Sukses

Tegas Bela Palestina, Menteri Spanyol Bikin Israel Naik Pitam

Menteri Spanyol menuntut agar PM Israel Benjamin Netanyahu diberikan sanksi ekonomi.

Liputan6.com, Madrid - Politisi Spanyol kembali menunjukkan simpati dan keberpihakan kepada rakyat Palestina yang menjadi korban perang di Jalur Gaza. Menteri Sosial Spanyol, Ione Belarra, bahkan menuntut agar pemimpin Israel diberikan sanksi ekonomi dan diseret ke Mahkamah Internasional.

Politisi wanita itu bahkan terang-terangan berkata ada genosida di Jalur Gaza. 

"Kita butuh sanksi ekonomi sebagai contoh kepada Netanyahu dan semua yang bertanggung jawab atas genosida rakyat Palestina di Jalur Gaza. Kita juga perlu embargo senjata secepatnya. Eropa bisa dan harus bertindak dengan otonomi dan mencari perdamaian," tegas Ione Belarra, dikutip dari platform X, Rabu (18/10/2023).

Terkait sanksi, Belarra berkata hal serupa sudah dilakukan ke Rusia, sehingga bisa juga diterapkan ke Israel. 

"Ini telah dilakukan dengan Rusia dan saya pikir kita sudah kelamaan menunggu untuk menerapkannya ke Israel," jelas Belarra. 

Menurut laporan euobserver, diplomat Israel naik pitam akibat ucapan Belarra. Apalagi politisi Spanyol itu juga terang-terangan menyebut Israel bertanggung jawab atas penyerangan rumah sakit di Gaza. 

Belarra juga meminta agar Perdana Menteri Pedro Sanchez mensuspens hubungan diplomatik dengan Israel, serta memberikan sanksi ekonomi.

Wakil Duta Besar Israel ke Spanyol, Dan Poraz, menuduh bahwa Belarra mendukung Hamas.

Selain Belarra, ada anggota kabinet PM Spanyol lain yang membela Palestina, yakni Yolanda Diaz dan Alberto Garzon. Israel juga naik pitam karena aksi mereka. 

2 dari 4 halaman

Palestina Kecewa Dunia Hanya Diam Pasca-Serangan Israel ke RS Al-Ahli Arabi di Gaza

Rumah Sakit Al-Ahli Arabi Baptist di Kota Gaza menjadi target serangan yang dialamatkan kepada kepada Israel. Padahal di dalamnya banyak warga Palestina yang mencari perlindungan di bangunan tersebut.

Berbagai reaksi kecaman dari pemimpin dunia terus bergulir. 

Presiden Amerika Serikat Joe Biden hingga Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Gutteres menggambarkan insiden tersebut "ngeri", dan menekankan bahwa rumah sakit dilindungi di bawah hukum internasional. 

Kendati demikian, pihak Palestina justru kecewa dan menilai bahwa komunitas internasional hanya berdiam diri menanggapi insiden tersebut. 

"Faktanya, sangat memalukan jika komunitas internasional tetap bungkam mengenai apa yang terjadi di Palestina,"ujar Konsuler Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia Ahmad Metani dalam pernyataan pers di Kedutaan Besar (Kedubes) Palestina di Jakarta, Rabu (18/10/2023).

"Hal ini sangat mengecewakan bagi rakyat Palestina. Dengan mereka menyerang rumah sakit di depan seluruh komunitas internasional, jadi kita perlu melindungi rakyat kita," sambungnya. 

Kendati para pemimpin dunia telah mengecam dan mengutuk aksi serangan terhadap rumah sakit tersebut, Metani menekankan bahwa Palestina menginginkan aksi nyata dari mereka. 

"Walaupun Eropa dan Amerika telah mengutuk kejadian ini, tapi kami di sini juga meminta masyarakat dunia untuk menyelesaikan permasalahan ini, bukan hanya sekadar omongan saja namun juga tindakan nyata," tegas Metani. 

 

3 dari 4 halaman

Kekecewaan Palestina

Metani mengaku Palestina semakin merasa kecewa dengan diamnya komunitas internasional, bahkan setelah Presiden Palestina Mahmoud Abbas mendesak bantuan dari dunia.

"Israel terus menerus meluncurkan bom dan misil ke Gaza, bahkan presiden kami telah menyuarakan ke komunitas internasional bahwa kami menginginkan perdamaian dan ingin menyelesaikan ini secara damai," terangnya. 

"Tapi tampaknya masyarakat internasional hanya diam saja dan selain itu Israel tampaknya juga tidak ingin berdamai dengan kami," katanya lagi. 

Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa serangan yang diklaim Hamas dilakukan oleh Israel itu, telah menewaskan sekitar 500 orang. 

Beberapa rumah sakit di Kota Gaza telah menjadi tempat perlindungan bagi ratusan orang, dengan harapan agar terhindar dari pengeboman setelah Israel memerintahkan seluruh penduduk kota dan sekitarnya mengungsi ke selatan Jalur Gaza.

4 dari 4 halaman

Desak Dunia Bersaudara

Desakan agar negara-negara di dunia bersuara dan melakukan tindakan nyata pasca-serangan tersebut juga disampaikan oleh organisasi kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C). 

Lembaga medis yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan itu menggambarkan betapa sulitnya kondisi rumah sakit Indonesia di Gaza saat ini. Sebelum RS Al-Ahli Arabi Baptist, Rumah Sakit Indonesia di Gaza juga turut menjadi sasaran konflik. 

"Dalam kondisi normal saja, Gaza atau Palestina itu seperti penjara di mana masuk ke sana susah, keluar juga susah. Maka di saat-saat seperti ini, bisa dibayangkan kondisinya jauh lebih susah lagi," kata Presidium MER-C Henry Hidayatullah dalam kesempatan yang sama. 

Melihat kondisi itu, Henry turut mendesak dunia agar melakukan tindakan nyata untuk mengatasi isu kemanusiaan di wilayah konflik. 

"Bisa dikatakan ini genosida, di mana terjadi blokade, bantuan disetop dan tidak boleh masuk, apa yang lebih tepat kalau bukan genosida," ujar Henry. 

"Kami mengutuk dengan keras tindakan ini dan tentunya dunia harus bersuara terkait apa yang dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina khususnya di Gaza," sambungnya.Â