Sukses

Perang Israel-Hamas Berpotensi Picu Epidemi Penyakit di Jalur Gaza

Kementerian Kesehatan Gaza memperingatkan kemungkinan gelombang epidemi di wilayah tersebut, di tengah serangan dan pengepungan Israel.

Liputan6.com, Gaza - Perang Israel Vs Hamas disebut berpotensi memicu epidemi penyakit.

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas pada Selasa 24 Oktober 2023 memperingatkan kemungkinan pecahnya gelombang epidemi besar di Jalur Gaza, di tengah serangan udara Israel yang sedang berlangsung dan pengepungan terhadap wilayah kantong Palestina.

"Hingga 3.150 kasus penyakit tercatat dalam satu hari setelah pecahnya konflik Israel-Hamas pada 7 Oktober, dengan sebagian besar dilaporkan terjadi pada anak-anak. Penyakit yang diderita antara lain diare, keracunan makanan, gejala kulit, kudis, dan infeksi bronkus," jelas Juru bicara kementerian Ashraf al-Qedra dalam pernyataan pers seperti dikutip dari Xinhua, Kamis (25/10/2023).

Karena terlalu padatnya fasilitas tempat penampungan, kurangnya air bersih, dan buruknya kebersihan pribadi, penyakit epidemi menjadi semakin umum, kata Ashraf al-Qedra.

Untuk mencegah penyebaran penyakit, Ashraf al-Qedra meminta komunitas internasional untuk segera memberikan bantuan dan memulihkan layanan dasar di Gaza, termasuk air, listrik, dan sanitasi.

Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada 7 Oktober, menembakkan ribuan roket dan menyusup ke wilayah Israel, di mana mereka menyandera sejumlah besar orang. Sebagai tanggapan, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran dan tindakan hukuman, termasuk pengepungan terhadap wilayah kantong tersebut dengan terputusnya pasokan air, listrik, bahan bakar, dan kebutuhan lainnya.

Perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung sejauh ini telah menewaskan hampir 5.800 warga Palestina di Jalur Gaza dan lebih dari 1.400 orang di Israel.

2 dari 4 halaman

Ngeri, Serangan Udara Israel ke Gaza Tewaskan 704 Warga Palestina dalam 24 Jam

 Serangan udara Israel ke Jalur Gaza intens selama 24 jam terakhir. Otoritas kesehatan Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas, menggarisbawahi bahwa ini adalah perang 24 jam yang paling mematikan sejauh ini, dengan 704 orang dilaporkan tewas, termasuk di antaranya 305 anak-anak, 173 wanita, dan 78 orang lanjut usia.

"Hal ini menjadikan jumlah korban tewas secara keseluruhan di Gaza menjadi 5.791 orang," tutur mereka, seperti dilansir BBC, Rabu (25/10/2023).

Israel mengklaim bahwa pihaknya menyerang 400 sasaran teror dan membunuh sejumlah komandan Hamas dalam periode yang sama. Mereka juga menyatakan tidak akan mengurangi serangannya meski Hamas telah membebaskan empat sandera sejauh ini.

Beberapa dari mereka yang tewas di kota selatan Khan Younis dan Rafah adalah pengungsi yang melarikan diri dari utara Gaza atas perintah militer Israel untuk pindah dari daerah tersebut demi keselamatan mereka.

Korban jiwa termasuk 13 orang dari satu keluarga, yang tinggal di sebuah bangunan perumahan di Qarara. Seorang kerabat yang selamat mengatakan, "Kami sedang tidur dan tiba-tiba terjadi ledakan besar. Seluruh keluarga saya tewas."

Sekitar 20 orang disebut tewas dalam serangan terhadap bangunan tempat tinggal di kawasan Amal yang padat penduduknya di Khan Younis.

Israel membombardir Gaza sejak Hamas - yang digolongkan teroris oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Israel sendiri - melancarkan serangan lintas batas mematikan pada Sabtu 7 Oktober yang menewaskan sedikitnya 1.400 orang dan menyebabkan 222 lainnya disandera.

Selengkapnya di sini...

