Liputan6.com, Gaza - Ketika perang Hamas vs Israel pecah, Rusia berupaya meloloskan proposal gencatan senjata. Namun, proposal itu ditolak AS karena dianggap tidak mengecam Hamas.
Warga Rusia ternyata juga ada yang diculik Hamas. Pemerintah Rusia masih kesulitan membebaskan warganya yang diculik Hamas.
Baca Juga
Dilaporkan France24, Selasa (24/10/2023), juru bicara pemerintahan Presiden Vladimir Putin menyebut tidak tahu ada berapa warga Rusia yang menjadi tawanan Hamas. Komunikasi dengan berbagai pihak untuk pembebasan tawanan juga belum sukses.
Advertisement
"Kami belum sukses sejauh ini, tetapi kami akan melanjutkannya," ujar jubir Kremlin Dmitry Peskov. "Kami belum mendapatkan informasi jelas tentang bagaimana dan kapan mereka akan dipulangkan saat ini."
Pihak Rusia telah berkomunikasi dengan Israel, Hamas, serta militan.
Ada lebih 200 orang yang diculik Hamas usai menyerang Israel beberapa waktu lalu. Ada juga tawanan dari Filipina dan Thailand. Aksi Hamas yang melakukan penculikan ini dikritik keras oleh berbagai negara, terutama Amerika Serikat.
Kabar terbaru, Hamas membebaskan dua tahanan wanita berusia lanjut. Keduanya dalam keadaan sehat.
Dua wanita itu adalah Yocheved Lifshitz (85) dan Nurit Yitzhak yang juga dikenal dengan nama Nurit Cooper (79) karena alasan kemanusiaan. Pembebasan tawanan ini dilakukan atas mediasi Qatar dan Mesir.
Perang Israel Vs Hamas Tewaskan 5.087 Orang di Gaza, Sekitar 40 % Anak-anak
Hampir 5.100 warga Palestina telah terbunuh di Jalur Gaza sejak Israel melancarkan serangan pemboman tanpa henti terhadap daerah kantong yang terkepung tersebut, setelah serangan Hamas di wilayah Israel lebih dari dua minggu lalu. Demikian menurut info pejabat kesehatan Gaza soal korban perang Israel vs Hamas di wilayahnya, mengutip Al Jazeera, Selasa (24/11/2023).
Sekitar 40 persen dari 5.087 orang yang tewas adalah anak-anak, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada Senin 23 Oktober, hari ketika tentara Israel mengatakan mereka melancarkan lebih dari 300 serangan udara baru dalam waktu 24 jam. Para pejabat Palestina mengatakan lebih dari 400 orang tewas dalam periode tersebut.
Ribuan bangunan hancur, dan lebih dari satu juta orang mengungsi di wilayah tersebut, yang dikepung dan sebagian besar kekurangan air, makanan, dan pasokan dasar lainnya.
Pertempuran berkecamuk semalaman setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji bahwa Israel akan "menghapus Hamas", sebuah kelompok bersenjata yang menguasai Gaza, ketika invasi darat besar-besaran akan terjadi.
Serangan Hamas di Israel selatan menewaskan sedikitnya 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, menurut pejabat Israel.
Pada hari Senin, militer Israel mengatakan mereka telah mencapai "lebih dari 320 sasaran militer di Jalur Gaza" dalam 24 jam sebelumnya.
Dikatakan bahwa target tersebut "termasuk terowongan yang berisi teroris Hamas, puluhan pusat komando operasional" serta "kompleks militer dan pos pengamatan" yang digunakan oleh Jihad Islam Palestina, kelompok bersenjata lainnya.
Advertisement
Kesaksian Warga Gaza Soal Pengeboman Israel
Kantor media pemerintah Gaza mengatakan lebih dari 60 orang tewas dalam serangan malam itu, termasuk 17 orang dalam satu serangan yang menghantam sebuah rumah di Gaza utara, dan setidaknya 10 orang tewas dalam serangan baru pada Senin pagi.
Di selatan, warga Rafah Mohammed Abu Sabalah mengatakan dia kembali ke rumah dari masjid setelah salat subuh pada hari Senin dan "seperempat jam kemudian terjadi pemboman".
"Kami tidak dapat melihat apa pun karena asap tebal," katanya, seraya menambahkan "Kami bersyukur kepada Tuhan bahwa kami berhasil keluar dengan selamat" dan "hanya beberapa jendela dan pintu yang hancur".
Tala Herzallah, 21, yang mengungsi ke selatan menyusul perintah Israel untuk meninggalkan Jalur Gaza utara pada 13 Oktober, mengatakan tadi malam “tidak dapat “digambarkan dengan kata-kata”.
"Kami benar-benar gemetar karena ketakutan. Kami tidak tahu apakah kami akan bangun dalam keadaan hidup atau tidak," kata Tala, seraya menambahkan bahwa dia bangun di pagi hari karena "serangkaian pemboman" di dekatnya.
Bombardir Israel
Israel terus membombardir bagian selatan Gaza meskipun telah memberitahu 1,1 juta orang di bagian utara wilayah kantong yang terkepung itu untuk pindah ke sana, menjelang serangan darat yang diperkirakan akan dilakukan.
"Kami dipindahkan dari Tal al-Hawa ke Rafah atas permintaan tentara Israel, dan inilah yang terjadi pada kami. Anak saya adalah seorang martir berusia 3 bulan,” kata ayah dari seorang anak yang tewas dalam serangan di Rafah kepada Al Jazeera.
Pasukan Israel dilaporkan berkumpul di dekat perbatasan Gaza, dan unit-unit yang lebih kecil telah melakukan serangan terbatas, menargetkan Hamas dan berharap untuk menyelamatkan tawanan yang diambil kelompok itu dari Israel pada 7 Oktober. Israel kini menyebutkan jumlah tawanan sebanyak 222 orang.
Dalam salah satu operasi tersebut, seorang tentara Israel berusia 19 tahun tewas dan tiga lainnya luka-luka, kata militer, seraya menambahkan bahwa operasi tank tersebut bertujuan "untuk membongkar infrastruktur teror… dan menemukan orang dan jasad yang hilang".
Hamas mengkonfirmasi bentrokan tersebut, dan mengatakan bahwa para anteknya menghadapi unit lapis baja Israel yang menyusup ke timur Khan Younis di Gaza selatan. Kelompok itu mengatakan para anggotanya menghancurkan beberapa peralatan militer Israel.
Advertisement