Sukses

Demo Pro-Palestina Warnai Penjuru Dunia

Di London, polisi memperkirakan jumlah pengunjuk rasa mencapai 50.000 hingga 70.000 orang. Aksi pro-Palestina di ibu kota Inggris diwarnai dengan sembilan penangkapan.

Liputan6.com, Jakarta - Demonstrasi digelar di berbagai kota di Eropa, Amerika, Timur Tengah, Australia, Afrika, dan Asia pada Sabtu (28/10/2023), untuk menunjukkan dukungan bagi Palestina saat Israel mengumumkan mereka memperluas serangan udara dan darat di Jalur Gaza.

Di London, Inggris, rekaman udara menunjukkan kerumunan besar berbaris melalui pusat ibu kota untuk menuntut pemerintahan Perdana Menteri Rishi Sunak menyerukan gencatan senjata.

"Negara-negara adidaya yang terlibat saat ini tidak berbuat cukup. Inilah sebabnya kami ada di sini: kami menyerukan gencatan senjata, menyerukan hak-hak Palestina, hak untuk hidup, hak asasi manusia, semua hak-hak yang sepatutnya," kata peserta aksi bernama Camille Revuelta, seperti dilansir Reuters, Minggu (29/10).

"Ini bukan tentang Hamas. Ini tentang melindungi kehidupan warga Palestina."

Pembatasan khusus diberlakukan untuk membatasi protes di sekitar Kedutaan Besar Israel di London.

Unjuk rasa pada Sabtu sebagian besar berlangsung damai, namun polisi mengatakan mereka melakukan sembilan penangkapan, yakni dua karena penyerangan terhadap petugas dan tujuh karena pelanggaran ketertiban umum.

Polisi memperkirakan jumlah demonstran antara 50.000 dan 70.000 orang. Pekan lalu, telah berlangsung demonstrasi lebih besar, yakni sekitar 100.000 orang.

Menggemakan sikap Amerika Serikat (AS), pemerintahan Sunak tidak menyerukan gencatan senjata dan malah menganjurkan jeda kemanusiaan agar bantuan dapat menjangkau warga Palestina di Gaza.

Inggris mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri setelah serangan kelompok Hamas pada 7 Oktober yang menurut Israel menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil.

Jumlah korban tewas di Gaza sendiri telah meningkat menjadi lebih dari 7.600 orang, yang sebagian besar pula adalah warga sipil, sejak serangan balasan Israel dimulai.

2 dari 3 halaman

Erdogan: Israel Adalah Penjajah

Ada dukungan dan simpati yang kuat terhadap Israel dari pemerintah Barat dan banyak warga negara atas serangan Hamas. Namun, serangan balasan Israel ke Gaza juga memicu kemarahan, khususnya di negara-negara Arab dan muslim.

Di Malaysia, sejumlah besar demonstran mendatangi Kedutaan Besar AS di Kuala Lumpur untuk menyuarakan dukungan bagi warga Palestina.

Berbicara di hadapan ratusan ribu pendukung Palestina di Istanbul, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Israel adalah penjajah. Dia mengulangi pendiriannya bahwa Hamas bukan organisasi teroris.

Erdogan mendapat kecaman keras dari Israel pekan ini karena menyebut kelompok militan tersebut sebagai "pejuang kemerdekaan".

Warga Irak ikut serta dalam unjuk rasa di Baghdad dan di Tepi Barat yang diduduki Israel, pengunjuk rasa Palestina di Hebron pada Sabtu menyerukan boikot global terhadap produk-produk Israel.

3 dari 3 halaman

Dilarang tapi Warga Prancis Tetap Berunjuk Rasa

Di tempat lain di Eropa, orang-orang turun ke jalan di Kopenhagen, Roma, dan Stockholm.

Beberapa kota di Prancis telah melarang unjuk rasa sejak perang dimulai, karena khawatir hal tersebut dapat memicu ketegangan sosial. Namun, meskipun ada larangan di Paris, unjuk rasa kecil tetap terjadi pada Sabtu. Beberapa ratus orang dilaporkan melakukan unjuk rasa di Marseille.

Di ibu kota Selandia Baru, Wellington, ribuan orang yang memegang bendera Palestina dan plakat bertuliskan "Bebaskan Palestina" berbaris menuju Gedung Parlemen.

Ribuan massa pro-Palestina juga dilaporkan membanjiri Jembatan Brooklyn di New York. Peserta aksi bernama Marie Edward, seperti dilansir New York Post menuturkan, "Ini bukan soal membenarkan (tindakan Hamas). Tapi, jika Anda dijajah maka Anda akan melawan seperti yang mereka lakukan."

Video Terkini