Sukses

RS di Gaza Kehabisan Kain Kafan, Dokter Pilih Pasien untuk Diobati Lebih Dulu

Korban tewas dan luka membuat rumah sakit di Gaza kewalahan ketika serangan udara semakin intensif. Di Al-Aqsa Martyrs Hospital di Gaza tengah, mereka dilaporkan kehabisan bahan atau kain kafan untuk menutupi korban tewas. Jenazah-jenazah korban perang Israel vs Hamas itu ditumpuk di halaman luar.

Liputan6.com, Gaza - Korban tewas dan luka membuat rumah sakit di Gaza kewalahan ketika serangan udara dalam perang Israel vs Hamas semakin intensif. Di Al-Aqsa Martyrs Hospital di Gaza tengah, mereka dilaporkan kehabisan bahan untuk menutupi korban tewas. Di dalam Islam bahan tersebut dikenal dengan kain kafan.

Jenazah-jenazah tersebut ditumpuk di halaman luar, doa dipanjatkan, dan sanak saudaranya ambruk ke lantai sambil meratap dalam kesedihan.

Di dalam rumah sakit, para dokter berjuang untuk menyembuhkan mereka yang terluka dan masih bisa berjalan dan menyelamatkan mereka yang terluka parah - namun persediaan obat-obatan dan perbekalan semakin berkurang dari hari ke hari.

Seorang reporter BBC yang berbahasa Arab menyaksikan fasilitas yang penuh dengan korban jiwa dan para dokter berlomba menyelesaikan prosedur sebelum melanjutkan ke pasien berikutnya.

Beberapa gambar yang muncul dari rumah sakit pada Minggu 22 Oktober 2023 terlalu gamblang untuk dibagikan. Anak-anak – termasuk setidaknya dua bayi – termasuk di antara korban tewas.

Para pejabat dari kementerian kesehatan yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 100 orang tewas ketika Israel melancarkan serangan udara sepanjang malam.

Sebagai tanggapan, militer Israel mengatakan kepada BBC yang dikutip Senin (23/10/2023) bahwa mereka telah menargetkan daerah terdekat "berdasarkan informasi intelijen yang mengkonfirmasi keberadaan seorang pemimpin Hamas di daerah yang berdekatan dengan rumah sakit, yang memberi perintah untuk menembak ke arah Israel dari daerah tersebut".

Pada Minggu pagi, sejumlah kendaraan terlihat membawa orang-orang yang terluka ke rumah sakit.

"Kami sudah berada di sini sejak fajar menyingsing dan jenazah telah memenuhi halaman rumah sakit, selain jenazah yang berada di lemari es yang penuh, di dalam gedung rumah sakit dan di luar," kata seorang staf.

"Kami tidak memiliki cukup kain kafan untuk jenazah karena jumlahnya sangat banyak. Semua jenazah tiba dalam keadaan utuh, tidak jadi satu dan dalam keadaan terpotong-potong. Kami tidak dapat mengidentifikasi mereka karena jenazah telah cacat dan hancur," papar staf itu.

Staf itu menggambarkan situasi ini sebagai sesuatu yang "tak tertahankan", dan menambahkan: "Terlepas dari semua yang telah kita saksikan sebelumnya, ini adalah pemandangan yang belum pernah kita lihat."

Adegan serupa juga terjadi di rumah sakit di seluruh wilayah tersebut ketika perang berkecamuk di Gaza memasuki minggu ketiga.

2 dari 5 halaman

Dokter Harus Memutuskan Siapa yang Diobati Lebih Dahulu

Di rumah sakit Al-Quds di wilayah Tel al-Hawa Kota Gaza, bom menghantam gedung-gedung di dekatnya ketika tim yang terdiri dari 23 dokter dan perawat merawat lebih dari 500 orang, menurut pesan dari seorang dokter di rumah sakit yang dikirim ke BBC.

Pasien dan warga sipil yang berlindung di rumah sakit hidup dalam "keadaan teror", kata dokter tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya demi keselamatannya sendiri, melalui pesan suara.

Dan di tengah situasi kesehatan yang digambarkannya sebagai "bencana besar", para dokter harus memutuskan siapa yang harus diobati terlebih dahulu. Sisanya bergabung dalam antrean.

"Banyak korban luka telah menunggu beberapa hari untuk dioperasi," kata dokter. Pesan suaranya disampaikan oleh dokter dan aktivis Norwegia Mads Gilbert, dari tim darurat Komite Bantuan Norwegia.

