Liputan6.com, Jakarta - Laporan terbaru dari American Psychiatric Association menyatakan bahwa perubahan iklim memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan mental generasi muda.
Bekerjasama dengan ecoAmerica, sebuah organisasi advokasi iklim, laporan ini mencatat bagaimana peristiwa lingkungan terkait perubahan iklim, seperti bencana cuaca ekstrem, panas yang berlebihan, dan penurunan kualitas udara, dapat memicu atau memperburuk masalah kesehatan mental pada anak-anak dan remaja.
Baca Juga
Melansir dari CNN, Kamis (12/10/2023), kejadian bencana alam dapat mengakibatkan munculnya gangguan stres pascatrauma pada kelompok tersebut, sebagaimana diungkapkan dalam laporan.
Advertisement
Selain itu, faktor-faktor jangka panjang seperti cuaca yang sangat panas, kondisi kekeringan, dan kualitas udara yang buruk juga bisa meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, bipolar, perilaku agresif, gangguan kognitif, dan sejumlah masalah kesehatan mental lainnya.
Dalam email kepada CNN, Dr. Dennis P. Stolle, direktur senior psikologi terapan di asosiasi tersebut yang meninjau laporan, menyatakan, "Laporan tersebut mencatat efek psikologis yang sedang terjadi pada anak-anak dan remaja di negara kita. Ini bukanlah isu yang dapat kita tunda dan tangani di kemudian hari. Sebagai masyarakat, kita harus mengambil tindakan sekarang."
Laporan yang dirilis pada hari Rabu merupakan kelanjutan dari studi tahun 2021 yang dilakukan oleh American Psychiatric Association dan ecoAmerica. Ini merupakan penelitian terbaru dari serangkaian studi yang dilakukan oleh kedua organisasi sejak tahun 2014.
Penelitian ini tidak mencakup eksperimen baru, tetapi lebih sebagai rangkuman dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perubahan iklim, kesehatan mental, dan perkembangan generasi muda.
Pengaruh Perubahan Iklim pada Generasi Muda
Dr. Sue Clayton, seorang profesor psikologi di College of Wooster dan penulis utama laporan ini, menyatakan bahwa peristiwa cuaca terkait perubahan iklim membuat anak-anak lebih rentan terhadap dampak kesehatan mental karena generasi muda mungkin tidak memiliki strategi penanganan seperti yang dimiliki oleh orang dewasa.
Jika orang tua mengalami stres akibat kesulitan terkait dengan peristiwa lingkungan, seperti panas ekstrem atau kebakaran hutan, hal ini juga dapat berdampak pada kesehatan mental anak-anak mereka.
Clayton menyatakan, "Jika orang tua Anda mengalami stres akibat kekhawatiran atau ketakutan semacam itu, hal itu bisa mempengaruhi kesehatan mental anak Anda. Mengalami trauma pada usia dini dapat memiliki konsekuensi seumur hidup terhadap kesehatan dan kesejahteraan emosional."
Dilaporkan bahwa konsekuensi terhadap kesehatan mental ini dimulai bahkan sebelum seorang anak lahir. Terpapar bencana cuaca, suhu tinggi, polusi udara, dan kecemasan yang dialami oleh ibu sebelum melahirkan dapat meningkatkan risiko anak mengalami berbagai masalah perilaku dan perkembangan, termasuk kecemasan, depresi, ADHD, keterlambatan perkembangan, kurangnya pengendalian diri, dan gangguan kejiwaan.
Clayton menjelaskan bahwa konsekuensinya dapat memengaruhi perkembangan sistem saraf dan seringkali sulit untuk diperbaiki.
Advertisement
Tantangan Perubahan Iklim dan Solusi bagi Generasi Muda
Pada bayi dan anak kecil, peristiwa cuaca yang terkait dengan perubahan iklim, termasuk paparan berita mengenai hal tersebut, dapat mengakibatkan kecemasan, gangguan tidur, PTSD, gangguan perkembangan kognitif, dan depresi berat.
