Liputan6.com, Brussels - TikTok mengatakan bahwa pihaknya menugaskan lebih banyak orang untuk memerangi disinformasi pada platformnya menyusul perang Hamas Vs Israel.
Pernyataan tersebut muncul setelah Uni Eropa mengecam perusahaan media sosial asal China tersebut.
Baca Juga
Dalam pernyataannya, TikTok menyatakan bahwa mereka telah segera mengerahkan sumber daya dan personel yang signifikan untuk membantu menjaga keamanan komunitas dan integritas platformnya. Selain itu, TikTok juga mengungkapkan telah menghapus lebih dari 500.000 video dan menutup 8.000 siaran langsung. Demikian seperti dilansir The Guardian, Minggu (15/10/2023).
Advertisement
TikTok telah berulang kali mendapat sorotan terkait perang, termasuk invasi Rusia ke Ukraina, konflik Nagorno-Karabakh, dan yang teranyar adalah perang Hamas Vs Israel.
Menurut TikTok, pihaknya telah meluncurkan pusat komando untuk memantau konflik terbaru, memperbarui sistem deteksi otomatisnya untuk mencari konten grafis dan kekerasan, serta menambahkan sejumlah moderator yang bisa berbahasa Arab dan Ibrani.
Mereka juga membatasi siaran langsung atau live mengingat meningkatnya risiko keselamatan dalam konteks situasi penyanderaan saat ini.
Facebook juga Kena Sentil
Uni Eropa pada Jumat (13/10), mengatakan bahwa mereka telah membuka penyelidikan terhadap X alias Twitter atas disinformasi terkait perang Hamas Vs Israel. Sementara itu, mereka juga menegur pemilik Facebook, Meta.
Komisaris Uni Eropa untuk Industri Thierry Breton pada Kamis (12/10), menulis surat kepada CEO TikTok Shou Zi Chew, yang isinya menyerukan agar perusahaan tersebut meningkatkan upayanya untuk segera menanggapi permintaan penegakan hukum terkait penghapusan konten ilegal. Breton meminta agar suratnya direspons dalam kurun 24 jam.
Breton mengatakan, pihaknya telah melihat indikasi bahwa TikTok digunakan untuk menyebarkan konten ilegal dan disinformasi terkait perang Hamas Vs Israel di Uni Eropa.
"#TikTok mempunyai kewajiban khusus untuk melindungi anak-anak & remaja dari konten kekerasan & propaganda teroris — serta tantangan mematikan & konten yang berpotensi mengancam jiwa. #DSA menetapkan kewajiban yang sangat jelas yang harus dipatuhi oleh TikTok. Surat untuk CEO TikTok Shou Zi Chew⤵️"
#TikTok has a particular obligation to protect children & teenagers from violent content & terrorist propaganda —as well as death challenges & potentially life-threatening content.#DSA sets out very clear obligations TikTok must comply with.Letter to TikTok CEO Shou Zi Chew⤵️ pic.twitter.com/J1tpVzXaYR
— Thierry Breton (@ThierryBreton) October 12, 2023
Advertisement
Dukung Kebebasan Berekspresi dan Junjung Tinggi HAM
TikTok memiliki tanggung jawab khusus untuk melindungi anak-anak dan remaja dari konten yang vulgar dan menyedihkan seperti video penyanderaan, kata Breton, dan gambar serta fakta palsu serta dimanipulasi beredar di platform tersebut.
Platform media sosial itu sendiri bersikeras bahwa mereka melawan terorisme.
"Kami syok dan tercengang dengan aksi teror mengerikan di Israel pekan lalu," ungkap TikTok.
"Kami juga sangat sedih dengan semakin parahnya krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza. Hati kami hancur untuk semua orang yang terkena dampaknya."
TikTok mengatakan pula bahwa pihaknya tetap fokus untuk mendukung kebebasan berekspresi, menjunjung tinggi komitmen terhadap hak asasi manusia, dan melindungi platform mereka selama perang Hamas Vs Israel.