Sukses

Kualitas Udara di Singapura Masuk Kategori Buruk, Sorot Hotspot Kebakaran Hutan Indonesia Bertambah

Terakhir kali Singapura mencatat angka PSI dalam waktu 24 jam lebih tinggi dari 80 adalah pada tahun 2019. Kualitas udara Singapura masuk kategori tidak sehat pada Sabtu (7/10/2023), ketika pihak berwenang memperingatkan kondisi berkabut akibat peningkatan jumlah titik panas di Indonesia.

Liputan6.com, Singapura - Kualitas udara di Singapura masuk kategori tidak sehat pada Sabtu (7/10/2023), ketika pihak berwenang memperingatkan kondisi berkabut akibat peningkatan jumlah hotspots atau titik panas di Indonesia.

Pada pukul 16.00, Indeks Standar Pencemaran (PSI) 24 jam untuk wilayah timur dan tengah Singapura tercatat masing-masing sebesar 119 dan 110. National Environment Agency (NEA) atau Badan Lingkungan Hidup Nasional menganggap angka 101-200 sebagai "tidak sehat".

Dilansir CNA, Sabtu (7/10/2023), badan tersebut memperkirakan kondisi "sedikit berkabut" sepanjang hari Sabtu di wilayah utara, selatan, timur, dan tengah Singapura, namun hanya wilayah barat yang mengalami kondisi berawan.

NEA pada Jumat malam mengatakan bahwa kualitas udara bisa memasuki kisaran tidak sehat pada akhir pekan ini jika kebakaran hutan terus berlanjut di Indonesia, ditambah dengan arah angin yang tidak mendukung.

Badan ini mencatat adanya "peningkatan signifikan" dalam jumlah titik panas di Sumatera, dengan 212 titik api terdeteksi pada hari Jumat dibandingkan dengan 65 titik api pada hari Kamis dan 15 titik api pada hari Rabu."

"Kepulan asap dan kabut teramati dari citra satelit di wilayah selatan dan tengah Sumatra. Pergeseran singkat arah angin sore ini, dari tenggara ke selatan, meniupkan sebagian kabut tipis ke arah Singapura dan menyebabkan penurunan kualitas udara," ungkap badan tersebut dalam pernyataan kepada media.

"Ada kemungkinan kabut asap akan mempengaruhi Singapura pada akhir pekan mendatang jika kebakaran hutan terus terjadi dan arah angin tidak mendukung," sambungnya.

2 dari 4 halaman

Imbauan untuk Masyarakat

Badan tersebut juga turut mengeluarkan peringatan dan imbauan untuk masyarakat terkait dengan kualitas udara yang memburuk.

"Himbauan sebelumnya telah dikeluarkan untuk berbagai sektor termasuk institusi kesehatan, taman kanak-kanak, sekolah dan tempat kerja untuk mengingatkan mereka agar mengambil langkah-langkah pengelolaan kabut asap yang tepat jika PSI 24 jam memasuki kisaran tidak sehat, terutama untuk melindungi kelompok yang lebih rentan," kata NEA.

Terakhir kali angka PSI dalam waktu 24 jam lebih tinggi dari 80 adalah pada tahun 2019.

3 dari 4 halaman

Malaysia Sebut Kabut Asap Seharusnya Tidak Jadi Hal Normal, Desak Indonesia Bertindak

Adapun sebelumnya Malaysia mulai ambil tindakan terkait kabut asap yang melanda sejumlah bagian negaranya. Terkini, dengan mengirimkan surat ke Indonesia melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Indonesia, Siti Nurbaya Bakar.

Natural Resources, Environment and Climate Change (NRECC) atau Menteri Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim (NRECC) Nik Nazmi Nik Ahmad mengatakan surat telah dikirimkan dalam upaya menyelesaikan masalah kabut asap lintas batas yang berdampak pada negara tersebut.

Sementara pihak Indonesia membantah bahwa asap yang melanda sejumlah bagian di Malaysia berasal dari negara tersebut.

"Kebakaran hutan di beberapa wilayah Indonesia telah menurun dan tidak ada kabut asap yang terdeteksi berpindah ke Malaysia," kata Menteri Lingkungan Hidup Indonesia pada Jumat (6/10/2023) seperti dikutip dari Channel News Asia.

Pernyataan tersebut disampaikan sehari setelah negara tetangganya mendesak pemerintah Indonesia di Jakarta untuk mengambil tindakan karena kualitas udara yang memburuk.

Nik Nazmi Nik Ahmad, Menteri Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Malaysia, dalam sebuah wawancara dengan Reuters, mengatakan ia telah meminta rekannya dari Indonesia untuk mengatasi kabut asap, ketika kualitas udara memburuk, dan mengatakan bahwa kabut asap seharusnya tidak menjadi hal yang normal.

"Saya tidak tahu dasar apa yang digunakan Malaysia dalam memberikan pernyataan tersebut. Kami melakukan hal ini bukan berdasarkan permintaan Malaysia," kata Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup, kepada Reuters.

 

4 dari 4 halaman

Singapura: Risiko Kabut Asap Lintas Batas Masih Ada

Sementara itu, sebelumnya Channel News Asia juga menyebut negara tetangga Singapura telah memperingatkan bahwa "risiko terjadinya kabut asap lintas batas masih ada".

Musim kemarau di Indonesia tahun ini adalah yang terparah sejak tahun 2019, karena pola cuaca El Nino yang panas dan kering, sehingga mempersulit pengendalian kebakaran, kata pihak berwenang.

Hutan seluas lebih dari 267.900 hektar telah terbakar tahun ini, melebihi total tahun lalu sebesar 204.894 hektar, menurut data Kementerian Lingkungan Hidup.

Pada tahun 2015 dan 2019, kebakaran serupa menghanguskan jutaan hektar lahan di Indonesia dan menyebabkan kabut asap menyebar ke beberapa negara Asia Tenggara, sehingga menghasilkan emisi yang memecahkan rekor, kata para ilmuwan.

Lemahnya penegakan hukum menyebabkan kebakaran seringkali tidak terkendali sehingga menghasilkan asap yang menimbulkan risiko kesehatan masyarakat dan mengganggu bisnis.

Para pejabat pertanian dan kehutanan di Asia Tenggara pada hari Jumat sepakat untuk mengambil tindakan untuk meminimalkan, dan pada akhirnya menghentikan, pembakaran tanaman.

Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mengakui “dampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan” dari praktik tersebut dan berjanji untuk secara kolektif mengurangi dan menghapusnya, kata mereka dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan di ibu kota Malaysia.

Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan telah menerima surat dari Malaysia yang menawarkan kerja sama dalam upaya pemadaman kebakaran.​