Liputan6.com, Jakarta - Di tengah memanasnya isu antara Israel dan Palestina pasca serangan Hamas pada Sabtu (7/10/2023), Indonesia berkomitmen untuk menjadi problem solver atau pemecah masalah dalam konflik ini. Hal ini disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI) Lalu Muhammad Iqbal dalam pernyataan persnya di Jakarta, Jumat (13/10).
"Dalam isu ini, Indonesia ingin menjadi problem solver dan ingin memberikan peran yang konstruktif," kata Iqbal.
Baca Juga
Terkait konflik Israel dan Hamas yang masih berlangsung hingga hari ini, Indonesia telah menyuarakan keprihatinannya dan mendesak agar segala bentuk kekerasan segera dihentikan namun tidak mengecam atau mengutuknya secara terang-terangan.
Advertisement
"Jadi penekanan Indonesia bukan masalah mengutuk atau tidak mengutuk. Tapi ini adalah problem yang akan terus terjadi selama akar masalahnya tidak diselesaikan," sambungnya.
Fokus Indonesia saat ini adalah untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan di wilayah konflik.
Pasalnya, Israel sendiri telah memblokade akses bantuan kemanusiaan seperti makanan hingga obat-obatan untuk warga Palestina, terutama di Jalur Gaza. Lebih jauh, akses listrik dan pasokan air di wilayah tersebut juga terputus.
Maka dari itu, Indonesia kemudian bergerak untuk mendorong terbukanya jalur bantuan kemanusiaan lewat komunikasi dengan berbagai pihak di tingkat internasional.
Komunikasi dengan Berbagai Pihak
Iqbal menyebut bahwa Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah menjalin komunikasi dengan Brasil sebagai Presiden Dewan Keamanan PBB (DK PBB), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
“Dengan Presiden DK PBB yaitu Brasil, menlu menyampaikan pentingnya untuk membahas masalah ini secara khusus di DK PBB," kata Iqbal.
Menlu Retno mendorong agar segala bentuk aksi kekerasan segera dihentikan karena tanpanya, akses bantuan kemanusiaan tidak mungkin terbuka.
"Kita khawatir akan ada lebih banyak korban warga sipil yang berjatuhan," tambahnya.
Selain itu, Menlu Retno juga menjalin komunikasi dengan mitranya di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan mendorong agar isu ini segera dibahas dalam forum tersebut.
Kemudian dengan Presiden ICRC, Menlu Retno mendorong ICRC untuk menginisiasi dibukanya jalur bantuan kemanusiaan untuk mengatasi masalah utama di wilayah konflik.
"Jadi itu yang dilakukan Indonesia secara terus menerus. Menlu setiap hari melakukan komunikasi dengan berbagai pihak di luar negeri dalam rangka mengatasi situasi kemanusiaan ini dan fokusnya adalah segera mengatasi isu kemanusiaan bagi korban terdampak konflik," pungkas Iqbal.
Advertisement
Akar Permasalahan Konflik Israel dan Palestina
Fokus Indonesia di bidang kemanusiaan dalam konflik Israel dan Palestina yang melibatkan Hamas ini dilandasi oleh pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sebelumnya menyebut bahwa akar konfliknya adalah masalah kependudukan.
"Akar konflik tersebut yaitu pendudukan wilayah Palestina oleh Israel harus segera diselesaikan sesuai dengan parameter yang sudah disepakati PBB," kata Jokowi.
Karena itu, pemerintah lebih berfokus untuk membantu menyelesaikan masalah kemanusiaan.
Dalam pernyataannya, Jokowi juga mendesak agar perang dan tindakkan kekerasan segera dihentikan untuk menghindari semakin bertambahnya korban manusia dan hancurnya harta benda.
"Indonesia mendesak agar perang dan tindakan kekerasan segera dihentikan untuk menghindari makin bertambahnya korban manusia dan hancurnya harta benda karena eskalasi konflik dapat menimbulkan dampak kemanusiaan yang lebih besar," kata Presiden Jokowi pada Selasa (10/10) di Istana Merdeka, Jakarta.
Dalam pernyataannya, Jokowi mendesak agar perang dan tindak kekerasan yang terjadi di daerah konflik segera dihentikan guna menghindari jatuhnya korban lebih banyak lagi.