3 dari 5 halaman

Staf Medis Berkurang, Terbunuh oleh Serangan

Staf medis telah berkurang karena beberapa orang terbunuh dan yang lain tidak dapat mencapai lokasi. Staf yang tersisa sekarang berbagi gedung mereka dengan 1.200 pengungsi yang berlindung di sana.

"Ada 120 orang terluka dengan berbagai macam luka di sini, 10 pasien di ICU menggunakan ventilator, dan kami memiliki sekitar 400 pasien kronis," kata dokter yang tak mau diidentifikasi tersebut.

“Ada sekitar 1.200 warga yang mengungsi di sini – tidak mudah untuk memindahkan orang dalam jumlah besar sehingga kami memutuskan untuk tidak mengungsi."

Militer Israel telah mengulangi peringatannya kepada semua orang di Jalur Gaza utara untuk menuju ke selatan Wadi Gaza, sebuah jalur lahan basah yang melintasi wilayah tersebut, demi keselamatan mereka sendiri. Kota Gaza berada di utara Wadi Gaza, sedangkan Deir al-Balah di selatan.

Ratusan ribu orang telah mengungsi ke bagian selatan Gaza, namun ribuan lainnya masih bertahan di rumah mereka di Gaza utara.

 

4 dari 5 halaman

Rumah Sakit di Seluruh Gaza Sangat Butuh Pasokan

Rumah sakit di seluruh Gaza sangat membutuhkan pasokan, bahkan setelah 20 truk bantuan pertama bisa masuk dari Mesir pada hari Sabtu.

Meskipun sejumlah makanan dan pasokan medis berhasil melewatinya, tidak ada bahan bakar yang masuk ke Gaza sejak konflik dimulai. Rumah sakit mengandalkan generator bertenaga bahan bakar untuk listrik mereka.

Pada hari Minggu, Unicef memperingatkan bahwa 120 bayi di inkubator – termasuk 70 bayi baru lahir prematur yang juga menggunakan ventilator – bergantung pada mesin yang terhubung dengan generator cadangan yang digunakan ketika pasokan listrik Gaza dari Israel dimatikan.

"Saat ini kami memiliki 120 bayi baru lahir yang berada di inkubator, dan 70 di antaranya memiliki ventilasi mekanis, dan tentu saja hal ini sangat kami khawatirkan," kata juru bicara Unicef, Jonathan Crickx.

Fikr Shalltoot, direktur lembaga amal Bantuan Medis untuk Palestina di Gaza, mengatakan beberapa bayi prematur telah lahir di tengah putaran pertempuran terakhir.

"Di bangsal itu ada seorang bayi berusia 32 minggu yang berhasil diselamatkan oleh dokter setelah ibunya terbunuh dalam serangan udara," katanya kepada BBC. Ibu dan seluruh keluarganya meninggal, namun bayinya berhasil diselamatkan.

Dia mengatakan kematian pasti terjadi pada anak tersebut, dan orang lain di bangsal yang sama, jika generator berhenti bekerja.

Persediaan bahan bakar untuk menghidupkannya terbatas.

5 dari 5 halaman

Perang Hamas Vs Israel Hari ke-16: 37 Truk Bantuan Sudah Masuk Gaza, 40 Lainnya Menyusul

Direktur Program Pangan Dunia PBB (WFP) Cindy McCain menuturkan pada Minggu (22/10/2023) bahwa 17 truk bantuan kemanusiaan telah memasuki Gaza dan 40 lainnya diperkirakan tiba pada Senin (23/10).

Cindy yang merupakan istri dari mendiang Senator John McCain mengonfirmasi kabar tersebut saat tampil di program ABC "This Week". Dia mengungkapkan pula bahwa 20 truk bantuan pertama telah mampu melintasi perbatasan Gaza-Mesir sehari sebelumnya.

"Masyarakat kelaparan dan ini juga merupakan masalah keamanan nasional bagi semua orang di kawasan ini. Kelaparan dan kekurangan makanan adalah isu keamanan. Jadi, kami hanya ingin memastikan bahwa masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri ... kita punya peluang dan kemampuan untuk memberi mereka kehidupan berkelanjutan sebaik mungkin," ungkap Cindy, seperti dilansir The Hill.

"Tetapi ingat, ini adalah zona perang dan keadaan sangat berubah-ubah. Oleh karena itu, truk-truk ini harus bisa masuk - kita harus bisa mengangkut truk-truk ini dengan aman dan berkelanjutan."

Selengkapnya di sini...