Remaja lebih rentan terhadap efek kesehatan mental akibat bencana alam yang terkait dengan perubahan iklim, seperti trauma dan kecemasan. Namun, mereka juga bisa terpengaruh secara tidak langsung.
Peristiwa cuaca ekstrem, suhu yang sangat tinggi, dan polusi udara dapat mengganggu kehidupan remaja dengan dampak seperti pembatalan kelas, kerusakan rumah, atau menghadapi masalah pangan.
Generasi remaja dan dewasa muda, seperti yang diungkapkan dalam laporan, merasakan kecemasan yang tinggi terkait perubahan iklim. Dibandingkan dengan generasi yang lebih tua, generasi muda cenderung lebih kuatir atau prihatin tentang kegagalan pemerintah atau pemimpin dalam mengatasi perubahan iklim.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa insiden-insiden dan tekanan terkait perubahan iklim dapat meningkatkan risiko kecemasan, depresi, ketegangan dalam hubungan sosial, dan bahkan bunuh diri.
"Mereka merasa cemas karena menyadari bahwa hal ini akan mempengaruhi masa depan mereka," ujar Clayton. "Bagaimana mungkin Anda membuat rencana untuk masa depan jika Anda tidak tahu bagaimana bentuk masa depan itu?"
Ia juga mengungkap keprihatinannya tentang bagaimana perubahan iklim dapat memengaruhi generasi muda dalam membuat keputusan mengenai karier dan hubungan pribadi mereka.
Pengaruh Perubahan Iklim pada Kemampuan Pengambilan Keputusan dan Kesehatan Mental Generasi Muda
Laporan tersebut mencatat bahwa dampak dari cuaca ekstrem dan kecemasan terkait iklim dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam pengambilan keputusan, gangguan kognitif, serta menurunkan tingkat pengendalian diri.
"Mereka membuat pilihan penting yang akan berdampak besar pada masa depan mereka, termasuk dalam hal tujuan dan rencana karier," kata Clayton. "Apakah mereka akan menabung? Dan bagaimana dengan keputusan mereka tentang memiliki anak?"
Para peneliti mencatat bahwa dampak kesehatan mental akibat perubahan iklim tidak dirasakan dengan cara yang sama oleh semua generasi muda. Orang-orang yang berasal dari latar belakang yang terpinggirkan atau memiliki pendapatan rendah, seperti masyarakat adat, kelompok berkulit berwarna, perempuan, dan orang dengan disabilitas, lebih mungkin terpengaruh oleh cuaca ekstrem.
Dibandingkan dengan komunitas di wilayah yang lebih makmur, mereka mungkin juga memiliki lebih sedikit sumber daya untuk mengatasi dampak cuaca ekstrem. Sebagai contoh, menurut Clayton, masyarakat dengan pendapatan tinggi cenderung memiliki lebih banyak area teduh akibat panas.
Advertisement
Peran Sistem Pendidikan dan Profesional Kesehatan
Namun, laporan tersebut juga menyoroti cara-cara untuk mengurangi pengaruh perubahan iklim pada kesehatan mental remaja. Salah satu saran adalah agar sistem pendidikan turut berperan aktif, termasuk dalam merancang lingkungan yang lebih aman dan mengintegrasikan materi mengenai perubahan iklim dalam kurikulum.
Para profesional kesehatan juga dapat melakukan penilaian awal secara rutin terhadap tekanan yang terkait dengan perubahan iklim pada generasi muda. Stolle menyebutkan bahwa semakin banyak psikolog klinis yang membantu individu yang mengalami kecemasan terkait perubahan iklim.
"Psikolog klinis saat ini memegang peran kunci dalam memberikan perawatan kepada pasien yang menghadapi masalah ini," ungkapnya dalam email.
Namun bagi Clayton, ini tidak hanya menjadi tanggung jawab para profesional kesehatan.
"Hal ini memengaruhi kita semua," tambahnya. "Anak-anak adalah masa depan bangsa. Kami ingin memastikan informasi mengenai masalah ini dan solusi potensialnya dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkannya."