Liputan6.com, London - Puluhan ribu orang di Inggris didekati secara online oleh mata-mata China. Hal tersebut diungkapkan Ken McCallum, direktur jenderal MI5, kontra-intelijen dan agen keamanan domestik Inggris.
Pernyataan McCallum datang di tengah peringatan teranyar kepada puluhan ribu perusahaan di Inggris mengenai risiko inovasi mereka dicuri.
"Kami telah melihat kampanye berkelanjutan dalam skala yang sangat besar," kata McCallum kepada BBC, seperti dilansir Kamis (19/10/2023).
Advertisement
Di masa lalu, MI5 berfokus pada perlindungan rahasia pemerintah dari mata-mata asing, namun kini kekhawatiran mereka adalah bahwa inovasi sering kali dicuri dari perusahaan kecil, perusahaan rintisan, dan peneliti yang sebelumnya mungkin tidak memerhatikan isu keamanan.
"Jika Anda saat ini bekerja di bidang teknologi mutakhir maka geopolitik akan tertarik pada Anda, sekalipun jika Anda tidak tertarik pada geopolitik," ujar McCallum.
McCallum mengatakan, MI5Â mencatat bahwa lebih dari 20.000 orang di Inggris saat ini didekati oleh mereka yang dicurigai sebagai agen China melalui situs jejaring profesional seperti LinkedIn, agar memberikan informasi sensitif. Jumlah tersebut dua kali lipat dari angka yang dilaporkan sebelumnya.
Teknologi Sensitif dan Data Penelitian
Tahun lalu, MI5 melaporkan bahwa lebih dari 20 perusahaan China mempertimbangkan atau secara aktif mencoba mendapatkan akses terhadap teknologi sensitif yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan dan universitas-universitas Inggris melalui investasi atau cara lain yang menyembunyikan peran penuh China, seringkali melalui struktur perusahaan yang rumit.
Sejumlah perusahaan China juga diyakini memperoleh data penelitian curian dari universitas-universitas terkemuka di Inggris.
Konsekuensi dari pencurian penelitian di bidang-bidang mutakhir seperti Kecerdasan Buatan atau AI, sebut McCallum, tidak hanya berdampak pada profitabilitas perusahaan, namun juga bagi masa depan negara-negara Barat.
"Teknologi-teknologi ini berada pada momen bersejarah, di mana mereka mulai mengubah dunia kita dalam beberapa hal yang mendasar," tutur McCallum.
"Dan kita tahu bahwa negara-negara otoriter sangat fokus pada peluang yang mungkin diberikan oleh teknologi ini kepada mereka."
MI5 dan sekutunya mengaku mengganggu akuisisi perusahaan teknologi sensitif Inggris yang terkait dengan rantai pasokan militer Inggris dan rantai pasokan perusahaan komersial besar Barat lainnya.
Sementara itu, China secara konsisten membantah tuduhan spionase dan tindakan ilegal.
"AI dapat menawarkan peluang untuk campur tangan dalam politik dengan cara yang jauh lebih efektif," McCallum memperingatkan.
Advertisement
ASIO: China Perlu Diwaspadai
Kekhawatiran terkait China juga disampaikan oleh anggota aliansi intelijen Five Eyes lainnya.
"China telah menjadikan spionase ekonomi dan pencurian karya serta gagasan orang lain sebagai komponen utama strategi nasionalnya dan spionase tersebut mengorbankan para inovator di kelima negara kita," kata Direktur FBI Chris Wray.
"Ancaman itu semakin berbahaya dalam beberapa tahun terakhir."
Wray mengungkapkan bahwa saat ini terdapat lebih dari 2.000 investigasi FBI yang terkait dengan China dan organisasinya pernah membuka penyelidikan baru setiap 12 jam. Dia menggambarkan ancaman dari China sebagai ancaman eksistensial.
"Semua negara memata-matai," kata Direktur Jenderal Badan Keamanan Nasional Australia (ASIO) Mike Burgess. "Namun, perilaku (China) yang kita bicarakan di sini jauh melampaui spionase tradisional."
Burgess berargumentasi bahwa skala ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah umat manusia dan perlu diwaspadai.
Mengasingkan perekonomian negara-negara Barat dari China adalah hal yang tidak realistis dan merugikan, demikian pendapat para kepala keamanan Five Eyes, sehingga prioritasnya adalah mengidentifikasi dan melindungi wilayah-wilayah sensitif.