Liputan6.com, Jakarta - Seorang wanita Australia ditangkap atas dugaan kematian tiga orang akibat keracunan jamur.
Ketiganya jatuh sakit setelah menghadiri makan siang sebuah keluarga di kota Leongatha, Victoria, pada Juli 2023.
Baca Juga
Kini, orang keempat dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis, dikutip dari laman BBC, Kamis (2/11/2023).
Advertisement
Wanita yang menyajikan makan siang bernama Erin Patterson, ia ditahan tetapi belum didakwa.
Patterson (49) dengan tegas menyatakan bahwa dia tidak bersalah. Polisi Victoria mengatakan, wanita itu akan diwawancarai oleh detektif.
Inspektur Pasukan Pembunuhan Dean Thomas menekankan kompleksitas kasus ini dalam konferensi pers, dan menggambarkannya sebagai sebuah tragedi.
“Saya tidak membayangkan ada investigasi lain yang telah menarik perhatian media dan publik sebesar ini, tidak hanya di sini di Victoria, tetapi juga secara nasional dan internasional,” tambahnya.
Berikut kronologi kejadian:
Juli 2023:
- Keempat korban datang ke rumah Erin Patterson setelah diundang makan.
- Keempat korban dibawa ke rumah sakit pada tanggal 30 Juli 2023 karena merasakan sakit yang parah.
Agustus 2023:
- Dalam beberapa dua orang korban berusia 70 tahun dan 66 tahun, meninggal dunia.
- Kemudian satu orang berusia 68 tahun dilaporkan meninggal.
Erin Patterson mengatakan dia sendiri dibawa ke rumah sakit setelah makan karena sakit perut, dan diberi infus garam serta diberi obat untuk mencegah kerusakan hati.
Dia mengatakan, telah menyajikan pai daging sapi wellington menggunakan campuran jamur kancing yang dibeli dari supermarket, dan jamur kering yang dibeli di toko bahan makanan Asia beberapa bulan sebelumnya.
“Saya sekarang sangat terpukul jika benar bahwa jamur ini berkontribusi terhadap penyakit yang diderita orang-orang yang saya cintai,” tulisnya dalam sebuah pernyataan pada Agustus 2023.
"Saya benar-benar ingin mengulangi bahwa saya sama sekali tidak punya alasan untuk menyakiti orang-orang yang saya cintai ini."
Satu Keluarga Keracunan di Bangladesh
Pada pertengahan Oktober 2022, satu keluarga di Bangladesh meninggal dunia akibat dugaan insiden keracunan.
Seorang ibu dari Cardiff menjadi orang keempat yang meninggal dalam dugaan keracunan saat berada di Bangladesh.
Hosne Ara Islam (46) meninggal di rumah sakit tiga bulan setelah kejadian itu. Polisi mengatakan, penyebab keracunan diduga karbon monoksida.
Suaminya, Rafiqul Islam (51) dan putra mereka Mahiqul (16) meninggal setelah insiden di sebuah flat di wilayah Sylhet di timur laut Bangladesh.
Putrinya, Samira Islam (20) meninggal di rumah sakit 11 hari kemudian. Sementara putranya, Sadiqul (24) selamat dan kemudian dipulangkan dari rumah sakit.
Keluarga beranggotakan lima orang itu melakukan perjalanan dari Riverside untuk mengunjungi seorang kerabat yang kemudian menemukan mereka tidak sadarkan diri.
Kerabat itu mengatakan bahwa ketika tidak ada jawaban, mereka melihat ke jendela dan melihat keluarga itu tergeletak di dua tempat tidur.
Diperkirakan ada generator listrik yang rusak di properti yang sedang digunakan malam itu karena pemadaman listrik.
Inspektur distrik Uddin mengatakan, "Kami mengumpulkan sampel asap dari generator dan kami mengirimkannya ke dinas pemadam kebakaran untuk melihat apakah bahan kimia juga ditemukan di tubuh korban dan korban selamat."
Advertisement
Satu Keluarga Keracunan Pestisida di AS
Pada tahun 2015, Keluarga Esmond Delaware menyewa kondominium lantai dua di Sirenusa, resor yang terdiri dari 22 vila.
Keluarga itu mulai mengalami kejang-kejang dan diterbangkan ke rumah sakit di AS.
Usai kejadian, Departemen Kehakiman AS membuka penyelidikan kriminal.
Administrator regional EPA, Judith Enck mengatakan bahwa pestisida itu digunakan pada 28 Maret di lantai pertama kondominium, dan agen pun mencoba menentukan berapa banyak yang digunakan. Dia mengatakan, EPA menemukan bahwa metil bromida digunakan di unit Sirenusa lainnya pada tahun lalu, tetapi menolak mengatakan ada berapa banyaknya.
Kemudian, pihak berwenang AS telah menetapkan bahwa pestisida metil bromida yang sangat beracun menyebabkan keluarga Delaware tersebut menderita sakit parah di sebuah resor Kepulauan Virgin AS.
Tak hanya itu, pihak berwenang juga menyebut bahan kimia tersebut telah digunakan beberapa kali dalam setahun terakhir.
Pasca kejadian, lebih tepatnya enam bulan setelah kejadian mengerikan itu, ayah mereka bernama Steve Esmond, perlahan-lahan membaik, tetapi menderita tremor parah, kesulitan berbicara, dan bahkan tidak dapat membalik halaman buku.