Liputan6.com, Ramallah - Perempuan Palestina terpaksa menjalani operasi caesar dalam kondisi sadar tanpa obat pereda nyeri. Peringatan itu disampaikan oleh badan amal internasional ActionAid di tengah pengeboman hebat Israel di Jalur Gaza.
"Setiap hari kami mendengar dokter-dokter melahirkan bayi dari perempuan yang sekarat. Ini adalah bencana besar," ungkap ActionAid, seperti dilansir The Guardian, Rabu (1/11/2023).
Baca Juga
Situasi rumah sakit-rumah sakit di utara Gaza, sebut ActionAid, sangat genting. Rumah Sakit Al-Quds dan Rumah Sakit Al-Shifa disebut sudah tidak menerima pasokan bantuan sama sekali.
Advertisement
"Kekacauan dan kengerian yang terjadi di Gaza berdampak buruk pada perempuan," kata spesialis gender dan advokasi ActionAid yang berbasis di Ramallah Soraida Hussein-Sabbah.
ActionAid juga mengungkapkan bahwa pihaknya sangat prihatin terhadap kurangnya air bersih dan kondisi kebersihan yang berkontribusi terhadap meningkatnya penyakit, serta kemunduran serius dalam kondisi kehidupan di seluruh wilayah Palestina.
"Sedikit bantuan yang 'menetes' ke Gaza nyaris tidak menyentuh sisi krisis kemanusiaan yang sedang terjadi," kata kelompok itu.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric menuturkan bahwa 33 truk yang membawa air, makanan dan pasokan medis memasuki Gaza melalui Rafah pada Minggu (29/10). Bahkan, jumlah tersebut sangat jauh dari mendekati cukup.
Pasalnya, sebelum perang Hamas Vs Israel terbaru sejak 7 Oktober yang memicu blokade total Israel, terdapat sekitar 500 truk yang membawa bantuan dan barang-barang kebutuhan lainnya ke Gaza setiap hari.
Sementara itu, hingga Selasa (31/10), otoritas kesehatan Gaza mengumumkan bahwa total korban tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober mencapai 8.525 orang, termasuk 3.542 anak-anak.
Israel Kembali Serukan Warga Utara Gaza Mengungsi
Sementara itu, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari kembali mengulang pernyataan bahwa Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng dengan cara yang sangat kejam dan brutal.
Dia kemudian kembali menyerukan agar warga sipil Palestina di utara Gaza mengungsi ke selatan. Israel telah menyatakan wilayah utara Gaza sebagai zona evakuasi. Demikian seperti dikutip dari BBC.
Pernyataan tersebut disampaikan Hagari saat mengonfirmasi serangan Israel ke kamp pengungsi Jabalia di Gaza, yang menurutnya menewaskan komandan senior Hamas Ibrahim Biari dan sejumlah militan lainnya.
Serangan pada Selasa pagi tersebut, menurut Hagari, juga menyebabkan runtuhnya infrastruktur bawah tanah Hamas dan sejumlah bangunan di sekitarnya.
Advertisement
Hamas Akan Kembali Bebaskan Sandera
Dalam perkembangan terpisah, sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, mengatakan akan membebaskan sejumlah sandera dalam beberapa hari ke depan
"Kami telah memberi tahu perantara bahwa kami akan membebaskan sejumlah orang asing dalam beberapa hari ke depan," ungkap juru bicara Brigade al-Qassam Abu Obeida, seperti dilansir The Guardian.
Militer Israel pada Selasa mengonfirmasi bahwa jumlah sandera yang ditawan Hamas di Gaza 240 orang. Sejauh ini, Hamas telah membebaskan empat sandera.
Satu sandera lainnya, yakni seorang prajurit militer Israel, dibebaskan lewat operasi darat dan seorang perempuan berkewarganegaraan ganda Israel-Jerman, Shani Louk, dinyatakan tewas.