Liputan6.com, Kabul - Korban tewas gempa Afghanistan meningkat menjadi 2.445 orang. Hal tersebut dikonfirmasi oleh juru bicara Kementerian Bencana Afghanistan Janan Sayeeq.
Sayeeq juga mengungkapkan bahwa 1.320 rumah rusak atau hancur.
Sementara itu, jumlah korban luka direvisi dari sebelumnya 9.240 orang menjadi lebih dari 2.000 orang. Demikian seperti dilansir Reuters, Senin (9/10/2023).
Advertisement
"Sepuluh tim penyelamat berada di daerah yang berbatasan dengan Iran," tutur Sayeeq.
Gempa magnitudo 6,3 mengguncang Provinsi Herat, Afghanistan, pada Sabtu (7/10).
Lebih dari 200 orang tewas telah dibawa ke berbagai rumah sakit, kata seorang pejabat departemen kesehatan Herat yang mengidentifikasi dirinya sebagai Dr Danish. Dia menambahkan bahwa sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Kepala kantor politik Taliban di Qatar Suhail Shaheen dalam pesannya kepada media mengatakan bahwa makanan, air minum, obat-obatan, pakaian, dan tenda sangat dibutuhkan korban gempa Afghanistan.
Korban Jiwa Belum Sepenuhnya Teridentifikasi
Gempa jelas memicu kepanikan di Herat.
"Orang-orang meninggalkan rumah mereka, kami semua berada di jalanan," tulisnya dalam pesan teks kepada Reuters pada Sabtu, menambahkan bahwa kota tersebut sedang merasakan gempa susulan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya pada Minggu mencatat bahwa total terdapat 202 fasilitas kesehatan umum di Provinsi Herat, salah satunya adalah rumah sakit besar yang menampung 500 korban jiwa.
Sebagian besar fasilitas tersebut merupakan pusat kesehatan dasar yang lebih kecil dan tantangan logistik menghambat operasi, khususnya di daerah terpencil.
"Sementara operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung, korban jiwa di daerah tersebut belum sepenuhnya teridentifikasi," sebut WHO.
Advertisement
Bergantung pada Bantuan Asing
Dikelilingi oleh pegunungan, Afghanistan memiliki sejarah gempa yang panjang, sebagian besar terjadi di wilayah terjal Hindu Kush yang berbatasan dengan Pakistan.
Jumlah korban tewas sering kali meningkat ketika gempa melanda daerah-daerah terpencil. Pasalnya, negara itu telah dilanda perang selama beberapa dekade hingga menyebabkan infrastruktur berantakan dan operasi pertolongan dan penyelamatan sulit dilakukan.
Sistem layanan kesehatan Afghanistan, yang hampir seluruhnya bergantung pada bantuan asing, mengalami pemotongan yang sangat besar dalam dua tahun terakhir sejak Taliban mengambil alih kekuasaan. Banyak bantuan internasional, yang menjadi tulang punggung perekonomian, bahkan dihentikan.
Para diplomat dan pejabat terkait bantuan menggarisbawahi kekhawatiran atas pembatasan Taliban terhadap perempuan dan krisis kemanusiaan global yang terjadi sebagai penyebab para donor menarik kembali bantuan keuangannya.
Pada Agustus 2023, juru bicara Komite Palang Merah Internasional mengatakan bahwa kemungkinan besar mereka akan mengakhiri dukungan keuangan untuk 25 rumah sakit Afghanistan karena keterbatasan pendanaan. Belum jelas apakah rumah sakit Herat ada dalam daftar tersebut.