Liputan6.com, Tel Aviv - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa infanteri dan tanknya memasuki Jalur Gaza pada Jumat (13/10/2023), melakukan "serangan terlokalisasi" untuk membersihkan wilayah itu dari potensi teroris serta menemukan sandera yang ditawan Hamas dalam serangan Sabtu 7 Oktober.
Juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari menuturkan bahwa pasukan lapis baja dan infanteri melakukan pencarian dan menggagalkan pasukan rudal anti-tank yang bermaksud menyusup ke wilayah Israel.
"Pasukan menemukan sejumlah temuan yang mungkin membantu dalam upaya menemukan orang hilang," ungkap Hagari, seperti dilansir The Times of Israel, Sabtu (14/10). "Kami akan terus melakukan segala upaya untuk menemukan setiap detail tentang orang hilang dan sandera."
Advertisement
Sedikitnya 150 orang diperkirakan disandera Hamas. IDF sejauh ini mengonfirmasi 120 sandera di Jalur Gaza.
Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato nasionalnya pada Jumat malam.
"Hari ini, semua orang tahu bahwa kita berjuang untuk tanah air dan kita berjuang seperti singa," ujarnya. "Kita semua bersatu."
Netanyahu mengklaim bahwa dirinya telah berbicara dengan lebih banyak keluarga korban jiwa dan mereka yang masih hilang.
"Dunia mereka runtuh," katanya. "Saya tahu."
"Kita tidak akan pernah melupakan kekejaman yang dilakukan musuh kita dan kita tidak akan pernah memaafkannya. Kita tidak akan pernah membiarkan dunia atau siapapun melupakan kekejaman ini, yang tidak pernah dilakukan terhadap orang-orang Yahudi selama beberapa dekade."
Dia menambahkan, "Kita menyerang musuh-musuh kita dengan kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, saya tekankan bahwa ini hanyalah permulaan."
"Musuh kita baru saja mulai menanggung akibatnya. Saya tidak akan merinci apa yang terjadi selanjutnya. Tapi seperti yang sudah saya samapaikan, ini baru permulaan."
Israel, sebut Netanyahu, mengamankan dukungan internasional yang sangat besar.
"Kami memastikan kelanjutan perang, dengan lebih banyak amunisi dan persenjataan yang masuk ke Israel. Kami akan menghancurkan Hamas dan kami akan menang. Ini akan memakan waktu, tetapi kami akan mengakhiri perang ini dengan lebih kuat dari sebelumnya," ungkap PM Israel itu.
Pidato Netanyahu dikritik oleh pemimpin oposisi Yair Lapid.
"Tidak dapat diterima PM Israel membuat seluruh negara panik menantikan pidatonya pada Jumat malam di masa darurat dan kemudian tidak ada informasi baru yang disampaikan kepada keluarga korban penculikan, soal front utara, atau evakuasi," ungkap Lapid.
"Pidato semacam itu tidak boleh dibuat oleh seorang PM, kecuali dia punya informasi baru untuk disampaikan kepada rakyat dan negaranya."
Israel Minta Warga Gaza Mengungsi, Hamas Desak Mereka Bertahan
Serangan terlokalisasi terjadi pada hari yang sama ketika Israel memperingatkan warga sipil di utara Jalur Gaza untuk mengungsi ke selatan dalam kurun waktu 24 jam.
Peringatan itu muncul menyusul laporan Israel akan mengintensifkan serangannya dan kemungkinan melancarkan invasi darat sebagai tanggapan atas serangan mematikan Hamas.
Hagari mengklaim bahwa warga Kota Gaza sudah mulai bergerak ke arah selatan.
"Penduduk Kota Gaza sudah mulai berpindah ke selatan secara signifikan untuk melindungi diri mereka sendiri," katanya.
Bagaimanapun, kelompok Hamas mendesak warga Gaza tetap tinggal di rumah-rumah mereka.
"Tetaplah bertahan di rumah masing-masing dan berdirilah kokoh dalam menghadapi perang psikologis menjijikkan yang dilancarkan oleh pendudukan," demikian menurut pernyataan Hamas.
Pernyataan di situs kelompok itu juga menyebutkan bahwa Israel "berdelusi" karena mengira orang-orang akan melarikan diri.
