Liputan6.com, Jakarta - Diprediksi ada lebih dari satu juta orang telah mengungsi dari Jalur Gaza menjelang invasi Israel yang hendak menumpas kepemimpinan Hamas menyusul serangan yang dilakukan oleh kelompok militan terse but ke wilayah Israel.
Kelompok bantuan memperingatkan bahwa serangan darat Israel akan mempercepat terciptanya krisis kemanusiaan.
Baca Juga
Pasukan Israel mengambil posisi di sepanjang perbatasan dengan Gaza dan melakukan latihan yang menurut Israel akan menjadi kampanye luas guna membongkar kelompok militan itu, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (17/10/2023).
Advertisement
Tidak ada bantuan yang datang dan pasokan mulai habis, kata Juliette Touma, direktur komunikasi Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dalam briefing virtual di PBB, New York, pada Senin (16/10).
Touma mengatakan jumlah staf PBB yang telah tewas kini mencapai 14, tetapi kemungkinan angka sebenarnya lebih tinggi.
Ia mengatakan timnya di lapangan semakin merasa cemas.
“Mereka mengatakan mereka tidak bisa menjamin keselamatan anak-anak mereka, bahwa mereka akan baik-baik saja padahal tidak demikian halnya. Kami merasakan tingkat keputusasaan dan frustrasi dan keletihan di kalangan staf kami, yang meningkat dari jam ke jam,” ujar Touma.
“Kami dari UNRWA menyerukan agar blokade ini dihentikan, sehingga organisasi seperti UNRWA dan badan-badan PBB lain serta badan kemanusiaan bisa membawa pasokan yang sangat dibutuhkan ke Jalur Gaza,” katanya.
Serangan udara dahsyat selama seminggu telah menghancurkan daerah-daerah tempat tinggal namun tidak berhasil mencegah tembakan roket militan ke dalam wilayah Israel.
Perang yang dimulai pada 7 Oktober telah menjadi yang paling mematikan dari lima perang yang berlangsung antara pihak Hamas dan Israel. Lebih dari 4.000 orang telah tewas dalam perang kali ini.
Sekjen PBB Minta Konflik di Timur Tengah Tidak Menyebar ke Wilayah Lain
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan permintaannya terutama pada pihak-pihak di Timur Tengah untuk mencegah meluasnya konflik.
Hal ini ia sampaikan bertepatan dengan konflik Israel-Palestina, dikutip dari laman VOA Indonesia.
“Saya prihatin akan baku tembak baru-baru ini di sepanjang Garis Biru dan laporan serangan baru-baru ini dari Lebanon selatan,” kata Guterres kepada wartawan di markas besar PBB. Garis Biru adalah garis demarkasi antara Israel dan Lebanon, yang dijaga oleh pasukan penjaga perdamaian PBB.
“Saya mengimbau semua pihak – dan mereka yang memiliki pengaruh terhadap partai-partai di sana, untuk menghindari eskalasi dan penyebaran yang lebih luas,” tambahnya.
Kelompok militan Lebanon yang didukung Iran, Hizbullah, menguasai wilayah Lebanon selatan. Terdapat kekhawatiran bahwa mereka akan terlibat dalam konflik untuk mendukung Hamas. Pada tahun 2006, Israel dan Hizbullah terlibat perang berdarah selama 33 hari di Lebanon.
Juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, mengatakan kepada wartawan bahwa Guterres menerima rangkaian telepon sejak Hamas melancarkan serangan brutal terhadap warga sipil dan tentara Israel pada hari Sabtu (7/10). Serangan itu menewaskan lebih dari 1.000 warga Israel dan beberapa warga negara asing.
Gaza adalah rumah bagi lebih dari 2,2 juta warga Palestina. Para pejabat PBB meminta adanya koridor kemanusiaan untuk menyalurkan pasokan penting bagi warga sipil yang tinggal di wilayah itu.
“Kita membutuhkan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan saat ini,” kata Guterres. Ia menegaskan “akses yang segera.”
Dia berterima kasih kepada Mesir atas kesediaannya untuk meyediakan akses kemanusiaan melalui penyeberangan perbatasan Rafah, yang berbagi dengan Gaza.
Advertisement
Krisis di Gaza, Banyak Warga Terjebak dan Tak Punya Akses Makanan serta Listrik
Krisis kemanusiaan dengan cepat terjadi di Gaza. Pasalnya, banyak warga yang terjebak, banyak akses yang terputus dari makanan dan listrik. Ditambah lagi mereka harus menghadapi serangan udara Israel sebagai tanggapan atas serangan mematikan Hamas.
Sejauh ini, serangan Hamas ke Israel telah menewaskan sedikitnya 1.200 orang dan menyandera hingga 150 orang, dikutip dari laman CNN.
Nadine Abdul Latif (13) dari Al Rimal di Kota Gaza, mengatakan dia dan keluarganya diberitahu oleh tetangga dan kerabatnya untuk pergi setelah Israel mengatakan akan menargetkan daerah tersebut.
Namun mereka memutuskan untuk tetap tinggal karena “kami tidak memiliki tempat yang aman untuk dikunjungi,” katanya.
Ayahnya, Nihad hilang sejak Sabtu (7/10). Dia telah bekerja di Israel, tetapi setelah serangan Hamas pada hari itu, keluarganya kehilangan kontak dengannya.
Pengepungan Total di Kawasan Jalur Gaza
Jalur Gaza yang merupakan wilayah pesisir yang dikuasai Hamas dihantam oleh serangan udara sejak Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memerintahkan “pengepungan total” terhadap wilayah tersebut.
Termasuk menghentikan pasokan listrik, makanan, air dan bahan bakar ke wilayah tersebut.
"Kami memerangi orang-orang barbar dan akan meresponsnya dengan tepat," kata Gallant.
Jet tempur Israel menyerang lebih dari 200 sasaran di Gaza semalam, kata Pasukan Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan.
Korban tewas di Gaza kini mencapai lebih dari 900 orang menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Kementerian dalam negeri Palestina mengatakan, sebagian besar sasarannya adalah “menara bangunan tempat tinggal, fasilitas sipil dan layanan, dan banyak masjid.”
Hamas membantah bahwa mereka menggunakan salah satu menara yang ditargetkan.
Advertisement