Liputan6.com, Jakarta - Rumah sakit di Gaza kewalahan lantaran kehabisan air, listrik hingga bahan bakar sejak serangan Hamas terhadap Israel pada Sabtu (7/10/2023).
Para dokter, tenaga kesehatan hingga organisasi bantuan internasional menggambarkan kondisi di rumah sakit di Gaza yang semakin mengerikan, termasuk ketika para dokter terpaksa melakukan operasi tanpa anastesi dan hanya diterangi cahaya dari ponsel. Bahkan dalam sejumlah kasus, dokter terpaksa menggunakan cuka sebagai pengganti antiseptik karena keterbatasan pasokan medis.
Baca Juga
"Kami tidak mempunyai bahan bakar untuk menjalankan generator siaga, dan yang terkena dampak pertama adalah ruang operasi, unit perawatan intensif, dan ruang gawat darurat," kata direktur jenderal kementerian kesehatan Gaza Dr Medhat Abbass, seperti dilansir The Guardian, Rabu (25/10/2023).Â
Advertisement
Banyaknya jumlah pasien, sebut Abbass, membuat rumah sakit dan tenaga medis sangat kewalahan.
"Kami menerima banyak korban di rumah sakit yang menangani kasus bedah. Masalahnya, staf kami kelelahan dan kami tidak punya persediaan medis. Kami menghabiskan (pasokan medis) apa yang biasa kami habiskan sebulan, kini hanya dalam sehari."
Abbass juga mengaku bahwa ia bersama rekan-rekannya terpaksa menolong para pasien di koridor rumah sakit lantaran minimnya ruangan dan fasilitas rumah sakit.Â
"Kami mengoperasi beberapa pasien di koridor rumah sakit," tutur Abbass.
"Kami mengoperasi mereka di lapangan dengan menggunakan lampu ponsel, dan beberapa di antaranya dioperasi tanpa anestesi," sambungnya.
Rumah sakit di Gaza tidak hanya dipenuhi oleh ribuan pasien yang menderita luka akibat serangan udara yang terus-menerus, tetapi juga dipenuhi oleh puluhan ribu orang yang mencari perlindungan, sehingga semakin sulit untuk merawat mereka yang terluka.Â
Sementara itu, lebih dari 20 rumah sakit di bagian utara dan tengah Gaza, yang mewakili sebagian besar layanan kesehatan di Gaza, telah diperintahkan untuk dievakuasi oleh tentara Israel – sebuah perintah yang menurut para dokter tidak mungkin dilaksanakan.
Pasokan Medis Terbatas
Pasokan medis dalam jumlah terbatas telah diizinkan melintasi perbatasan Rafah via Mesir dalam beberapa hari terakhir, namun Israel menolak mengizinkannya didistribusikan di wilayah utara. Padahal wilayah tersebut merupakan tempat sebagian besar rumah sakit berada.
Ini lantaran pemerintah Israel menginginkan seluruh bagian utara di Jalur Gaza untuk dievakuasi sebelum serangan darat yang direncanakan.
Semantara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak mungkin mendistribusikan bahan bakar atau bahan medis di wilayah utara karena kurangnya jaminan keamanan.
Selain itu, sejak serangan Hamas terhadap Israel, belum ada bantuan bahan bakar yang diizinkan masuk ke Gaza, sehingga menyebabkan rumah sakit tidak bisa mengoperasikan generatornya.
Â
Advertisement
RS Indonesia di Gaza Juga Kekurangan Bahan Bakar
Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara yang dibangun pada tahun 2016 juga mengalami kekurangan bahan bakar dan meminta negara-negara Arab serta PBB untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi krisis tersebut.
Rumah Sakit tersebut tidak dapat digunakan karena fasilitas vitalnya terganggu pada Senin (23/10) akibat pemadaman listrik, menurut sumber medis.
Kementerian Kesehatan di Gaza pada Selasa (24/10) pagi memperingatkan bahwa generator listrik di semua rumah sakit akan berhenti berfungsi dalam 48 jam ke depan karena kekurangan bahan bakar.
"Kami memiliki waktu kurang dari 48 jam sebelum semua generator listrik di rumah sakit kehabisan bahan bakar," kata juru bicara kementerian Ashraf Al-Qudra dalam pernyataan singkat di Telegram.
Dia menambahkan bahwa kebutuhan mendesak rumah sakit harus diprioritaskan dalam hal distribusi bantuan, dan mendesak PBB dan Komite Palang Merah Internasional untuk mendorong izin pasokan bahan bakar dan unit darah untuk mendukung sektor kesehatan di Jalur Gaza, Palestina yang terkepung.
Video yang beredar secara online menunjukkan tim medis di rumah sakit menerima pasien yang diangkut oleh petugas ambulans sambil menggunakan senter.
Perang Israel Vs Hamas Tewaskan 5.087 Orang di Gaza, Sekitar 40 % Anak-anak
Hampir 5.100 warga Palestina telah terbunuh di Jalur Gaza sejak Israel melancarkan serangan pemboman tanpa henti terhadap daerah kantong yang terkepung tersebut, setelah serangan Hamas di wilayah Israel lebih dari dua minggu lalu. Demikian menurut info pejabat kesehatan Gaza soal korban perang Israel vs Hamas di wilayahnya, mengutip Al Jazeera, Selasa (24/11/2023).
Sekitar 40 persen dari 5.087 orang yang tewas adalah anak-anak, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada Senin 23 Oktober, hari ketika tentara Israel mengatakan mereka melancarkan lebih dari 300 serangan udara baru dalam waktu 24 jam. Para pejabat Palestina mengatakan lebih dari 400 orang tewas dalam periode tersebut.
Ribuan bangunan hancur, dan lebih dari satu juta orang mengungsi di wilayah tersebut, yang dikepung dan sebagian besar kekurangan air, makanan, dan pasokan dasar lainnya.
Pertempuran berkecamuk semalaman setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji bahwa Israel akan "menghapus Hamas", sebuah kelompok bersenjata yang menguasai Gaza, ketika invasi darat besar-besaran akan terjadi.
Serangan Hamas di Israel selatan menewaskan sedikitnya 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, menurut pejabat Israel.
Pada hari Senin, militer Israel mengatakan mereka telah mencapai "lebih dari 320 sasaran militer di Jalur Gaza" dalam 24 jam sebelumnya.
Dikatakan bahwa target tersebut "termasuk terowongan yang berisi teroris Hamas, puluhan pusat komando operasional" serta "kompleks militer dan pos pengamatan" yang digunakan oleh Jihad Islam Palestina, kelompok bersenjata lainnya.
Kantor media pemerintah Gaza mengatakan lebih dari 60 orang tewas dalam serangan malam itu, termasuk 17 orang dalam satu serangan yang menghantam sebuah rumah di Gaza utara, dan setidaknya 10 orang tewas dalam serangan baru pada Senin pagi.
Advertisement