Liputan6.com, Kuala Lumpur - McDonald's Malaysia memberikan klarifikasi atas anggapan bahwa keuntungan yang mereka dapat diberikan ke Israel. Anggapan miring tersebut ternyata berdampak kepada para pekerja Malaysia yang notabene juga Muslim.
Managing Director McDonald's Malaysia, Azmir Jaafar, menegaskan bahwa para pegawai Malaysia merasa sedih karena mendapat cemoohan, padahal mereka sedang mencari rezeki halal untuk keluarga.
Baca Juga
"Mereka sedih sebab dikecam, dicemooh .... Pakai uniform ada brand McDonald's, naik bus, orang cakap: 'eh Yahudi'," ujar Azmir Jaafar dalam konferensi pers, seperti dilansir Astro Awani, Sabtu (4/11/2023).
Advertisement
Azmir mengaku heran mengapa ada orang yang sampai berkata seperti itu.
"Kita orang Melayu, Kita orang Islam. Kita 21 ribu pekerja," ujarnya.
Turut hadir dalam konferensi pers Abdulrahman Alireza, petinggi dari REZA Food Services yang mengurus operasional McDonald's di kawasan Kerajaan Arab Saudi.
Abdulrahman Alireza menjelaskan bahwa keuntungan McDonald's digunakan untuk hal-hal seperti teknologi dan peningkatan kapasitas. Sisanya diberikan kepada para pemegang saham.
Ia juga menyebut bahwa perusahaan bergerak di bidang komersil, dan sebaiknya tidak mengambil sikap politik.
"Perusahaan komersial apa pun tidak akan memberikan pelayanan kepada pemegang saham mereka jika mereka mengambil sikap politik. Ada lebih dari tujuh miliar orang di dunia. Kami ingin melayani mereka. Itu ambisi kami," tegasnya.
Di media sosial, seruan boikot juga terjadi kepada sejumlah produk di Indonesia. Seruan boikot seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Sejak tahun 2000-an juga sudah ada seruan boikot produk-produk yang dinilai pro-Israel, termasuk kepada McDonald's dan sejumlah perusahaan AS lainnya.
Perusahaan Barat Hadapi Kontroversi di Tengah Perang Israel-Hamas
Starbucks, McDonald’s dan perusahaan-perusahaan besar lainnya telah memicu kontroversi terkait dengan perang Israel-Hamas. Hal ini menjadi contoh tantangan perusahaan yang ditimbulkan oleh konflik berisiko tinggi dan bermuatan politik.
Dikutip dari laman ABC News, ditulis Rabu (1/11/2023), Starbucks menggugat serikat pekerjanya, Starbucks Workers United pada awal Oktober setelah organisasi buruh itu menggugah pesan yang menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina di platform X yang dahulu bernama Twitter. Namun, pesan itu sudah dihapus.
Pesan dari serikat pekerja itu memicu seruan untuk memboikot Starbucks, saat beberapa pihak tampaknya salah mengira posisi serikat pekerja sebagai posisi perusahaan.
Starbucks Workers United, serikat pekerja yang mewakiliki sekitar 9.000 pekerja hapus tweet awal yang mengatakan solidaritas terhadap warga Palestina. Pekan lalu, serikat pekerja itu mengunggah pernyataan tambahan mengenai platform X yang berdiri di pihak Palestina sambil mengutuk kematian warga sipil yang tidak bersalah.
"Kami menentang kekerasan, dan setiap kematian yang terjadi akibat kekerasan adalah sebuah tragedi."
Advertisement
Ajukan Gugatan Balik
Serikat pekerja mengajukan gugatan balik terhadap Starbucks, menyebut gugatan itu sebagai upaya merusak serikat pekerja dan melemahkan upaya pengorganisasiannya.
Sementara itu, di McDonald’s, sebuah waralaba yang berbasis di Israel mengumumkan makanan gratis untuk anggota militer Israel yang memicu reaksi balik dari konsumen dan pesan dari waralaba lain untuk tidak melakukan aksi serupa.
Sementara itu, ratusan karyawan Google mengedarkan petisi yang mempermasalahkan surat publik yang dikeluarkan oleh CEO Sundar Pichai yang dianggap mendukung Israel, demikian dilaporkan the Washington Post.
"Kami sangat tidak setuju dengan pandangan yang diungkapkan oleh Workers United, termasuk afiliasi lokalnya, pengurus serikat pekerja dan mereka yang identifikasi diri sebagai anggota Starbucks Workers United. Tidak satu pun dari kelompok ini yang mewakili Starbucks Coffee Company dan tidak mewakili pandangan perusahaan kami, posisi dan keyakinan,” ujar Executive Vice President dan Chief Partner Officer Starbucks, Sara Kelly.
Sementara itu, kepada ABC News, Juru Bicara McDonald’s menuturkan, fokus utama perusahaan adalah menjamin kesehatan karyawan. Untuk mendukung masyarakat di wilayah tersebut, McDonalds memberikan sumbangan USD 1 juta atau sekitar Rp 15,95 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.951). Sumbangan itu dibagi rata antara Palng Merah dan Program Pangan Dunia.
Seruan Boikot Produk Pro Israel Ramai Menggema di Media Sosial
Seruan untuk boikot produk pro Israel tengah menggema di jagat maya. Di media sosial seperti X (sebelumnya Twitter) dan TikTok banyak pengguna yang menggunakan tagar "BDSMovement".
Dikutip dari Vox, Rabu (1/11/2023), ini merupakan orang-orang yang menyebut merek-merek yang memiliki hubungan dengan Israel dan menyerukan boikot. McDonald's menjadi sasaran setelah sebuah lokasi di Israel menawarkan makanan gratis untuk militer Israel.
Begitu pula jaringan makanan cepat saji global lainnya seperti Domino's Pizza dan Burger King. Beberapa di antaranya memboikot Starbucks setelah perusahaan tersebut menggugat serikat pekerjanya pada Oktober 2023 atas akun media sosial serikat pekerja yang mengunggah dukungan untuk warga Palestina.
Sementara itu, demonstrasi yang diselenggarakan oleh kelompok lokal yang berafiliasi dengan BDS sedang terjadi di seluruh dunia. Secara sederhana, Boycott, Divestment and Sanctions (BDS) Movement adalah gerakan protes non-kekerasan global.
Gerakan ini berupaya menggunakan boikot ekonomi dan budaya terhadap Israel, divestasi keuangan dari negara, dan sanksi pemerintah untuk menekan pemerintah Israel agar mematuhi hukum internasional dan mengakhiri kebijakan kontroversialnya terhadap Palestina. Kebijakan yang kini digambarkan oleh beberapa pakar hak asasi manusia dan pakar hukum sebagai apartheid.
Advertisement