari upaya pemerintah India untuk meningkatkan energi dari tenaga air. Para aktivis lokal berpendapat bahwa cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim membuat pembangunan bendungan di kawasan Himalaya sangat berbahaya.

“Terlepas ini adalah proyek terbesar di negara bagian ini, tidak ada sistem peringatan dini yang dipasang meskipun sudah tahu ada risiko mengenai luapan gletser,” kata Himanshu Thakkar, dari organisasi nonpemerintah South Asian Network for Rivers, Dams and People. 

2 dari 4 halaman

Kabar Sebelumnya

Sebelumnya, sebanyak 14 orang tewas dan 102 orang hilang setelah hujan lebat menyebabkan danau glasial Himalaya di timur laut India meluap, dan tim penyelamat terhambat oleh jembatan yang rusak dan sungai yang berarus deras," kata para pejabat pada Kamis (5/10).

 Danau Lhonak di negara bagian Sikkim meluap pada Rabu 4 Oktober 2023 dan menyebabkan banjir besar, yang menurut pihak berwenang telah berdampak pada kehidupan 22.000 orang. Ini adalah peristiwa cuaca mematikan terbaru di pegunungan Asia Selatan yang diduga disebabkan oleh perubahan iklim.

"Operasi pencarian dilakukan dalam kondisi hujan yang terus-menerus, air yang mengalir deras di Sungai Teesta, jalan dan jembatan tersapu di banyak tempat," kata juru bicara kementerian pertahanan.

Hingga Kamis pagi, badan penanggulangan bencana negara mengatakan 26 orang terluka dan 102 orang hilang, 22 di antaranya adalah personel militer. 11 jembatan dilaporkan hanyut.

Rekaman video dari kantor berita ANI menunjukkan air banjir melonjak ke kawasan built-up area, di mana beberapa rumah runtuh, pangkalan militer dan fasilitas lainnya rusak dan kendaraan terendam.

Citra satelit menunjukkan bahwa hampir dua pertiga danau tersebut tampaknya telah dikeringkan.

Departemen layanan cuaca India memperingatkan akan terjadinya tanah longsor dan gangguan penerbangan karena diperkirakan akan terjadi lebih banyak hujan selama dua hari ke depan di beberapa bagian Sikkim dan negara bagian sekitarnya.

Sikkim terputus dari Siliguri di Benggala Barat karena jalan raya utama runtuh.

3 dari 4 halaman

Solar dan Bensin Langka

GT Dhungel, anggota Dewan Legislatif Sikkim mengatakan kepada Reuters bahwa bensin dan solar sudah langka di ibu kota negara bagian, Gangtok, namun makanan mudah didapat.

Hujan deras menyebabkan curah hujan dalam jumlah besar dalam waktu singkat di danau glasial Lhonak pada hari Rabu, memicu banjir bandang di Lembah Teesta, sekitar 150 km utara Gangtok dekat perbatasan dengan Tiongkok.

Laporan tahun 2020 yang dikeluarkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Nasional India mengatakan danau glasial terus bertambah dan menimbulkan potensi risiko besar terhadap infrastruktur hilir dan kehidupan karena gletser di Himalaya berada dalam fase penyusutan akibat perubahan iklim.

"Sedihnya, ini adalah yang terbaru dari serangkaian banjir bandang mematikan yang melanda wilayah Hindu Kush-Himalaya pada musim hujan ini, menjadikan realitas kerentanan ekstrem wilayah ini terhadap perubahan iklim menjadi semakin nyata," kata Pema Gyamtsho, direktur jenderal Pusat Internasional untuk Pengembangan Pegunungan Terpadu yang berbasis di Nepal.

4 dari 4 halaman

Prediksi Danau Meluap 1 Dekade Lalu: 42 Persen

Sebuah artikel yang ditulis oleh para ilmuwan di Pusat Penginderaan Jauh Nasional India satu dekade lalu telah memperingatkan kemungkinan meluapnya danau tersebut "sangat tinggi" yaitu sebesar 42 persen.

Bencana yang terjadi pada hari Rabu ini lebih buruk dibandingkan ketika danau jebol di Sikkim pada tahun 1968, karena melibatkan pelepasan air bendungan dari bendungan Teesta V milik NHPC, menurut para pejabat.

Sumber pemerintah mengatakan kepada Reuters bahwa empat gerbang bendungan telah tersapu air dan tidak jelas mengapa gerbang tersebut tidak dibuka tepat waktu. NHPC mengatakan pihaknya akan menilai kerusakan saat ketinggian air surut ke normal.​

Sementara itu, daerah pegunungan lainnya di India, serta wilayah tetangga Pakistan dan Nepal telah dilanda hujan lebat, banjir dan tanah longsor dalam beberapa bulan terakhir, yang menewaskan banyak orang.

Kementerian Pertahanan India mengatakan kepada BBC bahwa operasi pencarian dan penyelamatan telah diluncurkan dan pihaknya sedang menunggu informasi lebih lanjut.

Upaya penyelamatan juga sedang dilakukan di bagian lain negara bagian Sikkim, ketika seluruh lingkungan telah terendam banjir, merusak rumah-rumah dan membuat orang mengungsi.

Pihak berwenang sudah mulai mengevakuasi orang-orang dari daerah dataran rendah.

Media lokal melaporkan bahwa lebih dari 3.000 wisatawan termasuk di antara mereka yang terjebak di daerah tersebut.