Sukses

Ismile Preschool dan Miniapolis Ajak Main Pengungsi Asing dari Paramount Serpong, Donasi Rp10 Juta untuk Fokus Edukasi

Dalam sebuah inisiatif mulia untuk anak-anak pengungsi dari berbagai negara yang ada di Indonesia, Ismile Preschool bersama Plaza Indonesia serta Miniapolis, telah mengambil langkah proaktif dalam memberikan bantuan kepada anak-anak ini.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah inisiatif mulia untuk 60 pengungsi yang terdiri dari anak-anak dan orang tua mereka yang berasal dari berbagai negara seperti Somalia, Sudan, dan Afganistan, Ismile Preschool, sebuah lembaga pendidikan prasekolah, bersama Plaza Indonesia serta Miniapolis, telah mengambil langkah proaktif dalam memberikan bantuan kepada para pengungsi, khususnya anak-anak.

"Untuk kegiatan pertama ini, kita baru membantu grup pengungsi Paramount Serpong. Namun saya rasa saat ini ada banyak grup lainnya yang bisa kita bantu, setidaknya kita mulai dulu dengan satu grup ini," ujar Maryati Lauw, Direktur Oprasional Ismile Preschool pada acara penggalangan dana pada Kamis 26 Oktober 2023 lalu.

Dalam peringatan Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation Day) yang jatuh pada bulan Oktober, Ismile Preschool menggelar acara "Children Weeks" sebagai bentuk dukungan dan solidaritas terhadap komunitas pengungsi, dan acara penggalangan dana ini adalah rangkaiannya.

"Kami pikir, alangkah baiknya kami mengambil kesempatan ini untuk mengenalkan anak-anak dengan berbagai bangsa. Dan juga berkat acara ini, anak-anak refugee bisa main di sini. Bisa membawa sedikit kebahagiaan dan senyuman untuk mereka," ujar Supiani Winata, pemilik dan direktur Ismile Preschool.

"Hasil penjualan tiket hari ini setengahnya kita berikan untuk donasi," ungkap Prettny Hartono, Kepala Marketing Miniapolis, tempat acara ini berlangsung.

"Kita tadi diskusi dengan Miss Pipi, mungkin kegiatan seperti ini bisa kita lakukan setiap tahun. Karena kegiatan seperti ini sangat baik sekali untuk support para refugee ini, terutama anak-anak," tutupnya.

Donasi yang diberikan secara simbolis adalah sebesar Rp 10 juta, hasil keseluruhan donasi yang terkumpul akan difokuskan untuk bantuan edukasi. Hal ini berupa peralatan audio dan video, meja, kursi, serta kebutuhan pembangunan kelas bagi anak-anak pengungsi.

2 dari 4 halaman

Anak-anak Pengungsi Butuh Kelas Memadai

Tujuan utama kegiatan ini, adalah menekankan bahwa pendidikan dianggap penting dan menjadi hak semua anak-anak. Oleh karena itu fokus penggalangan dana hari itu adalah untuk penyaluran alat-alat belajar dan edukasi.

"Saya rasa kita harus mengesampingkan masalah yang ada, kita harus fokus ke anak-anak ini. Karena kedamaian yang menciptakan juga manusia itu sendiri, jadi ayo kita mulai dengan anak-anak. Saya berharap anak-anak Ismile dan anak-anak refugee bisa melihat bahwa mereka itu sama, punya hak sama. Yaitu hak untuk bermain dan pendidikan yang sama," jelas Maryati Lauw.

"Mereka punya kelas di tempat mereka sendiri, di dormitory mereka. Tapi kecil sekali dan sangat sederhana. Jadi saya harap nanti donasi ini bisa membantu membuat kelas dan tempat bermain juga," pungkas Supiani kepada Liputan6.com.

Ismile juga menyelenggarakan kelas bahasa Inggris untuk ibu-ibu pengungsi di Paramount Serpong, dengan harapan dapat membantu mereka meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris sebelum meninggalkan Indonesia.

"Kami juga mengajak Miss Manizha untuk menjadi guru yang bagus, jadi kami datangkan dia ke Ismile untuk transfer ilmu," lanjutnya.

Manizha sendiri adalah, seorang guru asal Afghanistan yang mengajar anak-anak pengungsi di Indonesia.

3 dari 4 halaman

Anak-anak Pengungsi Tak Bisa Sekolah

Manizha berbicara tentang berbagai tantangan yang dihadapi oleh komunitas pengungsi di negara ini. 

Asrama mereka berada di Serpong, yang berisi para pengungsi dari Afghanistan, Iran, Pakistan, Somalia, dan negara lainnya.

"Saya sangat senang kita ada di sini hari ini untuk melihat kebahagiaan di antara anak-anak dan juga orang tua. Saya sangat menghargai mereka yang mengundang kami di sini hari ini," katanya kepala Liputan6.com.

"Masalah terbesar yang kami hadapi di Indonesia adalah kurangnya tempat untuk anak-anak bermain," ujarnya. Ia mengungkapkan bahwa kekurangan sarana bermain telah menyebabkan kecelakaan pada anak-anak dalam komunitas pengungsi.

Ia juga mengungkapkan masalah serius yang dihadapi oleh komunitas pengungsi di Indonesia. Salah satunya adalah kesulitan dalam menyediakan pendidikan bagi anak-anak mereka.

Manizha mengungkapkan bahwa hampir tidak ada tempat di mana anak-anak pengungsi dapat pergi ke sekolah.

"Setiap imigran dan pengungsi biasanya tahu bahwa ada tempat bagi anak-anak untuk belajar dan pergi ke sekolah. Sayangnya, di Indonesia, tidak ada tempat bagi anak-anak kami untuk pergi ke sekolah."

4 dari 4 halaman

Para Pengungsi Tidak Boleh Bekerja

Selain itu, Manizha juga mengangkat masalah pengangguran di kalangan pria pengungsi. Ia menjelaskan bahwa banyak di antara mereka tidak diizinkan bekerja, dan ini menyulitkan mereka untuk mendukung keluarga mereka.

"Mereka perlu memiliki pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan guna mendukung keluarga, tetapi mereka tidak memiliki tempat untuk bekerja. Entah bagaimana, mereka tidak diizinkan untuk bekerja."

Dalam situasi keuangan yang sulit, Manizha menyebutkan bahwa UNHCR memberikan dukungan minimum kepada komunitas pengungsi, yang memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar, tetapi tidak mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan mereka.

"UNHCR mendukung kami dengan jumlah minimum yang memungkinkan kami untuk bertahan dan memenuhi kebutuhan dasar kami selama bulan depan. Namun, mereka belum memberikan perhatian pada kebutuhan lain yang kami miliki," ujar Manizha.

Manizha berharap bahwa masalah-masalah ini akan mendapatkan perhatian lebih besar agar komunitas pengungsi di Indonesia dapat memiliki akses yang lebih baik terhadap pendidikan dan peluang pekerjaan.

Video Terkini