Sukses

Kemlu RI: Ada 13 Orang WNI di Gaza, Tak Ada yang Jadi Korban Konflik Israel-Hamas

Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada WNI yang jadi korban atas konflik Israel dan Hamas yang meletus pada Sabtu (7/10).

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada WNI yang jadi korban atas konflik Israel dan Hamas yang meletus pada Sabtu (7/10).

Kemlu RI juga menyebut ada 13 orang WNI yang tercatat berada di Gaza, Palestina.

"Hingga saat ini tidak ada WNI yang menjadi korban," kata Juru Bicara Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal dalam keterangan tertulisnya yang diterima Liputan6.com, Minggu (8/10/2023).

"Pemerintah Indonesia, melalui KBRI Amman, KBRI Cairo dan KBRI Libanon terus memantau situasi terakhir WNI dan berkoordinasi dengan simpul-simpul WNI di Gaza."

"Dalam catatan KBRI, jumlah WNI yang berdomisili di wilayah Gaza sebanyak 13 orang."

Lalu Muhammad Iqbal juga mengatakan, Indonesia menyampaikan rasa keprihatinannya terhadap eskalasi konflik Palestina-Israel.

"Indonesia sangat prihatin dengan meningkatnya eskalasi konflik antara Palestina-Israel," ujar Lalu Muhammad Iqbal.

"Indonesia mendesak agar tindakan kekerasan dihentikan untuk menghindari semakin bertambahnya korban manusia."

"Akar konflik tersebut, yaitu pendudukan wilayah Palestina oleh Israel harus diselesaikan, sesuai parameter yang sudah disepakati PBB."

2 dari 4 halaman

PM Israel Ngamuk, Berjanji Perang Tanpa Ampun dengan Hamas di Gaza Palestina

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah akan mengerahkan kekuatan penuh militer Israel melawan kelompok Hamas di Jalur Gaza.

Ia memperingatkan Israel akan mengalami hari-hari sulit di masa depan ketika negara itu membalas serangan mengejutkan yang telah menyebabkan ratusan orang tewas dan mengubah kota-kota perbatasan yang sepi menjadi zona perang.

 “Pasukan Pertahanan Israel akan segera bertindak untuk menghancurkan kemampuan Hamas,” kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi, dikutip dari BBC.

“Kami akan melumpuhkan mereka tanpa ampun dan membalas hari kelam yang mereka timbulkan terhadap Israel dan warganya,” dikutip dari laman

“Warga Gaza, keluarlah sekarang. Kami akan berada di mana saja dan dengan segenap kekuatan kami,” tambahnya, ketika ribuan tentara cadangan menuju pangkalan militer untuk melakukan serangan balasan.

Benjamin Netanyahu menyampaikan kemarahannya sekitar 16 jam setelah ratusan teroris Hamas menyusup ke Israel dari Gaza, menyerang kota-kota.

Tindakan Hamas ini menewaskan sedikitnya 250 orang Israel, banyak dari mereka warga sipil, melukai lebih dari 1.500 orang dan menyandera puluhan orang.

3 dari 4 halaman

Aksi Penculikan Warga Sipil

Ribuan roket dari Gaza menghantam wilayah selatan dan wilayah sejauh Tel Aviv dan Yerusalem dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Mereka adalah musuh yang membunuh anak-anak dan wanita di rumah mereka, di tempat tidur mereka. Musuh yang menculik orang tua, anak-anak, remaja," kata Netanyahu.

"Pembunuh yang membantai dan membantai warga negara kita, anak-anak kita, yang hanya ingin bersenang-senang di hari raya kita.”

“Apa yang terjadi hari ini belum pernah terjadi sebelumnya di Israel, dan saya akan memastikan hal itu tidak terjadi lagi.”

Sambil mengepalkan tinjunya dan melontarkan kata-katanya dengan kemarahan, Netanyahu bersumpah bahwa Israel akan “memenangkan perang ini,” namun memperingatkan akan konsekuensi yang besar, dan mengisyaratkan kemungkinan serangan darat.

“Perang ini akan memakan waktu. Ini akan sulit. Kami menghadapi hari-hari sulit di depan kami,” katanya.

Menuduh Hamas melancarkan “perang yang kejam dan jahat,” perdana menteri tersebut mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin dunia lainnya yang dia ajak bicara telah “berjanji bahwa Israel akan memiliki kebebasan bertindak untuk melanjutkan pertempuran ini.”

4 dari 4 halaman

230 Orang Palestina Dilaporkan Tewas

Lebih dari 230 warga Gaza telah terbunuh dan 1.000 lainnya terluka sejauh ini, menurut para pejabat di sana.

Tentara Israel telah meminta penduduk di tujuh wilayah berbeda di Gaza yang telah lama diblokade untuk meninggalkan rumah mereka dan pindah ke pusat kota atau berlindung di tempat penampungan.

Para saksi mata mengatakan kepada BBC bahwa puluhan keluarga mulai meninggalkan rumah mereka dan berlindung di sekolah-sekolah yang dikelola PBB.

Di X (sebelumnya Twitter), pengguna di Gaza menggambarkan serangan udara tersebut sebagai serangan yang "terus menerus" dan "besar-besaran".