Sukses

Profil Raja Baru Malaysia dan Permaisuri Ratu, Perpaduan Sosok Karir Militer dan Ahli Bahasa

Malaysia kini punya raja baru, meski baru akan sah pada 31 Januari 2024 setelah dilantik. Penguasa Johor Sultan Ibrahim Sultan Iskandar yang diangkat menjadi Raja Malaysia.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Malaysia kini punya raja baru, meski baru akan sah pada 31 Januari 2024 setelah dilantik. Penguasa Johor Sultan Ibrahim Sultan Iskandar yang diangkat menjadi Raja Malaysia. 

Naiknya Sultan Ibrahim dari Johor menjadi raja Malaysia, merupakan pertama kalinya setelah 34 tahun  pemerintahan sang ayah.

Berikut ini profil raja baru Malaysia, Sultan Ibrahim dari Johor, mengutip situs johor.gov.my, Jumat (27/10/2023):

Pada profil yang dimuat situs pemerintah Johor, diketahui bahwa Sultan Ibrahim lahir pada 22 November 1958. Ia dididik dan dibina hingga menjadi raja yang cerdas, berilmu, berwibawa dan berdaulat. Mengikuti jejak kesultanan sebelumnya dengan terlibat dalam kegiatan militer, manajemen dan administrasi yang dijadikan landasan untuk membangun semangat juang, disiplin, kepemimpinan dan karakter.

Kepemimpinan Sultan Ibrahim bermula saat tamat sekolah diangkat menjadi komandan peleton, sambil menjalani latihan militer di Pusat Latihan Angkatan Darat di Kota Tinggi. Kemudian atas undangan khusus ia mengikuti pelatihan militer bagi perwira muda di Fort Benning, Georgia AS.

Selain itu, ia juga menjalani pelatihan 'lintas udara' dan 'ranger' bagi perwira infanteri.

Setelah beristirahat selama dua bulan, Sultan Ibrahim melanjutkan latihan 'Pasukan Khusus Amerika' dan 'Pathfinder' di mana ia melakukan 19 kali lompatan parasut, delapan di antaranya pada malam hari. Ia kemudian diangkat menjadi komandan.

Sultan Ibrahim juga ditugaskan sebagai anggota tim SEAL (Angkatan Laut dan Darat). Selain itu, beberapa kali ditugaskan di Bandung Indonesia dan menjadi anggota kehormatan Komando Pasukan Khusus Indonesia (KOPASSUS).

2 dari 4 halaman

Karir Militer dan Studi 2 Jurusan

Sekembalinya ke Johor, Sultan Ibrahim diangkat sebagai Wakil Komandan Wakil Prajurit Setia Negara. Pada saat yang sama ia menjalani pelatihan pilot helikopter dengan Angkatan Udara Kerajaan Malaysia.

Dengan kemampuan yang ditunjukkan Sultan Ibrahim, ia bahkan diperbolehkan mengoperasikan penerbangan helikopter tunggal.

Dengan tekad dan ketekunan, ia berhasil lulus lebih dulu dibandingkan peserta lainnya. Sultan Ibrahim mendapat penghargaan pada 26 April 1982 dari Sultan Iskandar dalam sebuah parade yang dipimpin Sultan Iskandar.

Sultan Ibrahim juga mengikuti pelatihan angkatan laut selama tiga bulan di Pangkalan Angkatan Laut Kerajaan Malaysia di Lumut, sekaligus membekali dirinya sebagai perwira angkatan darat, laut, dan udara.

Untuk menyeimbangkan pelatihan militer dan menjadikannya sebagai raja berwibawa dan dihormati, Sultan Ibrahim melanjutkan studinya di Fletcher School of Law and Diplomacy (Sekolah Hukum dan Diplomasi Fletcher) di Boston, Massachusetts AS. Dengan dua jurusan, 'Studi Strategis Asia Tenggara' dan 'Hukum Laut Internasional'.

Sultan Ibrahim kemudian mengabdi pada Pemerintah Negara Bagian Johor dan ditempatkan antara lain di Kantor Sekretaris Pemerintah, Kantor Perbendaharaan, Kantor Pertanahan, Departemen Perencanaan Kota dan Desa, Departemen Kehutanan dan Departemen Pertanian untuk mempelajari seluk beluk manajemen dan administrasi negara.

Sultan Ibrahim kemudian diangkat menjadi pewaris ketika Yang Mulia Sultan Iskandar naik takhta Johor dan diproklamasikan sebagai Putra Mahkota Johor pada 3 Juli 1981.