3 dari 4 halaman

Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza Kekurangan Bahan Bakar, Listrik Mati 48 Jam ke Depan

Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza utara mengalami kekurangan bahan bakar dan meminta negara-negara Arab serta PBB untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi krisis tersebut.

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di surat kabar Jerusalem Post, Hamas mengatakan mereka menganggap pemadaman listrik sebagai akibat dari agresi Israel yang terus berlanjut terhadap Gaza sejak 7 Oktober, dikutip dari Anadolu, Selasa (24/10/2023).

“Aib bagi negara-negara yang menutup mata atau bergabung dengan pendudukan dalam agresi dan genosida terhadap rakyat kami dan warga sipil tak bersenjata.”

Kelompok tersebut memperingatkan “konsekuensi dari pengabaian krisis bahan bakar, karena hal ini akan mengakibatkan hal buruk bagi semua korban luka dan pasien di rumah sakit.”

Rumah Sakit Indonesia di Gaza tidak dapat digunakan karena fasilitas vitalnya terganggu pada Senin (23/10) akibat pemadaman listrik, menurut sumber medis.

Kementerian Kesehatan di Gaza pada Selasa (24/10) pagi memperingatkan bahwa generator listrik di semua rumah sakit akan berhenti berfungsi dalam 48 jam ke depan karena kekurangan bahan bakar.

“Kami memiliki waktu kurang dari 48 jam sebelum semua generator listrik di rumah sakit kehabisan bahan bakar,” kata juru bicara kementerian Ashraf Al-Qudra dalam pernyataan singkat di Telegram.

Dia menambahkan bahwa kebutuhan mendesak rumah sakit harus diprioritaskan dalam hal distribusi bantuan, dan mendesak PBB dan Komite Palang Merah Internasional untuk mendorong izin pasokan bahan bakar dan unit darah untuk mendukung sektor kesehatan di Jalur Gaza, Palestina yang terkepung.

Video yang beredar secara online menunjukkan tim medis di rumah sakit menerima pasien yang diangkut oleh petugas ambulans sambil menggunakan senter.

4 dari 4 halaman

Perang Israel Vs Hamas Tewaskan 5.087 Orang di Gaza, Sekitar 40 % Anak-anak

Hampir 5.100 warga Palestina telah terbunuh di Jalur Gaza sejak Israel melancarkan serangan pemboman tanpa henti terhadap daerah kantong yang terkepung tersebut, setelah serangan Hamas di wilayah Israel lebih dari dua minggu lalu. Demikian menurut info pejabat kesehatan Gaza soal korban perang Israel vs Hamas di wilayahnya, mengutip Al Jazeera, Selasa (24/11/2023).

Sekitar 40 persen dari 5.087 orang yang tewas adalah anak-anak, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada Senin 23 Oktober, hari ketika tentara Israel mengatakan mereka melancarkan lebih dari 300 serangan udara baru dalam waktu 24 jam. Para pejabat Palestina mengatakan lebih dari 400 orang tewas dalam periode tersebut.

Ribuan bangunan hancur, dan lebih dari satu juta orang mengungsi di wilayah tersebut, yang dikepung dan sebagian besar kekurangan air, makanan, dan pasokan dasar lainnya.

Pertempuran berkecamuk semalaman setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji bahwa Israel akan "menghapus Hamas", sebuah kelompok bersenjata yang menguasai Gaza, ketika invasi darat besar-besaran akan terjadi.

Serangan Hamas di Israel selatan menewaskan sedikitnya 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, menurut pejabat Israel.

Pada hari Senin, militer Israel mengatakan mereka telah mencapai "lebih dari 320 sasaran militer di Jalur Gaza" dalam 24 jam sebelumnya.

Dikatakan bahwa target tersebut "termasuk terowongan yang berisi teroris Hamas, puluhan pusat komando operasional" serta "kompleks militer dan pos pengamatan" yang digunakan oleh Jihad Islam Palestina, kelompok bersenjata lainnya.

Kantor media pemerintah Gaza mengatakan lebih dari 60 orang tewas dalam serangan malam itu, termasuk 17 orang dalam satu serangan yang menghantam sebuah rumah di Gaza utara, dan setidaknya 10 orang tewas dalam serangan baru pada Senin pagi.