Sukses

AS dan Inggris Peringatkan Potensi Ancaman Teror Dalam Negeri Meningkat Imbas Perang Hamas Vs Israel

FBI mengklaim bahwa selama sepekan terakhir telah terjadi peningkatan laporan ancaman terhadap warga Yahudi atau muslim AS serta institusi dan rumah ibadah di AS.

Liputan6.com, Washington - Pimpinan badan keamanan Inggris dan Amerika Serikat (AS), MI5 dan FBI, merilis peringatan bersama yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu ancaman serangan teroris dalam negeri dapat meningkat akibat perang Hamas Vs Israel.

Direktur Jenderal MI5 Ken McCallum menuturkan ada risiko bahwa individu yang mungkin telah diradikalisasi secara online akan merespons dengan cara yang spontan di Inggris menyusul konflik di Timur Tengah. McCallum secara spesifik menyinggung bahaya terhadap individu atau organisasi Yahudi, yang disebutnya dapat menjadi sasaran kelompok radikal.

"Jelas ada kemungkinan bahwa peristiwa besar di Timur Tengah akan menghasilkan lebih banyak ancaman di Inggris dan/atau mengubah bentuknya dalam hal apa yang menjadi sasaran," ujarnya seperti dilansir The Guardian, Jumat (20/10/2023).

Pada Senin (16/10) malam, seorang pria bersenjata menembak mati dua penggemar sepak bola Swedia di Brussels. Kantor kejaksaan Belgia awalnya mengatakan tidak ada bukti serangan itu terkait dengan perang Hamas Vs Israel, namun pada Selasa (17/10), otoritas setempat mengakui relevansinya.

Prancis memberlakukan tingkat kewaspadaan keamanan tertinggi pada Jumat (13/10), setelah tragedi penikaman di sekolah menengah menewaskan seorang guru dan melukai tiga lainnya di bagian utara negara itu.

2 dari 3 halaman

Laporan Ancaman terhadap Yahudi di AS Meningkat

Direktur FBI Christopher Wray mengungkapkan bahwa ancaman teroris berkembang pesat di AS.

"Kita tidak dapat mengabaikan kemungkinan bahwa Hamas atau organisasi teroris asing lainnya dapat mengeksploitasi konflik untuk meminta pendukung mereka melakukan serangan di wilayah kita sendiri," tutur Wray.

Dia mengatakan bahwa selama sepekan terakhir telah terjadi peningkatan laporan ancaman terhadap warga Yahudi atau muslim AS serta institusi dan rumah ibadah di AS.

Sementara McCallum tidak terlalu spesifik mengenai ancaman yang dilaporkan di Inggris, dia mengatakan bahwa MI5 sudah sangat terbiasa dengan ancaman yang dilakukan oleh aktor tunggal dan dalam kasus individu atau entitas Yahudi atau Israel, terdapat potensi risiko dari kelompok sayap kanan, antisemitisme, atau neo-Nazi.

McCallum dan Wray menyampaikan pandangannya dalam pertemuan aliansi mata-mata Five Eyes, yang diselenggarakan FBI di California. Selain mereka, hadir pula pimpinan badan keamanan anggota Five Eyes lainnya, yakni Australia, Kanada, dan Selandia Baru.

3 dari 3 halaman

Peringatan Soal Iran

Wray dan McCallum sama-sama mengutuk serangan Hamas terhadap Israel pada Sabtu 7 Oktober.

"Sekali lagi, betapa ngerinya saya atas kekejaman yang dilakukan Hamas di Israel," ungkap Wray.

Senada, McCallum mengatakan, "Itu adalah serangan mengerikan yang menyebabkan 1.400 orang terbunuh (di Israel), termasuk setidaknya enam warga negara Inggris."

Keduanya tidak menyinggung jumlah korban di sisi Palestina yang dilaporkan melampaui 3.000 orang akibat serangan balasan Israel.

McCallum mengindikasikan bahwa MI5 memainkan peran dalam upaya Israel dan pihak berwenang lainnya untuk menemukan warga Inggris yang disandera Hamas. FBI juga mengatakan bahwa mereka sedang berupaya menemukan dan mengidentifikasi warga AS yang belum diketahui identitasnya.

Ada pula peringatan khusus dari McCallum mengenai Iran, yaitu bahwa Negeri Para Mullah itu bersedia mengambil tindakan pencegahan terhadap Israel jika invasi darat ke Gaza berlanjut.

"Jelas kejadian di Timur Tengah mempertajam kemungkinan bahwa Iran mungkin memutuskan untuk bergerak ke arah yang baru," tutur McCallum. "Saya tidak akan mengesampingkan kemungkinan yang mencakup Inggris, namun kami sudah beroperasi pada tingkat ancaman yang tinggi yang ditimbulkan oleh Iran."

Tahun lalu, kepala MI5 memperingatkan bahwa Iran telah melakukan 10 ancaman penculikan atau pembunuhan terhadap orang-orang yang berbasis di Inggris dalam setahun. Pekan ini, staf layanan berita BBC Persia di London mengaku bahwa mereka takut berjalan keluar sendirian karena berisiko diganggu oleh pihak berwenang Iran.

Â