Sukses

Malaysia Wajibkan Ada Tombol Pemadam Listrik Saat Konser Musisi Asing, Cegah Insiden The 1975 Terulang

Hal ini diputuskan setelah adanya aksi panggung kontroversial berbau LGBT yang ditampilkan band asal Inggris The 1975 dalam Good Vibes Festival di Kuala Lumpur pada 21 Juli 2023.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Kementerian Komunikasi dan Digital Malaysia (KKD) memerintahkan pada Senin (30/10/2023) bahwa pihak penyelenggara konser artis asing harus menyediakan adanya "tombol pemadam listrik" yang bisa menghentikan pertunjukan secara otomatis. 

Hal ini diputuskan setelah adanya aksi panggung kontroversial berbau LGBT yang ditampilkan band asal Inggris The 1975 dalam Good Vibes Festival di Kuala Lumpur pada 21 Juli 2023. 

Wakil Menteri Teo Nie Ching mengatakan bahwa "tombol pemadam listrik" atau kill switch itu akan menghentikan konser dengan memutus aliran listrik sehingga acara tidak dapat dilanjutkan.

"Ini pedoman dari kejadian (yang melibatkan The 1975) dan kami (KKD) berharap dengan pedoman yang lebih ketat, kita bisa memastikan pertunjukan seniman asing bisa mengikuti budaya yang ada di Malaysia," ujarnya saat sesi tanya jawab di parlemen Malaysia, seperti dikutip CNA, Senin (6/11/2023). 

Hal itu diungkapkannya saat menanggapi pertanyaan dari Anggota Parlemen Malaysia untuk konstituensi Jasin, Zulkifli Ismail, terkait langkah pemerintah dalam memperbaiki sensor dan memasukkan band The 1975 ke dalam daftar hitam.

Ismail juga bertanya tentang tindakan pemerintah terhadap band tersebut yang terus mengkritik Malaysia dalam konser mereka di luar negeri.

Sementara itu, Teo mengatakan bahwa Kepolisian Kerajaan Malaysia (PDRM) selalu membantu kementeriannya dalam memeriksa latar belakang artis asing untuk memastikan bahwa mereka tidak mempromosikan unsur-unsur negatif di Malaysia.

"Selanjutnya dalam penyelenggaraan konser, PUSPAL (Badan Pusat Pembuatan Film dan Pertunjukan Artis Asing) akan memastikan panitia PUSPAL ditempatkan di lokasi (konser) bersama PDRM dan PBT (pemerintah daerah) untuk memantau konser tersebut," ungkapnya. 

Menurut PUSPAL, The 1975 telah dilarang tampil di Malaysia.

2 dari 4 halaman

Tanggapan Penyelenggara Konser

Menanggapi pertanyaan dari CNA, pihak penyelenggara konser Future Sound Asia mengatakan, pihaknya tidak berpikir bahwa seruan “kill switch” oleh pemerintah Malaysia akan menghalangi artis asing untuk mengadakan konser di Malaysia.

"Kami belum melihat adanya penurunan minat artis asing yang ingin tampil di Malaysia," katanya.

"Semua artis asing telah tampil di dalam negeri dengan pemahaman bahwa mereka harus mematuhi peraturan pertunjukan lokal. Pasca kejadian di (Good Vibes Festival 2023), para artis semakin sadar akan hal ini."

Future Sound Asia adalah penyelenggara Good Vibes Festival yang diselenggarakan setiap tahun dan telah mendatangkan artis asing seperti Niki, Kodaline, dan Russ ke Malaysia.

Perusahaan itu menambahkan bahwa tombol pemadam listrik untuk konser artis asing sebenarnya sedang dalam pengerjaan.

"Dari sudut pandang teknis, tim produksi kami sedang mencari cara untuk menghentikan pertunjukan dengan aman tanpa mengganggu operasional atau menyebabkan kerusakan pada peralatan audiovisual yang digunakan untuk pertunjukan,” jelasnya. 

"Dari sudut pandang operasi, kami berupaya menyederhanakan alur dan mekanisme 'stop show'. (Ini melibatkan penentuan) siapa yang mempunyai kewenangan untuk menghentikan pertunjukan, pada titik mana harus dihentikan, dan kriteria apa yang perlu dipenuhi agar pertunjukan dihentikan,” tuturnya lagi.

Future Sound Asia menegaskan bahwa mereka "selalu terbuka untuk bekerja sama dengan KKD untuk memastikan bahwa industri konser musik di Malaysia terus berkembang". 

3 dari 4 halaman

Aksi Kontroversi The 1975 di Malaysia

Band pop-rock asal Inggris The 1975 menjadi sorotan usai penampilannya di Malaysia pada 21 Juli 2023 dihentikan secara paksa oleh panitia. Gara-garanya sang pentolan sekaligus vokalis Matty Healy mencium rekannya sang basis Ross MacDonald di konser.

Matty Healy juga mengkritik undang-undang anti-LGBT yang berlaku di negeri jiran tersebut.

Imbas ulah Matty Healy di Malaysia bikin geger, konser The 1975 di Indonesia serta Taiwan pun terimbas dan dibatalkan.

Homoseksualitas atau juga dikenal dengan sebutan LGBT adalah hal ilegal di Malaysia, dengan ancaman hukuman penjara selama 20 tahun. Sementara di Indonesia, negara dengan masyarakat Muslim terbesar di dunia, masalah LGBT terus menjadi perdebatan. 

Di Indonesia hal itu dijauhi - tetapi tidak ilegal - di sebagian besar Indonesia yang mayoritas Muslim. Tapi dilarang di Provinsi Aceh yang konservatif di Indonesia.

Sementara Taiwan merupakan negara Asia pertama yang melegalkan pernikahan sesama jenis. Bahkan sebagian besar dipandang ramah terhadap komunitas LGBT.

4 dari 4 halaman

Kronologi Penghentian Konser The 1975 di Malaysia

  • Dalam penampilan mereka di Kuala Lumpur, Malaysia pada 21 Juli, sang vokalis, Matty Healy justru melakukan aksi panggung penuh kontroversi dengan mencium pemain bassnya, Ross MacDonald serta menghina Undang-Undang (UU) Anti LGBT yang ditetapkan oleh pemerintah Malaysia.
  • "Saya tidak melihat poin (UU Anti LGBT), benar, saya tidak melihat poin untuk mengundang 1975 ke sebuah negara dan kemudian memberi tahu kami dengan siapa kami dapat berhubungan seks," katanya di atas panggung.
  • "Dan itu tidak adil bagi Anda, karena Anda bukan perwakilan dari pemerintah Anda. Karena Anda anak muda, dan saya yakin banyak dari Anda merupakan gay yang progresif, dan keren," lanjutnya.
  • Healy kemudian mencium MacDonald saat mereka memainkan lagu I Like America dan America Likes Me.
  • Tak lama setelah aksi panggung tersebut dilakukan, Healy kemudian mengatakan di atas panggung, "Baiklah, kami baru saja dilarang dari Kuala Lumpur, sampai jumpa lagi."