Sukses

Perubahan Iklim dan Hilangnya Habitat Serangga Ancam Produksi Kopi Dunia, Salah Satunya Indonesia

Penelitian mengungkapkan bahwa perubahan iklim turut berdampak ada penurunan populasi serangga penyerbuk yang mengancam produksi kopi di dunia, salah satunya di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Tahukah Anda bahwa perubahan iklim dan kehilangan habitat menyebabkan penurunan besar dalam populasi serangga yang membantu penyerbukan tanaman tropis utama?

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa masalah-masalah tersebut memiliki keterkaitan dan situasinya semakin parah, sehingga berpotensi mengakibatkan ancaman serius bagi para pecinta kopi.

Para ilmuwan juga menyoroti bahwa hal ini akan memberikan dampak yang signifikan bagi para penggemar cokelat.

Melansir dari Euronews, Sabtu (21/10/2023), para ilmuwan memeriksa ribuan spesies dan lokasi, lalu menemukan bahwa ketika suhu melebihi kisaran normal dan habitat tanaman berbunga menyusut, populasi serangga penyerbuk dapat mengalami penurunan hingga 61 persen.

Penelitian yang diterbitkan di Science Advances menyatakan bahwa serangga penyerbuk seperti lebah, lalat, ngengat, dan sejenisnya mengalami penurunan populasi yang lebih parah daripada serangga pada umumnya.

"Kami melihat perubahan iklim mempunyai dampak yang sangat kuat terhadap penyerbuk," kata rekan penulis studi Tim Newbold, seorang ahli ekologi di University College of London.

Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat, sekitar 35 persen dari semua tanaman pangan di seluruh dunia dan tiga perempat dari tanaman berbunga membutuhkan bantuan serangga dan hewan penyerbuk lainnya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Penelitian tersebut menemukan bahwa masalah kehilangan penyerbuk lebih sering terjadi di daerah tropis, area yang belum banyak diteliti oleh penelitian lain. Indonesia salah satu di antaranya.

2 dari 4 halaman

Kekurangan Penyerbuk Mengancam Tanaman Tropis Utama, Termasuk di Indonesia

Menurut studi tersebut, negara-negara yang berisiko paling tinggi mengalami penurunan hasil panen akibat kekurangan penyerbuk adalah Tiongkok, India, Indonesia, Brasil, dan Filipina. Di samping itu, Afrika Sub-Sahara juga berada dalam ancaman serius, terutama untuk tanaman kakao dan mangga.

Berdasarkan hasil penelitian ini, para peneliti mengklaim bahwa ini adalah perkembangan yang negatif bagi tanaman tropis utama, seperti kopi dan kakao. Tanaman-tanaman ini sangat bergantung pada bantuan lebah dan lalat dalam proses reproduksinya, dan berkurangnya jumlah penyerbuk akan berpotensi menyebabkan penurunan hasil panen.

Sebelumnya, penelitian telah menunjukkan bahwa serangga mengalami penurunan populasi akibat berbagai faktor, termasuk perubahan iklim dan kehilangan habitat. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa jumlah penyerbuk mengalami penurunan, serta bukti tambahan yang mengindikasikan bahwa tanaman kopi dan kakao terdampak secara negatif oleh situasi tersebut.

Namun, menurut penulis studi, dampak keseluruhan dari semua hal ini bahkan lebih serius daripada hanya mempertimbangkan masing-masing faktor secara terpisah.

"Perubahan iklim tidak hanya berpengaruh pada tanaman kopi itu sendiri, tetapi juga pada populasi penyerbuk yang penting bagi pertumbuhannya. Ini adalah hal yang cukup mengkhawatirkan bagi para penggemar kopi," ujar Newbold.

3 dari 4 halaman

Kemungkinan Kenaikan Harga Kopi dan Cokelat

Joe Millard, penulis utama studi dan ahli ekologi komputasi di Natural History Museum di London, menyatakan bahwa hal tersebut tidak berarti bahwa kopi atau cokelat akan hilang sama sekali. Hanya saja, mungkin akan ada kenaikan harga.

Yang membuat penelitian ini berbeda adalah penekanannya pada daerah tropis, hal ini belum banyak dilakukan oleh penelitian serangga lainnya, ungkap ahli entomologi dari University of Delaware, Douglas Tallamy, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Kita sering kali mengabaikan daerah tropis," tambah Tallamy. "Padahal hal itu sangat penting."

Newbold menjelaskan bahwa serangga penyerbuk di daerah tropis cenderung mengalami dampak lebih besar daripada di wilayah lain.

Hal tersebut disebabkan karena serangga di daerah tropis sudah mendekati batas toleransi suhu mereka, sementara serangga di daerah dengan iklim sedang lebih mampu beradaptasi dengan fluktuasi suhu yang ekstrem, dan mereka tidak menghadapi tantangan yang sama di daerah tropis.

"Peningkatan suhu yang signifikan di daerah tropis mengancam kelangsungan hidup spesies-spesies tersebut," ungkap Newbold.

4 dari 4 halaman

Dampak Perubahan Iklim yang Mempengaruhi Populasi Serangga Penyerbuk

Menurut Joe Millard, hilangnya habitat adalah penyebab utama dari penurunan jumlah penyerbuk dan kurangnya sumber makanan bagi mereka. Namun, dengan tambahan dari perubahan iklim, faktor-faktor seperti parasit, penyakit, dan pestisida semakin memburuk, katanya.

Meskipun semua serangga menghadapi masalah serius, serangga penyerbuk akan mengalami tantangan yang lebih besar dalam suhu yang lebih panas. Para ilmuwan masih berupaya mencari penjelasan mengapa hal ini terjadi.

Millard dan Newbold menyebut kemungkinan hal ini disebabkan oleh kaki dan tubuh serangga penyerbuk yang lebih berbulu, yang membantu mereka membawa serbuk sari. Newbold membandingkannya dengan situasi seperti memaksa seseorang mengenakan mantel berbulu besar di tengah cuaca yang semakin panas.

Menurut Tallamy dari University of Delaware, studi ini memiliki bukti dan perkiraan yang kuat, tetapi dia masih merasa bahwa penjelasan dari penulis mengenai alasan mengapa dampak ini terjadi masih bersifat teoritis.