Sukses

AS Peringatkan Tiongkok Soal Laut China Selatan: Kami Akan Membela Filipina Jika Terjadi Konflik Bersenjata

AS dan Filipina terikat Perjanjian Pertahanan Bersama tahun 1951, yang mewajibkan AS membela Filipina jika serangan bersenjata terjadi.

Liputan6.com, Manila - Amerika Serikat (AS) pada Senin (23/10/2023), memperingatkan bahwa berdasarkan Perjanjian Pertahanan Bersama tahun 1951, mereka akan membela Filipina jika terjadi serangan bersenjata. Pernyataan AS itu muncul setelah kapal-kapal China memblokir dan bertabrakan dengan dua kapal Filipina di perairan dangkal Second Thomas Shoal yang disengketakan di Laut China Selatan.

"AS bersama sekutu kami Filipina dalam menghadapi tindakan berbahaya dan melanggar hukum yang dilakukan oleh penjaga pantai Republik Rakyat China dan milisi maritim mereka yang menghalangi misi pengiriman pasokan Filipina ke Second Thomas Shoal pada 22 Oktober," ujar Kementerian Luar Negeri AS dalam pernyataan yang dirilis oleh kedutaan besarnya di Manila, seperti dilansir AP.

Mereka menyalahkan manuver berbahaya yang dilakukan kapal-kapal China sebagai penyebab tabrakan dan menambahkan bahwa China melanggar hukum internasional dengan secara sengaja mengganggu kebebasan navigasi di laut lepas yang dilakukan kapal-kapal Filipina.

Kementerian Luar Negeri AS juga mengutip keputusan arbitrase tahun 2016 yang membatalkan klaim ekspansif China atas Laut China Selatan berdasarkan sejarah, termasuk di Second Thomas Shoal.

AS sendiri tidak mengklaim wilayah perairan yang disengketakan tersebut, namun telah mengerahkan pasukan untuk berpatroli di sana guna mendukung kebebasan navigasi dan penerbangan – sebuah langkah yang telah membuat marah China. Beijing telah memperingatkan AS untuk berhenti ikut campur dalam apa yang mereka sebut murni perselisihan Asia.

2 dari 3 halaman

Filipina Panggil Dubes China

Filipina telah memanggil duta besar China di Manila pada Senin untuk menyampaikan protes keras menyusul tabrakan pada Minggu (22/10).

Tidak ada korban luka yang dilaporkan, namun menurut pejabat Filipina, peristiwa yang mereka gambarkan sebagai serangan kapal China itu merusak kapal penjaga pantai Filipina dan kapal pengangkut pasokan berlambung kayu yang dioperasikan oleh personel Angkatan Laut Filipina.

Presiden Ferdinand Marcos Jr. dilaporkan mengadakan pertemuan darurat dengan menteri pertahanan dan pejabat tinggi militer dan keamanan lainnya untuk membahas insiden terbaru itu. Filipina dan negara-negara tetangga China lainnya telah menolak klaim teritorial Tiongkok atas hampir seluruh Laut China Selatan dan Filipina telah meminta dukungan militer AS ketika ketegangan semakin meningkat.

Setelah pertemuan tersebut, Menteri Pertahanan Gilberto Teodoro mengecam China karena menggunakan serangan brutal yang menurutnya membahayakan awak kapal Filipina dan memutarbalikkan fakta untuk menyembunyikan agresi mereka.

"Pemerintah Filipina memandang agresi terbaru yang dilakukan China sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional," kata Teodoro. "China tidak memiliki hak atau wewenang hukum untuk melakukan operasi penegakan hukum di wilayah perairan kami dan di zona ekonomi eksklusif kami."

Marcos memerintahkan penyelidikan atas tabrakan di laut lepas, kata Teodoro, namun dia menolak mengungkapkan langkah apa yang akan diambil pemerintah Filipina.

"Kami menanggapi insiden ini dengan serius di tingkat tertinggi pemerintahan," tutur Teodoro, seraya menambahkan bahwa pemerintah menyerukan China memberikan fakta yang akurat. "Pemerintah China sengaja mengaburkan kebenaran."

3 dari 3 halaman

China: Stop Memfitnah

Filipina berencana meningkatkan kewaspadaannya atas manuver berbahaya yang dilakukan kapal-kapal China melalui dialog antara China dan ASEAN mengenai usulan pakta non-agresi – sebuah kode etik untuk mencegah konflik bersenjata besar di Laut China Selatan. Beijing menjadi tuan rumah perundingan tersebut selama tiga hari yang dimulai Senin ini.

Teodoro menilai bahwa sangat ironis China menjadi tuan rumah perundingan yang bertujuan mencegah konflik besar di laut ketika mereka justru melakukan pengabaian terang-terangan terhadap hukum internasional.

"Sekitar lima kapal penjaga pantai China, delapan kapal pendamping, dan dua kapal angkatan laut membentuk blokade pada Minggu untuk mencegah dua kapal penjaga pantai Filipina dan dua kapal pemasok makanan dan lainnya kepada pasukan Filipina yang ditempatkan di Second Thomas Shoal - di atas kapal angkatan laut yang terdampar," ungkap pejabat penjaga pantai Filipina Komodor Jay Tarriela.

Selama kebuntuan, salah satu kapal penjaga pantai Filipina dan sebuah kapal pasokan secara terpisah ditabrak oleh kapal penjaga pantai dan kapal China lainnya.

"Hanya satu dari dua kapal Filipina yang berhasil mengirimkan pasokan ke pasukan Filipina," ujar Tarriela.

Adapun diplomat senior China yang dipanggil Filipina mengulangi pernyataan sikap negaranya, yakni kapal-kapal Filipina menyusup ke wilayahnya.

"China sekali lagi mendesak Filipina menganggap serius keprihatinan besar China, menepati janjinya, berhenti melakukan provokasi di laut, berhenti melakukan tindakan berbahaya, berhenti menyerang dan memfitnah China tanpa alasan, dan segera menarik kapal perang yang 'dicampakkan' secara ilegal," ungkap Zhou Zhiyong seperti dikutip Kedutaan Besar Tiongkok di Manila.

Yang dia maksud adalah Sierra Madre, kapal Angkatan Laut AS era Perang Dunia II, yang sengaja dikandaskan pada tahun 1999 dan kini berfungsi sebagai pos teritorial Filipina di Second Thomas Shoal.