Sukses

Update Krisis Gaza: Komunikasi dan Internet Kembali Lumpuh, Perbatasan Rafah Dibuka bagi Korban Luka dan Warga Asing

Rekaman video dari Rafah menunjukkan orang-orang dan kendaraan bergerak keluar dari Gaza untuk pertama kalinya sejak perang Hamas Vs Israel pada 7 Oktober.

Liputan6.com, Ramallah - Perusahaan telekomunikasi Palestina, Paltel, mengatakan bahwa gangguan total terhadap semua komunikasi dan layanan internet di Jalur Gaza kembali terjadi.

"Orang-orang terkasih di tanah air kami tercinta, kami dengan menyesal mengumumkan penghentian total semua komunikasi dan layanan internet dengan Jalur Gaza karena rute internasional yang sebelumnya tersambung kembali terputus lagi. Semoga Tuhan melindungi Anda dan melindungi negara kita," tulis Paltel di platform X alias Twitter.

Akses internet di Gaza sebelumnya terputus pada Jumat (27/10), menyebabkan warga Palestina mengalami pemadaman komunikasi dan menciptakan kekosongan informasi di tengah pengeboman yang intensif.

Sejumlah laporan yang muncul dari daerah kantong tersebut pada Sabtu (28/10), kemudian menggambarkan kekacauan dan penderitaan ketika tim paramedis dan lembaga bantuan berjuang mengoordinasikan upaya penyelamatan dan bantuan, serta keluarga-keluarga mencari berita tentang kerabat mereka.

Reuters melaporkan bahwa Qatar telah memediasi perjanjian antara Mesir, Hamas, dan Israel, serta berkoordinasi dengan Amerika Serikat (AS), untuk membuka penyeberangan Rafah pada Rabu (1/11) demi memungkinkan pemegang paspor asing dan beberapa warga sipil yang terluka parah keluar dari Gaza. Namun, kesepakatan yang ditengahi Qatar tidak terkait dengan isu-isu lain seperti pembebasan sandera atau jeda kemanusiaan.

AFP melaporkan terdapat antrean panjang ambulans dan beberapa orang berkursi roda di perbatasan Rafah. Mesir menyatakan akan membiarkan lebih dari 80 orang yang mengalami luka paling serius masuk.

Rekaman video dari Rafah menunjukkan orang-orang dan kendaraan bergerak keluar dari Gaza untuk pertama kalinya sejak perang Hamas Vs Israel pada 7 Oktober.

Berikut video yang menunjukkan gelombang pertama warga negara asing dan pemegang paspor ganda yang bisa keluar melalui penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir:

2 dari 3 halaman

Perang yang Panjang dan Kompleks

Dilansir The Times of Israel, 10 tentara tewas dalam pertempuran di dalam Jalur Gaza pada Selasa (31/10). Hal tersebut dikonfirmasi Israel pada Rabu pagi, menjadikan jumlah tentara mereka yang tewas dalam operasi darat 12 orang.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan terus menyerang sasaran pada malam hari dan pada Rabu dari darat dan udara, menewaskan puluhan anggota kelompok militan tersebut. Kegiatan militer dikabarkan terfokus di Jabalia, yang diklaim sebagai markas Hamas.

"Tujuh tentara dari Batalyon Tzabar Brigade Infanteri Givati tewas ketika sebuah pengangkut personel lapis baja Namer yang mereka tumpangi terkena peluru kendali anti-tank yang ditembakkan oleh Hamas," kata IDF.

Empat tentara lainnya terluka dalam insiden yang sama, termasuk satu tentara luka parah.

"Hilangnya tentara IDF dalam pertempuran melawan teroris Hamas di Gaza merupakan pukulan berat dan menyakitkan," ungkap Menteri Pertahanan Yoav Gallant di X, seraya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.

"Pencapaian signifikan kami dalam pertempuran sengit di Jalur Gaza, sayangnya, menimbulkan banyak korban."

Gallant bersumpah bahwa Israel siap untuk operasi yang panjang dan kompleks.

3 dari 3 halaman

Hamas Klaim 7 Sandera Tewas

Sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, mengklaim pada Rabu bahwa tujuh sandera sipil tewas dalam serangan Israel ke kamp pengungsi Jabalia, termasuk tiga pemegang paspor asing.

Hamas menyandera lebih dari 200 orang selama serangannya ke Israel pada 7 Oktober, termasuk anak-anak, wanita dan orang lanjut usia.

Sejak itu, Hamas telah membebaskan empat warga sipil melalui dua gelombang. Sementara itu, militer Israel mengklaim menyelamatkan satu tentara IDF yang disandera dan seorang sandera berkewarganegaraan Israel-Jerman, Shani Louk, dikonfirmasi tewas.