Sukses

25 Oktober 2018: Banjir Bandang di Yordania Telan 18 Korban Jiwa, Sebagian Besar Anak-anak

Bencana banjir bandang melanda Yordania yang telan belasan korban jiwa. Tim penyelamat dikirim oleh pemerintah untuk evakuasi korban.

Liputan6.com, Amman - Tepat hari ini tahun 2018, Yordania dilanda banjir bandang yang menghantam kelompok siswa dan guru yang sedang tamasya sekolah di dekat Laut Mati. 

Bencana ini diklaim sebagai salah satu yang terburuk di Yordania oleh tim penyelamat dan pekerja di rumah sakit dilansir The Strait Times, Rabu (25/10/2023).

Kejadian banjir bandang ini menelan korban jiwa sedikitnya 18 orang, dengan sebagian besar dari mereka adalah anak-anak di bawah usia 14 tahun.

Operasi penyelamatan yang melibatkan helikopter polisi dan ratusan tentara berhasil menyelamatkan 34 orang berdasarkan laporan kepala kepolisian, Brigadir Jenderal Farid al Sharaa kepada stasiun televisi pemerintah. Beberapa di antaranya masih dalam kondisi serius saat itu. 

Selain kelompok siswa dan guru, banjir bandang ini juga menewaskan sejumlah keluarga lain yang berpiknik di tempat populer Yordania tersebut, beberapa juga dikabarkan terluka menurut penjelasan tim penyelamat tanpa memberikan rincian jumlahnya.

Selanjutnya juga dikabarkan bahwa ratusan keluarga serta kerabat berkumpul di rumah sakit Shounah yang berjarak beberapa kilometer dari kawasan resor.

Seorang saksi mengatakan bahwa para kerabat tersebut menangis sembari mencari rincian mengenai anak-anak yang hilang saat banjir bandang terjadi. 

Bencana itu terjadi setelah hujan deras, yang merupakan hujan pertama setelah akhir musim panas. Para korban, yang tengah melakukan perjalanan menuju kawasan resor, terjebak di sungai sempit yang mendadak meluap akibat hujan badai deras.

2 dari 4 halaman

Tim Penyelamat Dikirimkan, Penyelidikan Akan Dilakukan

Perdana Menteri Omar Razzaz menyatakan bahwa tampaknya sekolah tersebut melanggar peraturan Kementerian Pendidikan yang melarang perjalanan ke Laut Mati dalam cuaca buruk. Ia saat itu berjanji untuk melakukan penyelidikan dan meminta pertanggungjawaban kepada siapa pun yang terbukti bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.

Selain penyelidikan, Omar Razzaz juga mengabarkan bahwa penyelam dan tim pencari pertahanan sipil dikirimkan untuk melakukan operasi pencarian jauh di dalam Laut Mati sepanjang malam. 

Ayah dari salah satu korban, Abu Yousef, mengungkapkan detik-detik mencekam saat anak-anak berusaha menyelamatkan diri di sungai sempit saat secara tiba-tiba hujan badai deras mengguyur dan membanjiri daerah tersebut.

Abu Yousef menyebutkan saat itu terdapat 47 anak sekolah dan tujuh guru sedang melakukan perjalanan menuju kawasan resor.

"Anak-anak berusaha menyelamatkan diri dari banjir dengan menaiki bus namun pintunya tertutup," papar Abu Yousef kepada wartawan.

"Para guru berusaha menyelamatkan anak-anak tetapi intensitas banjir membuat hal tersebut tidak mungkin dilakukan," ia menambahkan sembari menginformasikan bahwa anak-anak tersebut hanyut hingga ke tepi Laut Mati yang merupakan titik terendah di Bumi.

3 dari 4 halaman

Israel Kirimkan Bantuan Penyelamatan

Merespons tragedi ini, Raja Abdullah dikabarkan membatalkan perjalanannya ke Bahrain untuk mengikuti operasi penyelamatan. Hal ini dilaporkan oleh salah satu media pemerintah.

Tak hanya itu, negara tetangga Yordania, Israel juga memberikan bantuan dengan mengirim helikopter pencarian dan penyelamatan. Hal ini disampaikan oleh militer Israel. Selanjutnya, pihaknya menambahkan bahwa tim yang dikirim atas permintaan Amman ini beroperasi di Laut Mati sisi Yordania.

Juru bicara pertahanan sipil, Kapten Iyad al Omar, menyatakan bahwa jumlah korban saat itu diperkirakan akan terus meningkat. Petugas penyelamat terus melakukan pencarian di tebing dekat pantai Laut Mati di mana mayat dilaporkan telah ditemukan. Mereka mencari korban yang mungkin terbawa arus banjir dengan menggunakan senter.

Tragedi serupa pernah terjadi di Yordania yakni pada tahun 1963. Saat itu sebanyak 23 turis Perancis tersapu banjir bandang ketika mereka terjebak di kota kuno Petra.

4 dari 4 halaman

Bendungan Himalaya India Jebol: Air Es Hanyutkan Rumah dan Tewaskan 31 Orang

Bicara soal bencana besar, baru-baru ini banjir bandang juga terjadi di India.

Bendungan berusia enam tahun jebol di Himalaya India akibat curah ujan tinggi. Air sedingin es lantas menerjang tempat tinggal masyarakat dan menewaskan puluhan orang pada awal Oktober 2023.

Dilaporkan VOA Indonesia, air banjir sedingin es menyapu kota-kota di pegunungan, menghanyutkan rumah dan jembatan serta memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka.

Banjir mulai terjadi selepas Rabu tengah malam, sewaktu danau glasial di ketinggian gunung meluap setelah hujan lebat. Air membobol bendungan itu yang notabene terbesar di negara bagian Sikkim, dan mengalir melalui kota-kota di Lembah Lachan di bawahnya.

Ini adalah banjir maut terbaru yang melanda kawasan timur laut India dalam satu tahun dengan hujan monsun yang sangat lebat. Hampir 50 orang tewas dalam banjir bandang dan tanah longsor pada Agustus lalu di negara bagian Himachal Pradesh di dekatnya, dan hujan dengan curah yang mencatat rekor tertinggi pada Juli lalu menewaskan lebih dari 100 orang selama dua pekan di India Utara.

Baca selengkapnya klik disini...