"Adegan-adegan migrasi dan pengungsian adalah masa lalu dan tidak akan terulang lagi," kata kelompok tersebut.
Advertisement
Kepanikan di Gaza
Di tengah kritik internasional terhadap permintaan Israel agar warga Gaza mengungsi, Gedung Putih mengatakan bahwa itu adalah "perintah yang sulit". Namun, Amerika Serikat (AS) melihatnya sebagai upaya Israel memberikan "peringatan yang adil" kepada warga sipil.
"Kami memahami apa yang mereka coba lakukan. Mereka berusaha menyelamatkan warga sipil dari bahaya," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada CNN.
"Ini adalah perintah yang sulit. Jumlah penduduknya mencapai satu juta orang dan lingkungannya sangat perkotaan dan padat. Ini sudah menjadi zona pertempuran. Jadi, saya rasa tidak ada seorang pun yang meremehkan tantangan dalam melakukan evakuasi tersebut."
Perintah evakuasi IDF untuk utara Gaza dilaporkan memicu kepanikan.
"Ini adalah kekacauan, tidak ada yang mengerti apa yang harus dilakukan," tutur Inas Hamdan, seorang petugas di badan pengungsi PBB untuk Palestin di Kota Gaza, mengatakan kepada AP, sambil mengambil apapun yang dia bisa masukkan ke dalam tasnya sementara teriakan panik dari kerabatnya terdengar di sekitar.
Inas mengatakan semua staf PBB di Kota Gaza dan utara Gaza telah diperintahkan untuk mengungsi ke selatan menuju Rafah.
Koresponden Al Jazeera Safwat al-Kahlout menceritakan bahwa para kerabatnya sedang mencari tahu ke mana mereka bisa pergi jika mereka pindah ke selatan.
"Lebih dari satu juta warga Palestina panik, bingung, tidak punya rencana, dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Sekarang anak-anak saya bertanya, 'Ke mana kita harus pergi?' Saya jawab, saya tidak tahu."
Hagari menegaskan bahwa Hamas akan bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami warga sipil yang tidak mengungsi dari utara Gaza.
"Hamas mengambil keuntungan dari penduduk Gaza, membawa bencana pada mereka dan menyerukan kepada penduduk Gaza saat untuk tidak mendengarkan rekomendasi IDF," ujar Hagari.
"Tanggung jawab atas apa yang mungkin terjadi pada mereka yang tidak mengungsi ada di tangan Hamas."
Saling Serang Masih Terjadi
Pada saat yang sama, Hamas terus meluncurkan roket ke Israel, termasuk satu roket yang menargetkan Israel utara, dan IDF menghantam puluhan sasaran di Gaza.
Hamas dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pihaknya meluncurkan roket Ayyash 250 – yang diklaim memiliki jangkauan 250 kilometer – dari Jalur Gaza ke Israel utara, memicu alarm di bagian atas dan tengah Galilea, termasuk di Safed.
Menurut sumber militer Israel, roket jarak jauh itu dicegat oleh sistem pertahanan udara jarak menengah David’s Sling. Itu adalah penggunaan pertama David’s Sling selama perang Hamas Vs Israel terbaru.
Polisi dan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan menyatakan, dua kebakaran terjadi akibat pecahan peluru yang menghujani area intersepsi. Tidak ada korban luka dalam peristiwa itu.
Roket juga terus menghantam Israel selatan sepanjang Jumat, menyebabkan kerusakan pada beberapa rumah di Sderot dan Ashkelon.
IDF mengaku telah menyerang puluhan lokasi peluncuran drone di Jalur Gaza yang terletak di atap bangunan tempat tinggal.
"Ini adalah contoh lain bagaimana kelompok teror Hamas menggunakan warga Jalur Gaza sebagai tameng manusia," sebut IDF.
Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas mengatakan sedikitnya 1.799 warga Palestina tewas dan 6.388 lainnya terluka sejak pertempuran dimulai pada 7 Oktober. IDF mengklaim telah membunuh sekitar 1.500 anggota militan di wilayah Israel.
Adapun korban jiwa di Israel dilaporkan sedikitnya 1.300 orang dengan 3.227 lainnya terluka.
Advertisement