Sukses

Kala Demonstrasi Pro-Palestina Jangkau Banyak Penjuru Dunia, Imbas Perang Israel Vs Hamas

Demonstrasi mendukung Palestina kian meluas di banyak negara. Perang Israel vs Hamas telah membuat negara tersebut terkena dampaknya.

Liputan6.com, Jakarta Demonstrasi mendukung Palestina kian meluas. Setelah ribuan pengunjuk rasa memadati jalan-jalan Kota London, Istanbul, Amman, Roma, Naples, Milan, Damaskus, Paris, Johannesburg dan Jakarta pada Jumat (13/10) dan Sabtu (14/10), unjuk rasa pro-Palestina serupa juga kabarnya digelar di berbagai kota lain di seluruh dunia.

Mengutip VOA Indonesia, Senin (16/10/2023), ribuan pengunjuk rasa pro-Palestina dilaporkan berkumpul di pusat Kota Amsterdam pada hari Minggu (15/10). Mereka melambai-lambaikan bendera Palestina dan menyampaikan dukungan bagi warga yang terjebak dalam perang Hamas-Israel itu. Polisi tidak melaporkan adanya insiden berarti dalam demonstrasi tersebut.

Sementara itu di Sydney dan Melbourne, ribuan orang menyampaikan doa dan dukungan bagi warga Palestina. Demonstrasi di Hyde Park, Sydney, diawali dengan kumandang azan. Lalu massa berkumpul dalam diam mengelilingi sebuah bendera Palestina berukuran raksasa.

Setelah beberapa saat, massa meneriakkan kalimat "Bebaskan Palestina".

Sebagian pengunjuk rasa lain mengatakan mereka datang untuk menunjukkan dukungan bagi warga Palestina sekaligus Israel. Hal senada terjadi di Melbourne.

Ribuan orang juga berkumpul di Karachi, Pakistan, pada hari Minggu untuk menunjukkan solidaritas dengan warga Palestina. Unjuk rasa itu dipimpin oleh kelompok radikal Partai Jamaat-e-Islami. Selain membawa banyak bendera Palestina, massa juga membawa poster yang menunjukkan pesan anti-Israel.

Prancis Larang Demonstrasi Pro-Palestina

Berbeda dengan Prancis, pemerintahnya melarang demonstrasi pro-Palestina. Pada saat bersamaan Presiden Emmanuel Macron menyerukan persatuan dan Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin memperingatkan bahwa warga negara asing yang melanggar aturan akan dideportasi secara sistematis.

Kebijakan tersebut diterapkan menyusul meningkatnya kekhawatiran antisemitisme di Eropa yang dipicu perang Hamas Vs Israel.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Meski Prancis Larang Demo Pro-Palestin, Sejumlah Demonstran Nekat Beraksi

Meskipun terdapat larangan, sekelompok demonstran pro-Palestina tetap beraksi di Paris pada Kamis (12/10). Polisi pun melakukan 10 penangkapan dan menggunakan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa di Place de la Republique yang diperkirakan berjumlah 3.000 orang, di mana mereka meneriakkan "Israel pembunuh" hingga mengibarkan bendera Palestina.

Darmanin, yang memerintahkan pelarangan tersebut, menyatakan bahwa mereka yang menentang larangan tersebut harus ditangkap karena mengganggu ketertiban umum.

Namun, kelompok pro-Palestina meyakini langkah pemerintah Prancis berisiko mengancam kebebasan berekspresi. Mereka berjanji terus melakukan demonstrasi untuk mendukung rakyat Palestina.

Charlotte Vautier, yang menghadiri demonstrasi pro-Palestina, mengungkapkan kepada Reuters, "Kami hidup di negara hukum perdata, negara di mana kami memiliki hak untuk mengambil sikap dan berdemonstrasi."

"(Tidak adil) melarang di satu pihak dan mengizinkan di pihak lain," ungkap Vautier seperti dilansir BBC, Jumat (13/12).

Dalam pidatonya, Presiden Macron mendesak rakyat Prancis untuk tetap bersatu dengan mengatakan, "Jangan menambah perpecahan nasional ke perpecahan internasional."

Macron menggambarkan Hamas sebagai organisasi teroris yang menginginkan kematian rakyat Israel. Dia juga mengonfirmasi bahwa 13 warga Prancis tewas dalam serangan Hamas terhadap Israel pada Sabtu 7 Oktober, sementara 17 lainnya yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak masih hilang.

3 dari 4 halaman

Dukungan Tegas Jerman untuk Israel

Sementara itu, polisi di ibu kota Jerman, Berlin, juga melarang demonstrasi pro-Palestina dengan alasan risiko pernyataan antisemitisme dan mengagung-agungkan kekerasan.

Polisi mengatakan sekitar 60 demonstran mematuhi perintah untuk meninggalkan Potsdamer Platz pada Kamis.

Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan kepada parlemen bahwa kelompok pro-Palestina, Samidoun, yang dikabarkan membagikan permen di daerah Neukolln untuk merayakan serangan Hamas, akan dilarang.

"Kami tidak menoleransi antisemitisme," ujarnya.

Keamanan Israel, kata Scholz, adalah kebijakan negara Jerman. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dijadwalkan melakukan perjalanan ke Israel pada Jumat sebagai bentuk solidaritas.

4 dari 4 halaman

Israel Siap Lancarkan Serangan Darat

Adapun menurut laporan VOA Indonesia, pasukan Israel, yang didukung oleh dua kapal induk Amerika Serikat, sejumlah kapal penjelajah dan kapal perusak berpeluru kendali, telah ditempatkan di sepanjang perbatasan Gaza.

Israel mengatakan siap melancarkan serangan darat untuk mengejar kelompok Hamas. Serangan udara Israel selama satu minggu terakhir telah meluluhlantakkan hampir seluruh pemukiman di Gaza, tetapi masih gagal menghentikan serangan roket ke Israel.

Menurut PBB, jumlah korban dari pihak Palestina dan Israel saat ini telah melampaui perang ketiga Israel dan Palestina pada tahun 2014 yang berlangsung selama enam minggu, yang ketika itu menewaskan 2.251 warga, termasuk 1.462 warga sipil. Sementara dari pihak Israel, 74 orang tewas, termasuk enam warga sipil.

Dalam perang Hamas-Israel selama seminggu terakhir, lebih dari 1.400 warga Israel tewas, sebagian besar adalah warga sipil. Sekitar 150 warga ditangkap dan dibawa Hamas ke Gaza, termasuk sejumlah anak.

Sementara itu Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan hingga hari Minggu, sedikitnya 2.670 warga Palestina tewas dan 9.600 lainnya mengalami luka-luka.

Jumlah korban tersebut menjadikan perang Hamas-Israel kali ini sebagai perang antara kedua kubu yang paling banyak menelan korban jiwa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini