Liputan6.com, Moskow - Kremlin pada Selasa (17/10/2023), menolak tuduhan Barat bahwa Korea Utara memasok senjata dan amunisi ke Rusia. Hal tersebut ditegaskan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
"Bukan hanya intelijen Inggris, tapi juga intelijen Amerika Serikat (AS). Mereka terus melaporkan hal ini sepanjang waktu, namun tidak memberikan bukti apapun," kata Peskov seperti dilansir kantor berita Interfax.
Baca Juga
Peskov menekankan bahwa Rusia akan terus membangun kerja sama yang saling menguntungkan dengan Korea Utara berdasarkan rasa saling menghormati. Keduanya, kata dia, akan mengembangkan hubungan di semua bidang.
Advertisement
"Ini adalah hak kedaulatan kami dan kami rasa tidak ada orang yang berhak ikut campur dalam hal ini," ujar Peskov.
Pada September, Kim Jong Un dan Presiden Vladimir Putin mengadakan pertemuan puncak yang jarang terjadi di Moskow, di mana mereka membahas kerja sama militer, perang Ukraina, dan potensi dukungan Rusia terhadap program satelit Korea Utara.
Kim Jong Un juga dilaporkan bertemu dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu dan membahas kerja sama militer serta pertukaran antara tentara kedua negara saat mereka melakukan tur sistem senjata dan kapal Rusia.
Tuduhan AS
Gedung Putih pada Jumat (13/10) mengatakan, Korea Utara telah mengirimkan lebih dari 1.000 kontainer peralatan militer dan amunisi ke Rusia sebagai upaya mendukung negara itu dalam perang Ukraina.
Spekulasi mengenai kemungkinan Korea Utara mengisi ulang gudang amunisi Rusia yang terkuras akibat perang berkepanjangan menguat bulan lalu, ketika Kim Jong Un melawat ke Rusia.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menuturkan bahwa AS yakin Kim Jong Un mengincar teknologi senjata canggih Rusia untuk meningkatkan program militer dan nuklir Korea Utara sebagai imbalan atas pengiriman amunisi.
Mendukung keyakinannya, Gedung Putih merilis gambar-gambar yang menunjukkan kontainer-kontainer itu dimuat ke kapal berbendera Rusia sebelum dipindahkan dengan kereta api ke barat daya Rusia. Menurut Gedung Putih, kontainer-kontainer tersebut dikirim antara 7 September-1 Oktober antara Najin, Korea Utara, dan Dunay, Rusia.
"Kami mengutuk Korea Utara karena menyediakan peralatan militer ini kepada Rusia, yang akan digunakan untuk menyerang kota-kota Ukraina dan membunuh warga sipil Ukraina," kata Kirby, seperti dilansir AP, Sabtu (14/10).
"Sebagai imbalan atas dukungan tersebut, kami menilai Korea Utara menginginkan bantuan militer dari Rusia termasuk pesawat tempur, rudal permukaan ke udara, kendaraan lapis baja, peralatan produksi rudal balistik, atau material lain dan teknologi canggih lainnya."
Advertisement
AS, Inggris, Jepang, dan Korea Selatan Tidak Akan Tinggal Diam
AS bersama dengan Inggris, Jepang, dan Korea Selatan pada Agustus telah mengeluarkan pernyataan menyusul dugaan negosiasi senjata antara Rusia-Korea Utara.
"Negosiasi senjata antara Rusia dan DPRK secara aktif mengalami kemajuan … Kunjungan (Menteri Pertahanan Rusia Sergei) Shoigu lebih dari sekadar sesi foto. Rusia memanfaatkan kunjungan ke Korea Utara untuk mencoba meyakinkan Pyongyang agar menjual amunisi artileri ke Rusia. Sejak itu, Vladimir Putin dan Kim Jong Un saling bertukar surat yang berjanji untuk meningkatkan kerja sama bilateral mereka," ungkap pernyataan yang dikeluarkan pemerintah Inggris.
"Rusia sedang menegosiasikan kesepakatan potensial untuk sejumlah besar dan berbagai jenis amunisi dari Korea Utara untuk digunakan melawan Ukraina. Kesepakatan potensial ini juga dapat mencakup penyediaan bahan mentah yang akan membantu basis industri pertahanan Rusia."
Keempat negara tersebut menekankan, "Kami tidak bisa dan tidak akan tinggal diam ketika kami menerima lebih banyak informasi bahwa Rusia terus beralih ke rezim jahat untuk mencoba mendapatkan senjata dan peralatan guna mendukung perang agresi brutalnya. Kami akan terus bekerja sama dengan sekutu dan mitra untuk mengidentifikasi, mengungkap, dan melawan upaya Rusia untuk memperoleh peralatan militer dari Korea Utara atau negara manapun yang siap mendukung perang Rusia di Ukraina. Dan kami akan terus memperkuat kerja sama untuk mengatasi program senjata pemusnah massal dan rudal balistik Korea Utara."