Sukses

Perang Hamas Vs Israel: Mertua Menteri Pertama Skotlandia Humza Yousaf Terjebak di Gaza

Menteri Pertama Skotlandia Humza Yousaf, yang istrinya adalah keturunan Palestina, menuturkan bahwa mertuanya melakukan perjalanan ke Gaza dari Dundee, Skotlandia, untuk menjenguk orang tua mereka yang sakit.

Liputan6.com, Edinburgh - Menteri Pertama Skotlandia sekaligus pemimpin Partai Nasional Skotlandia Humza Yousaf mengungkapkan bahwa mertuanya terjebak di Gaza, di tengah gempuran serangan udara Israel yang sudah memasuki hari keempat.

Yousaf, yang istrinya Nadia el-Nakla adalah keturunan Palestina, menuturkan bahwa mertuanya Elizabeth dan Maged melakukan perjalanan ke Gaza dari Dundee, Skotlandia, untuk menjenguk orang tua mereka yang sakit.

Orang tua Nadia El-Nakla melakukan perjalanan ke Gaza dari Skotlandia sekitar sepekan lalu dan masih berada di sana ketika Hamas melancarkan serangan ke Israel pada Sabtu 7 Oktober 2023.

"Mereka aman untuk saat ini - tapi saya menggunakan istilah itu dengan sangat longgar dalam kaitannya dengan seberapa aman mereka," ujar Yousaf, seperti dilansir BBC, Rabu (11/10).

Sepanjang Senin (9/10) malam hingga Selasa (10/10) pagi, ujar Yousaf, ibu mertuanya mengatakan mereka mendengar suara rudal dan jet, menyebabkan mereka ketakutan.

"Hal terburuknya adalah mereka benar-benar merasa terjebak. Mereka diminta pergi ... tapi tidak punya tempat tujuan. Perbatasan Rafah telah dibom dan meskipun dibuka, tidak ada jaminan perjalanan aman antara tempat tinggal mereka dan perbatasan Rafah," tutur Yousaf.

Dikutip dari Middle East Eye, Yousaf mengatakan bahwa dia dan keluarganya yang lain tidak bisa tidur.

"Kami terus-menerus mengawasi ponsel kami. Ketika pesan kami sampai, kami menunggu balasan," kata dia.

Penyeberangan Rafah merupakan satu-satunya perbatasan antara Gaza dan Mesir, yang sebelumnya dibuka bagi warga Gaza untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan.

 

2 dari 4 halaman

Perbekalan Menipis

Lebih lanjut, Yousaf mengisahkan, akibat listrik padam, komunikasi dengan keluarganya terputus-putus. Pesan terakhir yang diterimanya dari mereka berisi bahwa perbekalan mereka hanya cukup untuk dua hari.

Mertuanya, sebut Yousaf, juga menyuarakan kekhawatiran karena tidak mempunyai cukup susu formula untuk cucu mereka yang berusia dua bulan.

Yousaf menegaskan bahwa keluarganya tidak ada hubungannya dengan Hamas, namun bersama dengan banyak warga Gaza lainnya mereka akan menderita hukuman kolektif yang tidak dapat dibenarkan.

3 dari 4 halaman

Koridor Kemanusiaan

Yousaf telah menulis surat kepada Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly, yang isinya mendesak Inggris memanfaatkan hubungan positifnya dengan Israel untuk membentuk koridor kemanusiaan di Gaza, yang memungkinkan evakuasi warga sipil.

"Terlalu banyak orang tak berdosa yang telah kehilangan nyawa mereka akibat serangan Hamas yang tidak bisa dibenarkan dan tidak sah. Bagaimanapun, laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah tidak dapat dan tidak seharusnya, menanggung akibat dari tindakan kelompok teroris," tulis Yousaf dalam suratnya.

"Sebagai teman dekat dan sekutu Israel, saya meminta pemerintah Inggris menyerukan kepada pemerintah Israel untuk memastikan warga sipil yang tidak bersalah dilindungi dan segera menerapkan gencatan senjata untuk memungkinkan warga sipil melewati Perbatasan Rafah dengan aman. Selain itu, mereka harus membuka koridor kemanusiaan ke Gaza untuk memungkinkan pasokan, termasuk makanan, bahan bakar, air dan pasokan medis bagi warga sipil yang terjebak, tidak berdaya, dan tidak bisa keluar."

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris menerangkan, "Kami telah berbicara dengan Mesir tentang mempertahankan jalur darat dari Gaza ke Mesir. Kita harus ingat bahwa Hamas sengaja menyakiti rakyat Palestina. Mereka membunuh ratusan warga Israel, mengetahui bahwa Israel akan terpaksa bereaksi."

"Israel tentu saja mempunyai hak untuk membela diri dengan respons yang proporsional."

4 dari 4 halaman

17 Warga Inggris Tewas atau Hilang

Angkatan udara Israel telah menjatuhkan sedikitnya 2.000 amunisi dan lebih dari 1.000 ton bahan peledak di wilayah Gaza yang terkepung, menargetkan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit, sekolah PBB yang menampung pengungsi, universitas, masjid, pasar, bank, perusahaan telekomunikasi, dan menara tempat tinggal.

Sejauh ini setidaknya 1.200 warga Israel dipastikan tewas, dengan Hamas dan Jihad Islam mengklaim telah membawa sekitar 130 tawanan kembali ke Gaza.

Sementara itu, setidaknya 900 warga Palestina tewas dalam serangan udara balasan Israel dan lebih dari 2.500 orang terluka di masing-masing pihak.

BBC yang mengutip sumber resmi Inggris menyebutkan bahwa sejak serangan Hamas pada Sabtu 7 Oktober, ada 17 warga negara Inggris yang tewas atau hilang, termasuk anak-anak.