Sukses

Kisah Jurnalis Difabel Momin Kireika, Jelajahi Gaza yang Hancur Pakai Kursi Roda

Momin Kireika dengan berani meliput dampak perang Israel-Hamas di Gaza, meski sebagai jurnalis penyandang disabilitas.

Liputan6.com, Gaza - Di tengah Jalur Gaza yang dilanda konflik, jurnalis Momin Kireika menentang segala rintangan untuk meliput serangan Israel yang sedang berlangsung. Meski menghadapi tantangan fisik yang signifikan karena menggunakan kursi roda, hal itu tak menjadi halangan baginya.

Mengutip thenews.com.pk, Jumat (20/10/2023), tekad dan ketangguhan jurnalis Kireika yang tak tergoyahkan disebut menjadi sumber inspirasi yang mendalam. Dia tegas dalam komitmennya untuk menjelaskan kenyataan pahit dari krisis ini --dampak perang Israel vs Hamas, dan menolak membiarkan keterbatasan fisik menghalangi tugasnya untuk menginformasikan kepada dunia tentang situasi di Gaza.

Dengan kursi roda ia menjelajahi jalan-jalan Gaza yang terdampak perang, di mana puing-puing dan kekacauan selalu ada. Itu adalah perjuangan sehari-hari bagi Kireika. Tekadnya tetap tidak terpatahkan, dan ia menegaskan, "Hambatannya banyak, namun tekad saya untuk melaporkan kebenaran lebih kuat."

Kisah Kireika menggarisbawahi peran penting jurnalis di zona konflik. Meskipun ada bahaya yang nyata, mereka mempertaruhkan hidup untuk mengungkap kebenaran dan memberikan suara kepada mereka yang tidak bersuara. Ia percaya bahwa pemberitaan para jurnalis bertindak sebagai penyambung informasi, dan mereka memikul tanggung jawab terhadap orang-orang yang terkena dampak konflik.

Di luar pemberitaannya, upaya jurnalis difabel Momin Kireika yang tak tergoyahkan dalam mengejar kariernya menantang norma-norma masyarakat dan stigma yang terkait dengan disabilitas. Keberanian dan tekadnya meruntuhkan hambatan, menganjurkan inklusivitas dan kesetaraan kesempatan.

Jurnalis Kireika menegaskan bahwa disabilitas tidak seharusnya mendefinisikan seseorang; "kemampuan dan kontribusi merekalah yang benar-benar penting," tegasnya.

Lebih jauh lagi, cerita Kireika menyoroti kebutuhan mendesak akan dukungan dan pengakuan yang lebih besar terhadap jurnalis penyandang disabilitas. Ia menyerukan kepada organisasi media dan pemerintah untuk menyediakan sumber daya dan akomodasi yang diperlukan guna memfasilitasi lingkungan jurnalisme yang lebih inklusif.

Kireika menyimpulkan dengan menekankan bahwa jurnalis penyandang disabilitas membawa perspektif dan pengalaman unik yang memperkaya bidang ini, dan mereka hanya memerlukan alat untuk melakukan pekerjaannya secara efektif.​

2 dari 4 halaman

Juara Rubik Cepat Max Park, Penyandang Disabilitas Autisme

Penyandang disabilitas lain yang jadi sorotan adalah Max Park. Ia merupakan anak muda berusia 21 tahun yang berprestasi dalam memecahkan rekor kecepatan menyelesaikan rubik. 

Lahir dan tumbuh di California, Amerika Serikat (AS), Max merupakan seorang laki-laki dengan gangguan spektrum autisme.

Ada beberapa metode terapi berbeda yang bermanfaat bagi anak-anak dengan spektrum autisme, seperti analisis perilaku terapan, terapi perilaku-kognitif, terapi bermain, dan lain-lain.

Untuk Max, bentuk terapi bermain yang meningkatkan otak, khususnya rubik, adalah sebuah metode terapi yang paling efektif.

Orangtua Max, Schwan dan Miki Park, awalnya memperkenalkan putra mereka dengan rubik untuk membantu memperkuat keterampilan motorik halus dan keterampilan sosialisasi. Tidak butuh waktu lama, kedua orangtua pun menyadari bahwa Max dengan cepat menguasai teka-teki rubik itu.

Selama bertahun-tahun, Max telah mendapatkan peringkat teratas di kompetisi rubik yang tak terhitung jumlahnya, berkat keterampilan pemecahan masalah yang cepat.

3 dari 4 halaman

Atlet Renang Penyandang Dwarfisme, Ellie Simmonds

Sementara itu, terlahir dengan achondroplasia, suatu bentuk dwarfisme, Ellie Simmonds terjun ke renang sejak dini, hingga mencapai status elit pada awal masa remajanya.

Mengutip WebMD, dwarfisme adalah kondisi disabilitas seseorang yang membuatnya bertubuh pendek karena genetik ataupun alasan medis.

Ellie menjadi atlet Inggris termuda yang berkompetisi di Paralimpiade Musim Panas 2008, dinobatkan sebagai Kepribadian Olahraga Muda BBC Tahun Ini dan menjadi penerima termuda dari Ordo Kerajaan Inggris (MBE) Paling Unggul. 

Selama karier peraih medali emasnya, Ellie menorehkan prestasi di tiga pertandingan Paralimpiade (London 2012, Rio 2016 dan Tokyo 2020), serta beberapa kejuaraan dunia.

Di luar kolam renang, dia juga sempat aktif menari untuk berkompetisi di Strictly Come Dancing dalam upaya mendukung Dwarf Sports Association UK. 

4 dari 4 halaman

Penyandang Sindrom Poland sekaligus Pencipta Lengan Prostetik LEGO, David Aguila

Lainnya adalah David Aguilar, seorang penyandang sindrom Poland, menciptakan lengan prostetik LEGO fungsional pertama di dunia.

Sindrom Poland adalah kelainan ketika seseorang terlahir tanpa otot di bagian tubuh tertentu, atau dengan otot yang kurang berkembang, seperti melansir Klikdokter.

Adapun lengan prostetik adalah robot lengan yang dapat berfungsi sebagai lengan buatan yang tampak dan terasa nyata.

David sangat terampil dengan balok LEGO, meskipun lahir dengan sindrom Poland. Kondisi bawaan ini menyebabkan lengan kanannya kurang berkembang.

Ketika masih remaja saat itu, David menciptakan lengan prostetik LEGO fungsional pertama di dunia. Penemu kreatif ini juga seorang mahasiswa, pendukung inklusivitas, dan penulis.