Sejak tanggal 25 April 1984 hingga 25 April 1989 ia diangkat sebagai Pemangku Raja (setara bupati) pada masa pemerintahannya. Sementara Sultan Iskandar diangkat sebagai Yang DiPertuan Agong atau Raja Malaysia.

Sultan Ibrahim memanfaatkan masa jabatannya sebagai Pemangku Raja untuk menimba ilmu terkait urusan kenegaraan serta bekerja berdampingan dengan rakyat.​

Sultan Ibrahim diproklamasikan sebagai Sultan Johor pada 23 Januari 2010 setelah wafatnya Yang Mulia Sultan Iskandar.

3 dari 4 halaman

Memiliki 6 Anak

Sultan Ibrahim menjalin rumah tangga dengan Raja Zarith Sofiah Binti Almarhum Sultan Idris Shah. Mereka dikaruniai lima orang putra dan satu putri, yaitu:

  1. Ismail Ibni Sultan Ibrahim, Putra Mahkota Johor
  2. Aminah Maimunah Iskandaria Binti Sultan Ibrahim
  3. Idris Iskandar Ismail Abdul Rahman Ibni Sultan Ibrahim, Tunku Temenggong Johor
  4. Abdul Jalil Iskandar Ibrahim Ismail Ibni Sultan Ibrahim, Tunku Laksamana Johor
  5. Abdul Rahman Hassanal Jeffri Ibni Sultan Ibrahim, Tunku Panglima Johor
  6. Abu Bakar Mahmood Iskandar Ibrahim Ibni Sultan Ibrahim, Tunku Putra Johor

Adapun Sultan Ibrahim mempunyai segudang keistimewaan dan prestasi yang patut dibanggakan, selain kepribadiannya yang memikat hati masyarakat. Sultan berjiwa rakyat ini cukup identik dengan Johor Crown Adventure Program, sebuah kegiatan berbasis bakti sosial yang digagas sejak tahun 2001 ketika ia menjadi 'Putra Mahkota Johor'.

Program Johor Crown Tour dengan konvoi sepeda motor bertenaga tinggi merupakan acara tahunan yang dihadiri oleh Menteri Besar YAB dan pejabat Pemerintah Negara Bagian, untuk melaksanakan berbagai proyek kesejahteraan di sepanjang rute konvoi di 10 distrik di negara bagian Johor. Ia juga melibatkan anggota keluarganya, sang istri yakni Raja Zarith Sofiah Binti Almarhum Sultan Idris Shah serta para pangeran dan putri untuk berpartisipasi dalam program ramah rakyat ini.

 

4 dari 4 halaman

Profil Istri Raja Baru Malaysia Sultan Ibrahim, Sosok Ahli Bahasa

Raja Zarith Sofiah Binti Almarhum Sultan Idris Shah adalah istri dari Sultan Ibrahim. Dalam profil yang dikutip dari johor.gov.my, disebutkan bahwa permaisuri Johor itu lahir pada 14 Agustus 1959 di Rumah Sakit Batu Gajah, Perak.

Ia adalah putri kedua dan anak ketiga dari pasangan kerajaan Sultan Perak Almarhum Sultan Idris al-Mutawakkil Alallahi Shah Ibni Almarhum Sultan Iskandar Shah Kadasallah dan Raja Perempuan Perak, Almarhum Raja Perempuan Muzwin Binti Almarhum Raja Dato’ Sri Ariff Shah.

Istri Sultan Ibrahim, Raja Zarith mengenyam pendidikan awal di Sekolah Dasar Datin Khadijah di Kuala Kangsar hingga kelas enam. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Sekolah Raja Perempuan Kalsom Kuala Kangsar hingga. September 1972, ia melanjutkan studinya di Cheltenham Ladies College di Inggris.

Raja Zarith Sofiah melanjutkan studinya di Davies College, London pada tahun 1977. Pada tahun 1978, ia diterima di Somerville College, Universitas Oxford dan lulus dengan gelar Bachelor of Arts pada tahun 1983.

Raja Zarith Sofiah berkesempatan mengunjungi beberapa negara bersama orangtuanya. Negara-negara yang pernah ia kunjungi bersama antara lain Hong Kong, Taiwan, Jepang, Thailand, Iran, Italia, dan Inggris. Selain itu, Raja Zarith juga pernah menunaikan umrah bersama ayah dan ibu serta keluarganya pada tahun 1980 dan mengunjungi Turki.

Raja Zarith Sofiah juga seorang ahli bahasa, ia mempelajari beberapa bahasa termasuk Mandarin, Prancis dan Italia. Saat belajar di Universitas Oxford, ia memilih bahasa Mandarin sebagai mata kuliahnya.

