Liputan6.com, Tel Aviv - Di tengah meningkatnya eskalasi konflik antara Israel dan Palestina pasca serangan Hamas pada Sabtu (7/10/2023), nama Ariel Sharon kembali menjadi sorotan. Terlebih, banyak yang kembali menyoroti akhir hidupnya yang tragis, ketika ia mengalami koma selama delapan tahun sebelum akhirnya meninggal pada 11 Januari 2014.
Dilansir laman Independent, Rabu (1/11), mantan perdana menteri Israel itu didiagnosa menderita stroke parah pada Januari 2006. Dokter hingga melakukan operasi selama tujuh jam guna mencoba meringankan tekanan pendarahan di otaknya, yang merupakan indikasi parahnya cedera tersebut.
Baca Juga
Pria yang menjabat sebagai perdana menteri Israel selama lima tahun itu menjalani tujuh operasi selama beberapa bulan berikutnya, termasuk pengangkatan sebagian ususnya ketika ia mengalami komplikasi.
Advertisement
Kemudian pada April 2006, para menteri di pemerintahan Israel sepakat menyatakan Sharon tidak mampu melanjutkan jabatannya sebagai perdana menteri, sehingga Ehud Olmert, yang sebelumnya bertugas sebagai penjabat, naik menjadi perdana menteri.
Ketika itu, hampir semua orang meyakini bahwa Sharon tidak mungkin kembali berkuasa seperti sebelumnya.
Pemulihan pasca serangan stroke sangat tidak dapat diprediksi, dan hanya sedikit ahli saraf yang berani mengabaikan hal tersebut saat ia terserang stroke. Hasilnya tergantung pada bagian otak yang terkena, seberapa parah kerusakannya, dan apakah bagian tersebut terkena dampak permanen atau hanya sementara.
Para ahli saraf dapat menceritakan kisah pemulihan luar biasa yang terjadi pasca serangan. Namun sebaliknya, mereka juga dapat menceritakan orang-orang yang tidak bisa kembali pulih sepenuhnya setelah divonis stroke.
Bertahan Bertahun-Tahun
Setelah dirawat selama berbulan-bulan di rumah sakit di Yerusalem, Sharon dipindahkan ke Pusat Medis Chaim Sheba di Tel Aviv di. Ketika itu, kondisinya masih kritis namun cenderung stabil hingga kematiannya.
Kemampuan Sharon bertahan dengan kondisi tersebut bisa dikatakan cukup luar biasa. Jika korban kecelakaan berusia muda mungkin dapat bertahan selama bertahun-tahun setelah mengalami cedera otak parah, penderita stroke di usia tua biasanya tak mampu bertahan terlebih jika mengalami infeksi, pembekuan darah dan serangan jantung.
Pria yang pertama kali menjabat sebagai perdana menteri itu pada tahun 2001 itu dirawat dengan petugas bersenjata berjaga di depan pintu kamarnya. Ketika itu, ia bertahan hidup dengan mengandalkan selang makanan dan tetap menjalani fisioterapi secara teratur.
Tak lama, Sharon dilaporkan menderita gagal ginjal yang memengaruhi organ penting lainnya. Ini mungkin terjadi setelah ia mengalami infeksi saluran kemih, yang umum terjadi pada orang lanjut usia.
Advertisement
Bertahan 8 Tahun
Dalam waktu tersebut, mata Sharon "disangga", dipaksa "melihat" dan "menonton" televisi.
Entah ia bisa mendengar atau melihatnya dengan jelas, namun ahli saraf yang dipimpin oleh Profesor Marton Monti dari Universitas California mengklaim bahwa aktivitas otak yang signifikan sebagai respons terhadap rangsangan, namun tidak mengatakan apakah Sharon menerima informasi tersebut.
Menjalani hidup demikian selama delapan tahun, Sharon sempat dijuluki sebagai sleeping giant atau raksasa yang tidur.
Meninggal pada 2014
Hingga akhirnya, Sharon meninggal pada 11 Januari 2014, pukul 14.00.
Pemakaman kenegaraan Sharon diadakan pada 13 Januari, sesuai dengan tradisi penguburan Yahudi, yang mengharuskan penguburan dilakukan segera setelah kematian.
Jenazahnya disemayamkan di Knesset Plaza dari 12 Januari hingga upacara resmi, diikuti dengan pemakaman yang diadakan di peternakan keluarga di Gurun Negev.
Sharon dimakamkan di samping istrinya, Lily.
Advertisement