Sukses

Islamofobia di London Inggris Meluas Sejak Perang Israel Vs Hamas Pecah

Statistik kejahatan baru ini muncul di tengah peringatan dari tokoh keamanan dan komunitas bahwa kejahatan kebencian dan radikalisasi dalam negeri dapat dipicu oleh peristiwa di Timur Tengah.

Liputan6.com, London - Kejahatan rasial antisemitisme terus meningkat di London, Inggris, dengan 408 pelanggaran tercatat sepanjang bulan ini dibandingkan dengan 28 pelanggaran pada periode yang sama tahun lalu.

Aksi kejahatan akibat Islamofobia juga meningkat, naik dari 65 pelanggaran pada Oktober lalu menjadi 174 pada bulan ini. 

Dilansir BBC, Minggu (29/10/2023), polisi Metropolitan London (MET) mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan 75 penangkapan terkait konflik Israel-Hamas, dan sedang menyelidiki 10 potensi pelanggaran undang-undang terorisme.

Statistik kejahatan baru ini muncul di tengah peringatan dari tokoh keamanan dan komunitas bahwa kejahatan kebencian dan radikalisasi dalam negeri dapat dipicu oleh peristiwa di Timur Tengah.

Petugas kontra-terorisme sedang menyelidiki 10 potensi kejahatan yang terkait dengan postingan online, yang menurut MET mencakup materi dan pidato video yang "mengerikan".

MET juga meminta informasi tentang tiga perempuan yang mengambil bagian dalam protes pro-Palestina pada 14 Oktober. Para penyelidik mengatakan mereka terlihat memperlihatkan gambar paralayang, yang jelas merujuk pada metode yang digunakan Hamas untuk menyusup ke Israel selama serangan 7 Oktober.

Mereka juga meminta informasi tentang seorang pria yang menurut polisi digambarkan sedang memegang plakat bertuliskan "Saya sepenuhnya mendukung Hamas" pada protes tanggal 21 Oktober di London.

Hamas dianggap sebagai organisasi teroris terlarang di Inggris. Sementara menurut aturan negara itu, aksi mendukung kelompok terlarang merupakan tindak pidana yang dapat diancam dengan hukuman penjara hingga 14 tahun.

2 dari 4 halaman

AS dan Inggris Peringatkan Potensi Ancaman Teror Dalam Negeri Meningkat Imbas Perang Hamas Vs Israel

Pimpinan badan keamanan Inggris dan Amerika Serikat (AS), MI5 dan FBI, merilis peringatan bersama yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu ancaman serangan teroris dalam negeri dapat meningkat akibat perang Hamas Vs Israel.

Direktur Jenderal MI5 Ken McCallum menuturkan ada risiko bahwa individu yang mungkin telah diradikalisasi secara online akan merespons dengan cara yang spontan di Inggris menyusul konflik di Timur Tengah. McCallum secara spesifik menyinggung bahaya terhadap individu atau organisasi Yahudi, yang disebutnya dapat menjadi sasaran kelompok radikal.

"Jelas ada kemungkinan bahwa peristiwa besar di Timur Tengah akan menghasilkan lebih banyak ancaman di Inggris dan/atau mengubah bentuknya dalam hal apa yang menjadi sasaran," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Laporan Ancaman terhadap Yahudi di AS Meningkat

Direktur FBI Christopher Wray mengungkapkan bahwa ancaman teroris berkembang pesat di AS.

"Kita tidak dapat mengabaikan kemungkinan bahwa Hamas atau organisasi teroris asing lainnya dapat mengeksploitasi konflik untuk meminta pendukung mereka melakukan serangan di wilayah kita sendiri," tutur Wray.

Dia mengatakan bahwa selama sepekan terakhir telah terjadi peningkatan laporan ancaman terhadap warga Yahudi atau muslim AS serta institusi dan rumah ibadah di AS.

Sementara McCallum tidak terlalu spesifik mengenai ancaman yang dilaporkan di Inggris, dia mengatakan bahwa MI5 sudah sangat terbiasa dengan ancaman yang dilakukan oleh aktor tunggal dan dalam kasus individu atau entitas Yahudi atau Israel, terdapat potensi risiko dari kelompok sayap kanan, antisemitisme, atau neo-Nazi.

McCallum dan Wray menyampaikan pandangannya dalam pertemuan aliansi mata-mata Five Eyes, yang diselenggarakan FBI di California. Selain mereka, hadir pula pimpinan badan keamanan anggota Five Eyes lainnya, yakni Australia, Kanada, dan Selandia Baru.

4 dari 4 halaman

Peringatan Soal Iran

Wray dan McCallum sama-sama mengutuk serangan Hamas terhadap Israel pada Sabtu 7 Oktober.

"Sekali lagi, betapa ngerinya saya atas kekejaman yang dilakukan Hamas di Israel," ungkap Wray.

Senada, McCallum mengatakan, "Itu adalah serangan mengerikan yang menyebabkan 1.400 orang terbunuh (di Israel), termasuk setidaknya enam warga negara Inggris."

Keduanya tidak menyinggung jumlah korban di sisi Palestina yang dilaporkan melampaui 3.000 orang akibat serangan balasan Israel.

McCallum mengindikasikan bahwa MI5 memainkan peran dalam upaya Israel dan pihak berwenang lainnya untuk menemukan warga Inggris yang disandera Hamas. FBI juga mengatakan bahwa mereka sedang berupaya menemukan dan mengidentifikasi warga AS yang belum diketahui identitasnya.

Ada pula peringatan khusus dari McCallum mengenai Iran, yaitu bahwa Negeri Para Mullah itu bersedia mengambil tindakan pencegahan terhadap Israel jika invasi darat ke Gaza berlanjut.

"Jelas kejadian di Timur Tengah mempertajam kemungkinan bahwa Iran mungkin memutuskan untuk bergerak ke arah yang baru," tutur McCallum. "Saya tidak akan mengesampingkan kemungkinan yang mencakup Inggris, namun kami sudah beroperasi pada tingkat ancaman yang tinggi yang ditimbulkan oleh Iran."

Tahun lalu, kepala MI5 memperingatkan bahwa Iran telah melakukan 10 ancaman penculikan atau pembunuhan terhadap orang-orang yang berbasis di Inggris dalam setahun. Pekan ini, staf layanan berita BBC Persia di London mengaku bahwa mereka takut berjalan keluar sendirian karena berisiko diganggu oleh pihak berwenang Iran.