Sukses

Timur Tengah Membara, Kemlu RI Minta WNI Tunda Perjalanan ke Palestina dan Israel

Kemlu RI mengatakan bahwa saat ini terdapat 45 WNI di Palestina, di mana 10 WNI berada di Gaza dan 35 WNI berada di Tepi Barat. Selain itu, terdapat pula 230 WNI yang sedang melakukan wisata religi di berbagai titik di Israel.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) menyatakan terus berkoordinasi dengan KBRI Amman, KBRI Kairo, dan KBRI Beirut untuk memonitor situasi di Palestina menyusul perang Hamas Vs Israel dan menyiapkan rencana kontingensi.

"Evakuasi menjadi salah satu bagian dari rencana kontingensi tersebut," ungkap Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) Kemlu RI Judha Nugraha, melalui keterangan tertulis pada Senin (9/10/2023).

Berdasarkan pemutakhiran data terakhir, saat ini terdapat 45 WNI di Palestina, di mana 10 WNI berada di Gaza dan 35 WNI berada di Tepi Barat. Pada awal tercatat terdapat 13 WNI di Gaza, namun belakangan tiga di antaranya telah keluar wilayah Gaza ke Mesir dan Indonesia.

"Selain 45 WNI tersebut, terdapat 230 WNI yang sedang melakukan wisata religi di berbagai titik di Israel. Hingga saat ini, tidak ada WNI yang menjadi korban," tutur Judha.

Kemlu meminta para WNI di Palestina dan Israel untuk meningkatkan kewaspadaan dan terus menjalin komunikasi dengan perwakilan RI.

Bagi WNI yang memiliki rencana kunjungan ke wilayah terkait, Judha menuturkan, agar menunda dan tidak melakukan perjalanan baik ke Palestina maupun Israel.

"Untuk kondisi darurat segera hubungi hotline KBRI Amman, KBRI Kairo, dan KBRI Lebanon," ujar Judha.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Respons Negara-negara Timur Tengah

Babak baru konflik Hamas dan Israel terjadi setelah kelompok yang berbasis di Jalur Gaza tersebut melancarkan serangan multi-front terhadap Israel pada Sabtu (7/10).

Melansir AP, setidaknya 700 orang dilaporkan tewas di sisi Israel akibat serangan Hamas, jumlah korban jiwa yang sangat besar yang belum pernah diderita negara itu selama beberapa dekade. Sementara Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza menyatakan bahwa serangan balasan Israel mencatatkan lebih dari 413 kematian, termasuk 78 anak-anak dan 41 wanita.

Negara-negara Timur Tengah merespons serangan Hamas terhadap Israel dengan berbeda-beda.

Mesir, yang menandatangani perjanjian perdamaian bersejarah dengan Israel pada Maret 1979, memperingatkan konsekuensi serius dari meningkatnya ketegangan antara Israel dan Palestina. Kairo menyerukan penahanan diri semaksimal mungkin dan menghindari bahaya lebih lanjut bagi warga sipil serta mendesak komunitas internasional meminta Israel menghentikan serangannya terhadap rakyat Palestina.

Yordania melalui kementerian luar negerinya menyerukan ketenangan, pengendalian diri, perlindungan warga sipil, dan penghormatan terhadap hukum kemanusiaan internasional. Amman juga menekankan perlunya menghentikan eskalasi berbahaya di Gaza dan sekitarnya.

Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Al-Safadi mengatakan bahwa pihaknya mengadakan kontak intensif dengan mitra regional dan internasional untuk membahas tindakan internasional yang mendesak guna menghentikan eskalasi lebih lanjut dan menghindarkan wilayah tersebut dari siklus kekerasan baru.

Uni Emirat Arab (UEA) mengungkapkan keprihatinan mendalam atas eskalasi dan selanjutnya menekankan perlunya itu dihentikan serta menyelamatkan nyawa warga sipil.

Selain menyampaikan belasungkawa kepada seluruh korban, UEA menyerukan pula pengaktifan kembali Kuartet internasional untuk menghidupkan kembali jalur perdamaian Arab-Israel, mendesak masyarakat internasional untuk memajukan semua upaya yang dilakukan untuk mencapai perdamaian yang komprehensif dan adil dan mencegah kawasan terseret ke dalam tingkat kekerasan, ketegangan, dan ketidakstabilan baru.

Kuwait menyatakan keprihatinan yang luar biasa atas perkembangan yang terjadi antara Israel dan Palestina, menyalahkan Israel atas apa yang mereka sebut sebagai "serangan terang-terangan".

Kementerian Luar Negeri Kuwait dalam pernyataannya meminta masyarakat internasional menghentikan praktik provokatif dan kebijakan perluasan pemukiman oleh pendudukan.

Arab Saudi, yang dalam proses normalisasi hubungan dengan Israel mengungkapkan bahwa mereka mengikuti dengan cermat situasi antara Palestina dan Israel, dan menyerukan segera penghentian eskalasi antara kedua belah pihak.

Riyadh juga menyerukan komunitas internasional mencoba dan menciptakan solusi dua negara untuk membangun perdamaian di wilayah tersebut.

3 dari 3 halaman

Dukungan terhadap Serangan Hamas

Kantor media Perdana Menteri Irak menyebutkan bahwa operasi yang dilakukan oleh rakyat Palestina saat ini adalah akibat alami dari penindasan sistematis yang telah mereka alami selama bertahun-tahun di tangan otoritas pendudukan Zionis, yang tidak pernah mematuhi resolusi internasional dan PBB.

Qatar, yang menjadi tuan rumah kantor Politik Hamas sejak tahun 2012, menegaskan, "Israel sendiri yang memikul tanggung jawab atas eskalasi yang terjadi saat ini karena pelanggaran hak-hak rakyat Palestina yang terus berlanjut, yang terbaru adalah penggerebekan berulang kali terhadap Masjid Al-Aqsa di bawah perlindungan polisi Israel."

Iran dan Suriah juga mengungkapkan dukungan atas serangan Hamas terhadap Israel.

Menteri Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengucapkan selamat kepada rakyat Palestina dan mengatakan, "Operasi hari ini telah membuka babak baru dalam perlawanan dan aksi bersenjata melawan penjajah di wilayah pendudukan."

Kementerian Luar Negeri Suriah menyebut operasi Hamas sebagai pencapaian terhormat yang membuktikan bahwa satu-satunya cara bagi Palestina untuk mendapatkan hak sah mereka adalah dengan melakukan perlawanan dalam segala bentuknya.

Suriah turut menyampaikan dukungannya terhadap rakyat Palestina dan pasukannya yang berperang melawan terorisme Zionis.

Kelompok Hezbollah di Lebanon merespons serangan Hamas terhadap Israel dengan mengucapkan selamat atas operasi heroik berskala besar. Mereka memastikan mengikuti dengan cermat perkembangan penting di Palestina.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.