Liputan6.com, Riyadh - Kerajaan Arab Saudi memberikan kecaman resmi kepada Israel pasca-serangan darat yang dimulai oleh Israel. Pernyataan keras itu diberikan oleh Kementerian Luar Negeri Araab Saudi.
Menurut pandangan Kemlu Arab Saudi, serangan Israel tak hanya berbahaya, tetapi menganggu keamanan di kawasan.
Baca Juga
"Kerajaan mengutuk dan mengecam segala operasi darat yang dilakukan Israel yang akan mengancam kehidupan rakyat sipil Palestina dan menghasilkan bahaya tak manusiawi. Kerajaan mengingatkan bahaya dalam meneruskan pelanggaran-pelanggaran terbuka dan tak terjustifikasi yang bertentangan terhadap hukum internasional terhadap rakyat Palestina dan dampak serius yang hal itu akan sebabkan kepada perdamaian dan keamanan regional dan internasional," tulis pernyataan Kemlu Arab Saudi di platform X, dikutip Minggu (29/10/2023).
Advertisement
Lebih lanjut, Kerajaan Arab Saudi meminta komunitas internasional untuk bertindak agar menghentikan operasi militer Israel dengan berdasarkan resolusi Majelis Umum PBB pada 27 Oktober 2023 yang mendukung gencatan senjata.
Arab Saudi turut mengimbau agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Gaza tanpa gangguan.Â
Menurut Arab News, negara-negara Teluk lain juga ikut mengecam Israel. Menlu Qatar Mohammed bin Abdulrahman berkata serangan Israel bisa menyebabkan korban jiwa bertambah, serta merugikan secara ekonomi.
Uni Emirat Arab yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel juga mengaku sangat prihatin atas eskalasi yang dilakukan oleh militer Israel yang mengancam lebih banyak meninggalnya rakyat sipil.
Israel Panggil Pulang Diplomatnya dari Turki
Sementara, Israel pada Sabtu (28/10/2023) mengumumkan bahwa mereka menarik diplomatnya dari Turki menyusul pernyataan yang semakin keras dari Ankara terkait krisis Gaza.
Pengumuman tersebut muncul setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebut Israel berperilaku seperti penjahat perang. Erdogan menyampaikan pernyataan tersebut saat berpidato di hadapan ribuan massa pro-Palestina di Istanbul.
Beberapa saat setelah Presiden Erdogan menyelesaikan pidatonya, Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen menulis di X alias Twitter, "Mengingat pernyataan serius yang datang dari Turki, saya telah memerintahkan kembalinya perwakilan diplomatik untuk melakukan evaluasi ulang terhadap hubungan antara Israel dan Turki."
Tidak ketinggalan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga turut berkomentar. Seperti dilansir BBC, Sabtu (29/10) dia mengatakan, "Jangan menuduh kami melakukan kejahatan perang. Jika Anda berpikir bahwa Anda dapat menuduh tentara kami melakukan kejahatan perang maka itu adalah kemunafikan. Kami adalah tentara yang paling bermoral di dunia."
Netanyahu menambahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi warga sipil. Sebaliknya, Netanyahu menuduh Hamas melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan menggunakan warga Gaza sebagai tameng manusia.
Advertisement
Lebih dari 7.500 Warga Palestina Tewas
Israel telah memperluas serangannya di Jalur Gaza, tiga pekan setelah Hamas melancarkan serangannya ke Israel selatan, menewaskan setidaknya 1.400 orang dan menyandera lebih dari 200 orang.
Sejak itu, otoritas kesehatan Gaza menyatakan bahwa lebih dari 7.500 warga Palestina telah terbunuh dalam serangan balasan Israel.
Di hadapan ratusan ribu pendukung Palestina pada Sabtu, Presiden Erdogan mengatakan bahwa penyebab utama di balik pembantaian yang terjadi di Gaza adalah Barat.
"Israel secara terbuka telah melakukan kejahatan perang selama 22 hari, namun para pemimpin Barat bahkan tidak bisa menyerukan Israel untuk melakukan gencatan senjata, apalagi bereaksi terhadapnya," kata Erdogan.
Dia menyebut Israel berperilaku seperti "penjahat perang" dan menuduh Israel berusaha "membasmi" warga Palestina.
Erdogan melanjutkan, "Tentu saja, setiap negara mempunyai hak untuk membela diri. Namun, di manakah keadilan dalam kasus ini? Tidak ada keadilan - yang ada hanyalah pembantaian keji yang terjadi di Gaza."
Sebelumya, Erdogan menuturkan bahwa eskalasi terbaru telah menargetkan warga sipil yang tidak bersalah dan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.
"Israel harus segera menghentikan kegilaan ini dan mengakhiri serangannya," tegasnya.
Israel: 100 Jet Tempur Digunakan Untuk Serang Lokasi Hamas di Jalur Gaza
Sekitar 100 jet tempur digunakan oleh otoritas Israel untuk melakukan penyerangan Jalur Gaza semalam untuk menghancurkan lokasi Hamas.
Hal ini dikonfirmasi oleh Operasi Angkatan Udara Israel Brigadir Jenderal Gilad Keinan, dikutip dari laman BBC, Sabtu (28/10/2023).Â
“Sekitar 100 jet tempur digunakan dalam pemboman Israel di Jalur Gaza semalam yang menghancurkan ratusan sasaran Hamas," kata kepala Operasi Angkatan Udara Israel Brigadir Jenderal Gilad Keinan.
Dalam sebuah postingan di Twitter, pasukan Israel mengutip Keinan yang mengatakan bahwa "tujuan angkatan udara jelas untuk menghancurkan segala sesuatu yang disentuh oleh tangan Hamas".
Israel memutus akses internet dan komunikasi di Jalur Gaza, serta meningkatkan intensitas pengeboman pada Jumat (27/10/2023) malam. Pengumuman terbaru militer Israel dinilai mengisyaratkan semakin dekatnya invasi darat ke Gaza.
Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari seperti dilansir AP, Sabtu (28/10/2023) mengatakan, pasukan angkatan darat memperluas aktivitas mereka pada Jumat malam di Gaza dan bertindak dengan kekuatan besar untuk mencapai tujuan perang.
Israel mengklaim bahwa serangannya menargetkan pasukan dan infrastruktur Hamas dan kelompok militan itu beroperasi dari lingkungan warga sipil, sehingga menempatkan mereka dalam bahaya.
Ledakan akibat serangan udara yang terus menerus menerangi langit Kota Gaza selama berjam-jam pada Jumat malam. Penyedia telekomunikasi Palestina, Paltel, memastikan bahwa pengeboman menyebabkan "gangguan total" terhadap layanan internet, seluler, dan telepon rumah.
Pemutusan hubungan ini berarti bahwa korban akibat serangan dan rincian serangan darat tidak dapat segera diketahui. Beberapa telepon satelit dilaporkan tetap berfungsi.
Sudahlah berada dalam kegelapan setelah sebagian besar aliran listrik diputus aksesnya beberapa minggu lalu, warga Palestina di Jalur Gaza kini semakin terisolasi. Sebagian besar mereka mengungsi dengan persediaan makanan dan air yang hampir habis.
Advertisement