Sukses

Ribuan Pengungsi Hidup Nomaden Pasca Kebakaran Hutan di Maui Hawaii

Ribuan orang yang mengungsi akibat kebakaran hutan Maui.

Liputan6.com, Jakarta - Ribuan orang yang mengungsi akibat kebakaran hutan Maui, yang menjadi kebakaran hutan paling banyak menelan korban jiwa di Amerika Serikat dalam lebih dari satu abad terakhir, menghadapi ketidakpastian saat mereka mencoba mencari tempat tinggal di pasar perumahan yang mahal.

Terlebih karena banyak kawasan perumahan itu yang kini juga diminati sebagai tempat berlibur.

Maui dan Lahaina, Hawaii khususnya telah mengalami kekurangan rumah yang parah, bahkan jauh sebelum kebakaran yang menghanguskan sekitar 3.000 rumah, dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (24/10/2023).

Kembalinya para wisatawan secara bertahap semakin mengancam para pengungsi yang selama ini “mengungsi” dengan tinggal di kamar-kamar hotel.

Sebagai sebuah pulau, tidak memungkinkan bagi pihak berwenang untuk mengirimkan atau membangun “hunian sementara” seperti yang biasa dilakukan pada bencana alam lainnya.

Pihak Palang Merah mengatakan mereka tidak meminta siapa pun untuk meninggalkan hotel sampai mereka menemukan tempat tinggal permanen.

Setelah kebakaran dahsyat pada tanggal 8 Agustus lalu, pemerintah Amerika Serikat melalui Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) telah mendanai sekitar 8.000 warga yang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk pindah ke hotel, rumah sewa yang biasanya digunakan untuk liburan dan perumahan jangka pendek lainnya.

Hingga saat ini masih ada sekitar 6.900 orang yang tinggal di tempat penampungan jangka pendek itu.

2 dari 3 halaman

Kebakaran Hutan Hawaii: WNI Dilaporkan Aman

Para WNI yang berada di Hawaii dilaporkan masih aman. Mayoritas WNI juga tidak tinggal di Maui yang merupakan lokasi pusat kebakaran.

 Pada Selasa malam (15/8), Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha menegaskan bahwa kondisi WNI masih aman.

"Tidak ada informasi mengenai adanya WNI yang menjadi korban meninggal. Namun rumah seorang WNI (menikah dengan WN AS) ikut terbakar. KJRI LA berhasil berkomunikasi dg ybs dan saat ini telah diungsikan ke lokasi aman di War Memorial Stadium Complex di kota Wailuku, Hawaii," jelas Judha.

"KJRI LA juga sudah sampaikan imbauan kepada masyarakat Indonesia di Hawaii untuk tingkatkan kewaspadaan, selalu memonitor informasi dan arahan otoritas lokal dan segera menghubungi hotline KJRI LA jika mengalami situasi darurat," lanjut Judha.

Berdasarkan data KJRI LA, terdapat sekitar 600 WNI yang menetap di Hawaii dan sekitar 20 di antaranya menetap di Maui. Mayortas WNI berada di pulau utama Hawai'i (Pulau Besar) dan Pulau O'ahu.

3 dari 3 halaman

Bencana Alam Terburuk di Pulau Hawaii

Sebelumnya dilaporkan BBC, Senin (14/8), ada ratusan orang yang masih belum ditemukan, sementara ratusan orang lainnya berlindung di shelter yang tersedia. Gubernur Hawaii Josh Green berkata bencana yang terjadi sebagai "impossible day".

Politisi dari Partai Demokrat itu juga berkata kebakaran tersebut akan "menjadi bencana alam terparah yang Hawaii pernah hadapi."

Situasi kebakaran hutan itu tambah parah karena sistem peringatan dini tidak terpakai, entah karena malfungsi atau memang tidak digunakan. BBC menyebut banyak orang tidak mendapat peringatan.

Kejaksaan Agung di Hawaii tengah melakukan "review komprehensif" terkait bagaimana pihak berwenang merespons bencana alam tersebut.

Anggota DPR AS dari Hawaii Jill Tokuda berkata ada pertanyaan-pertanyaan serius yang harus dijawab pemerintah setempat. Ia telah mengunjungi Lahaina pada pekan lalu dan menyebut situasinya sangat menyakiti hati.

"Ada banyak justifikasi bagi semua orang untuk merasa marah akibat situasi ini, dan kita semua ingin jawaban," ujar Tokuda.

Kebakaran Hawaii itu terjadi pada Selasa pekan lalu akibat musim panas yang kering, kemudian ditambah parah oleh angin puyuh yang lewat.

Gubernur Green berkata tiupan angin itu membuat apinya tersebar dengan kecepatan 1 mil per menit, sehingga masyarakat kesulitan kabur.