Sukses

Dukung Palestina, Chile dan Kolombia Kompak Tarik Dubes dari Israel

Bolivia sebelumnya telah mengambil langkah lebih keras, yakni memutus hubungan diplomatiknya dengan Israel. Mereka menyebut Israel melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.

Liputan6.com, Santiago - Tiga negara Amerika Latin lantang mendukung Palestina. Chile memutuskan menarik duta besarnya dari Israel.

"Karena pelanggaran hukum kemanusiaan internasional yang tidak dapat diterima yang dilakukan Israel di Jalur Gaza," ungkap Kementerian Luar Negeri Chile, seperti dilansir ABC News, Kamis (1/11/2023).

Kolombia pun mengambil langkah serupa.

"Jika Israel tidak menghentikan pembantaian terhadap rakyat Palestina, kita tidak bisa tetap di sana," tulis Presiden Gustavo Petro di X alias Twitter.

Bahkan, Bolivia jauh lebih keras; memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pada Selasa (31/10).

"Bolivia memilih memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai penolakan dan kecaman atas serangan militer Israel yang agresif dan tidak proporsional di Jalur Gaza," demikian diumumkan Wakil Menteri Luar Negeri Bolivia Freddy Mamani.

Bolivia, Chile, dan Kolombia semuanya mempunyai pemerintahan sayap kiri.

2 dari 3 halaman

Solidaritas dan Dukungan Teguh bagi Palestina

Menteri Luar Negeri Bolivia Maria Nela Prada menyebut Israel melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.

Dia kemudian menyerukan Israel menghentikan serangan di Jalur Gaza yang telah mengakibatkan ribuan korban sipil dan pengungsian paksa warga Palestina.

Chile juga menyerukan segera diakhirinya permusuhan. Mereka mengutuk operasi Israel, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut merupakan hukuman kolektif terhadap penduduk sipil Palestina di Gaza.

Seperti halnya Bolivia, Chile tidak menyinggung serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.

"Bolivia menolak perlakuan bermusuhan Israel terhadap aktor internasional yang memberikan bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza," tegas Prada, seraya menambahkan bahwa Bolivia akan mengirimkan bantuan ke Jalur Gaza.

Pada 7 Oktober, Kementerian Luar Negeri Bolivia hanya mengatakan bahwa mereka sangat prihatin atas peristiwa kekerasan yang terjadi di Jalur Gaza antara Israel dan Palestina. Pada 18 Oktober, Kementerian Luar Negeri Bolivia mengutuk serangan Israel dan menekankan solidaritas serta dukungan teguh terhadap rakyat Palestina.

Otoritas kesehatan Gaza mengatakan bahwa lebih dari total warga Palestina yang tewas sejak 7 Oktober telah melampaui 8.500 orang, termasuk lebih dari 3.500 anak-anak.

3 dari 3 halaman

Morales: Pemutusan Hubungan Diplomatik Belum Cukup

Bolivia, negara berpenduduk 12 juta jiwa yang kini dipimpin oleh Presiden Luis Arce, telah lama bersikap kritis terhadap Israel. Ini bukan kali pertama mereka memutuskan hubungan.

Pada tahun 2009, Bolivia juga memutuskan hubungan dengan Israel karena pertempuran di Gaza. Hubungan diplomatik keduanya dibangun kembali pada tahun 2020.

Presiden Arce tegas menyatakan solidaritasnya terhadap rakyat Palestina setelah pertemuannya dengan Duta Besar Palestina untuk Bolivia Mahmoud Elalwani pada Senin (30/10).

"Kita tidak bisa tinggal diam dan terus membiarkan penderitaan rakyat Palestina, terutama anak-anak, yang berhak hidup damai. Kami mengutuk kejahatan perang yang dilakukan di Gaza," ujar Arce.

Mantan presiden Bolivia Evo Morales, yang pernah bersekutu dengan Arce namun kini berbalik menentangnya, memuji keputusan pemerintahan Arce. Namun, menurutnya itu belum cukup.

"Bolivia harus menyatakan Israel sebagai negara teroris dan mengajukan pengaduan ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)," tulis Morales di media sosial.