Raja Zarith Sofiah memiliki bakat melukis dari ayahnya. Lukisan-lukisan yang dihasilkan telah beberapa kali digunakan untuk menghiasi buku-buku suvenir. Sikapnya ramah dan rendah hati. Ia selalu menyadari dan menghargai segala pengorbanan yang dilakukan anggota aparat keamanan yang membela kedaulatan negara, sehingga menjadikan Raja Zarith Sofiah sebagai ratu yang disukai dan dikagumi terutama oleh masyarakat Johor.

Pada Maret 1983, Sultan Perak dengan senang hati menganugerahkan gelar 'Seri Paduka Cura Si Manja Kini' (S.P.C.M.) kepada Raja Zarith Sofiah.

Zarith Sofiah menjalin rumah tangga dengan Sultan Johor Sultan Ibrahim Ibni Almarhum Sultan Iskandar yang saat itu menjabat sebagai Putra Mahkota Tunku Johor. Akad nikah dilangsungkan di Masjid Ubudiah, Kuala Kangsar pada tanggal 22 September 1982. Sedangkan resepsi digelar di Istana Iskandariah, Bukit Chandan, Perak pada 12 September 1983 dan di Johor Bahru pada tanggal 19-20 September 1983.

Saat menikah, usianya 23 tahun. Dari hasil pernikahan tersebut, pasangan kerajaan ini dikaruniai 6 orang anak, 5 orang putra, dan seorang putri. 

Selama pernikahannya dengan Sultan Ibrahim, ia dikaruniai gelar Yang Mulia istri Tunku Mahkota Johor Raja Zarith Sofiah. Sepeninggal Almarhum Sultan Iskandar Ibni Almarhum Sultan Ismail pada Januari 2010, Putra Mahkota diproklamasikan sebagai Sultan Johor dengan gelar Duli Yang Maha Mulia (DYMM) Sultan Ibrahim Ibni Almarhum Sultan Iskandar, sedangkan Tuanku Zarith Sofiah menyandang gelar DYMM Raja Zarith Sofiah binti Almarhum Sultan Idris Syah.

Zarith Sofiah juga diketahui sebagai sosok Rektor Universiti Teknologi Malaysia (UTM) sekaligus Fellow Fakultas Bahasa dan Linguistik di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).

Zarith Sofiah juga aktif dalam kegiatan masyarakat di antaranya bertindak sebagai Pelindung Asosiasi Cerebral Palsy Johor, Asosiasi Pengajaran Bahasa Inggris Malaysia dan juga Penasihat Kerajaan Bulan Sabit Merah Malaysia.

Pada 28 November 2012, ia dengan bangga meresmikan Yayasan Raja Zarith Sofiah Negara Bagian Johor. Yayasan ini didirikan untuk menghimpun dana guna menyelenggarakan berbagai program pendidikan. Yayasan ini juga bertujuan untuk menyebarkan pembelajaran Islam.

Zarith Sofiah banyak mengadakan forum dan kerjasama dengan para pakar dari luar negeri untuk membahas arah pendidikan tanah air.

Pesan kerajaan yang pernah disampaikan olehnya adalah "Voices of Peace, Conscience and Reason (PCORE) Forum" pada tahun 2010 dan "Unity & Multiculturalism: Building A Future Together (PCORE) Forum" pada tahun 2013.

DYMM Raja Zarith Sofiah juga pernah menyampaikan keputusan kerajaan / pidato utama pada upacara 'Penghargaan Sultan Qaboos ke-3 untuk Kerja Sukarela' pada tanggal 5 Desember 2013 di Muscat, Oman setelah setuju untuk menerima undangan dari Pemerintah Oman melalui Kementerian Pembangunan Sosial negara tersebut, selain sesi di Somerville College, Universitas Oxford yang bertajuk "We Are Like Y​ou: Persamaan Muslim Malaysia dengan Komunitas Lain di Seluruh Dunia" pada Februari 2012. Ia juga telah setuju untuk menghadiri Ditchley Roundtable Conference yang diselenggarakan oleh Oxford Centre of Islamic Studies (OCIS) dan Universiti Teknologi Malaysia (UTM) pada bulan Mei 2012.

Peran Raja Zarith Sofiah dalam penguatan sistem pembelajaran di Malaysia sangat besar. Selain itu, Ia juga aktif di bidang penulisan. Tulisannya antara lain buku cerita anak-anak dan artikel di surat kabar harian berbahasa Inggris 'Mind Matters'. Buku 'On Common Ground' yang memuat pilihan 80 tulisannya di kolom On Common Ground dan Mind Matters di surat kabar New Straits Times dan The Sunday Star dari tahun 2002 hingga 2012 diterbitkan pada bulan Oktober 2013.

Video Terkini