Sukses

Mantan Presiden Finlandia Sekaligus Fasilitator Perdamaian Aceh Martti Ahtisaari Meninggal Dunia di Usia 86 Tahun

Mantan presiden Finlandia Martti Ahtisaari meninggal dunia pada usia 86 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan presiden Finlandia Martti Ahtisaari meninggal dunia pada usia 86 tahun.

Martti Ahtisaari adalah presiden Finlandia yang menjabat dari tahun 1994 dan 2000, dikutip dari Guardian, Senin (16/10/2023).

Selain menjadi presiden, ia memiliki karir panjang yang membuatnya mendapatkan reputasi global sebagai mediator perdamaian dan hadiah Nobel perdamaian.

Bahkan, ia pernah menjadi mediator di perdamaian Aceh. Ahtisaari pernah merundingkan pemulihan hubungan antara pemerintah Indonesia dan wilayah Aceh yang kala itu hendak memisahkan diri.

Martti Ahtisaari pensiun dari dunia publik pada September 2021 karena demensia.

Presiden Finlandia, Sauli Niinistö, memberikan penghormatan kepada pendahulunya, yang menurutnya telah menjalani pekerjaan yang luar biasa.

“Kami menerima kabar meninggalnya Presiden Martti Ahtisaari dengan kesedihan yang mendalam,” kata Niinistö.

"Martti Ahtisaari percaya pada manusia, peradaban, dan kebaikan, dan dia menjalani kehidupan yang luar biasa."

Ia lahir di Vyborg, yang saat itu masih menjadi wilayah Finlandia tetapi sekarang berada di Rusia pada tahun 1937.

Ahtisaari naik ke tampuk kekuasaan pada saat Finlandia berada dalam depresi ekonomi, mengawasi pergeseran negara tersebut ke arah barat setelah runtuhnya Uni Soviet.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Referendum Finlandia Tahun 1994

Pada tahun 1994, tahun pertama masa kepresidenannya, ia mengawasi referendum Finlandia untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Namun, isu keanggotaan UE menjadi sumber perselisihan antara Ahtisaari dan Esko Aho, yang saat itu menjabat perdana menteri.

Setelah menjabat sebagai presiden, ia bekerja sebagai mediator perdamaian, termasuk di Indonesia, Kosovo, dan Irlandia Utara.

Ketika dianugerahi hadiah Nobel perdamaian pada tahun 2008, komite memujinya karena mempromosikan persaudaraan antar bangsa dan gayanya yang tak kenal lelah dan tidak menonjolkan diri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.