Liputan6.com, Gaza - Seorang dokter yang bekerja di rumah sakit Indonesia di Gaza langsung histeris ketika melihat putrinya sendiri yang ditandu ke rumah sakit. Ketika melihat putrinya, ia langsung berteriak dan berlari mengejar tim paramedis.
Menurut laporan Middle East Monitor, Rabu (1/11), sosok itu bernama Dr. Ghada Abu Eida yang sedang bertugas ketika melihat anaknya turut menjadi korban serangan Israel. Anak perempuan dari Dr. Ghada dilaporkan terluka.
Baca Juga
Ia lantas ditenangkan oleh rekan-rekannya di rumah sakit, sebelum akhirnya kehilangan tenaga dan terjatuh.
Advertisement
Insiden seperti ini bukan pertama kalinya ketika petugas medis mendapati keluarga mereka sendiri yang dibawa ke rumah sakit.
Sebelumnya, Gulf News melaporkan seorang dokter kaget melihat putranya sendiri turut menjadi korban jiwa perang Hamas vs. Israel. Putranya dibawa ke rumah sakit dalam keadaan sudah kehilangan nyawa. Anggota keluarganya yang lain juga jadi korban.
Lembaga HAM internasional sudah menyebut ada potensi kejahatan perang yang dilakukan Israel sejak menyatakan perang ke Hamas, namun Israel belum menunjukkan tanda-tanda ingin melakukan gencatan senjata.
20 Ribu Orang Butuh Bantuan Medis di Gaza
Pihak Dokter Tanpa Perbatasan (Medecins Sans Frontieres atau Doctors Without Borders) pada 1 November 2023 menyatakan masih ada lebih dari 20 ribu orang yang terluka di Gaza. Persediaan obat-obatan pun disebut terbatas.
"Sekitar dua juta orang Palestina masih terjebak di Jalur Gaza di bawah serangan, termasuk 300 staf MSF dan keluarga mereka," tulis pernyataan di situs resmi Dokter Tanpa Perbatasan.
"Kami menegaskan kembali seruan untuk gencatan senjata secepatanya. Persediaan kemausiaan yang sangat diperlukan dan staf harus diizinkan masuk Jalur Gaza di mana rumah sakit sudah penuh dan sistem pelayanan kesehatan menghadapi kolaps total," lanjut pernyataan tersebut.
Menlu Retno: Perbatasan Rafah Dibuka, Proses Evakuasi WNI dari Gaza Kemungkinan Mulai Hari Ini
Menteri Luar Negeri (Menlu RI) Retno Marsudi mengatakan bahwa proses evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Gaza kemungkinan dilakukan hari ini. Proses evakuasi dilakukan lewat Perbatasan Rafah, satu-satunya akses keluar dari Gaza.
"Teman-teman saya ingin garis bawahi kata kemungkinan, karena sekali lagi situasi tidak pernah dapat diduga," kata Menlu RI Retno Marsudi dalam pernyataan pers di Jakarta, Rabu (1/11/2023).
Proses evakuasi Warga Negara Indonesia, sebut Menlu Retno, melibatkan tim Kementerian Luar Negeri RI di Kairo.
"Untuk mempersiapkan kemungkinan evakuasi, maka kita sudah gerakkan tim kita dari Kairo menuju Rafah, karena sekali lagi satu-satunya pintu keluar yang tersedia adalah Rafah," sambung Menlu Retno.
Ia juga menyebut bahwa perjalanan WNI tersebut harus melewati proses yang panjang, termasuk melewati berbagai pemeriksaan, baik dari otoritas Israel maupun Palestina.
"Saya terus ikuti secara langsung, berkomunikasi dengan tim yang berjalan dari Kairo ke Rafah. Jadi pada saat mereka mengalamai atau harus berhenti mengalami pemeriksaan berkali-kali, antrean yang demikian panjang, saya ikuti semuanya," katanya menambahkan.
Advertisement
Tim Sudah Tiba di Rafah
Hingga perkembangan terakhir, tim Kemlu RI dari Kairo sudah tiba di Rafah pada hari ini, pukul 15.53 WIB. Menlu Retno menyebut bahwa ia terus menjalin komunikasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam proses evakuasi WNI dari Gaza.
"Diperoleh informasi kemungkinan pergerakan evakuasi WNA, termasuk WNI, melalui pintu Rafah kemungkinan, sekali lagi kemungkinan, akan dapat segera dilakukan," tegasnya.
Lebih jauh, Menlu Retno menjelaskan bahwa proses evakuasi WNI harus dilakukan secara bertahap dengan mengutamakan keselamatan.
"Pergerakan kemungkinan besar tidak akan dapat dilakukan secara sekaligus, tetapi bertahap dan dengan mengutamakan keselamatan. Sekali lagi, dengan mengutamakan keselamatan," tuturnya.
Penyeberangan Rafah yang menjadi perbatasan antara Jalur Gaza dengan Mesir akhirnya dibuka pada Rabu 1 November 2023. Pembukaan ini untuk pertama kalinya sejak perang Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Ada warga pemegang paspor dari 44 negara, serta 24 lembaga termasuk badan-badan di Perserikatan Bangsa Bangsa yang tinggal di Jalur Gaza.
10 WNI dalam Kondisi Aman
Kemlu RI mencatat ada 10 WNI yang berada di Gaza, terdiri dari tiga relawan Mer-C, dua WNI yang tinggal di sana beserta anak-anak mereka yang berkewarganegaraan Indonesia.
"Sejauh ini kita memperoleh informasi bahwa kondisi warga negara kita dalam keadaan baik. Baik di sini bukan berarti baik seperti kita, duduk-duduk di ruangan ini. Baik di tengah situasi yang sangat tidak baik," tambah Menlu Retno.
Menlu Retno terus menjalin komunikasi dengan seluruh WNI tersebut walaupun terkadang terhambat oleh koneksi.
"Kita terus melakukan kontak dengan mereka, dan kontaknya pun juga on and off. Kadang nyambung, kadang tidak nyambung karena memang situasi sehingga komunikasi tidak selamanya lancar. Tapi kita terus berusaha melakukan komunikasi dengan beliau yang ada di Gaza," imbuh Menlu Retno.
Advertisement