Liputan6.com, Jakarta - Seorang penjabat di Kementerian Pertahanan Afghanistan bernama Mawlawi Mohammad Yaqoob Mujahid mengkritik perlakuan pemerintah sementara Pakistan terhadap pengungsi.
Dikutip dari laman Tolo News, Selasa (7/11/2023) ia mengatakan bahwa keputusan untuk mengusir warga Afghanistan diambil secara sepihak dan Pakistan harus mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan tersebut.
Baca Juga
Dalam sebuah rekaman suara, Mujahid meminta rezim di Pakistan untuk tidak bersikap kejam terhadap warga Afghanistan, tidak menyita properti dan aset pribadi mereka.
Advertisement
"Mereka tidak dapat melakukannya berdasarkan hukum atau aturan apa pun. Tindakan seperti itu akan dipertanyakan," ujarnya.
"Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk mencegahnya dan tidak akan membiarkan siapa pun menyita dan mencuri properti pribadi saudara-saudara kami di Afghanistan."
Ia juga mendesak masyarakat internasional, PBB dan organisasi-organisasi lain untuk menekan Pakistan agar mengakhiri situasi yang terjadi saat ini terhadap para pengungsi.
"Meskipun mereka mengirim pengungsi ke negara mereka, mereka [pengungsi] harus dikirim ke Afghanistan dengan bermartabat," katanya.
Yaqoob memperingatkan bahwa situasi yang sedang terjadi saat ini sangat merusak hubungan antara Afghanistan dan Pakistan.
"Jadi, rezim Pakistan harus memikirkan konsekuensi dari apa pun yang dilakukannya. Harus menanam sebanyak-banyaknya yang bisa dituai," ujarnya.
Dia juga menyebut keputusan Pakistan mengenai pengungsi Afghanistan adalah sepihak, dan mengatakan bahwa "kami tidak menerima sama sekali."
Penangkapan Imigran Afghanistan di Pakistan Semakin Intensif
Sebelumnya, penangkapan dan penahanan imigran Afghanistan di Pakistan dilaporkan sangat intensif seiring dengan semakin dekatnya batas waktu pemerintah terkait upaya pengusiran migran pada tanggal 1 November 2023.
Konsulat Afghanistan di Karachi, Pakistan mengatakan sejak awal bulan ini lebih dari 120.000 migran Afghanistan meninggalkan Pakistan.
Sementara itu, para migran Afghanistan mengatakan bahwa dengan semakin dekatnya tenggat waktu yang ditetapkan Pakistan, jumlah penahanan migran Afghanistan di negara tersebut semakin meningkat.
Para migran ini mengatakan bahwa mereka berada dalam situasi yang buruk, dikutip dari laman Tolo News.
“Baru-baru ini polisi Pakistan berburu migran asal Afghanistan di kota-kota besar,” kata Bezhan Hussaini, seorang migran Afghanistan di Pakistan.
“Di sini, di Pakistan, para migran Afghanistan menghadapi banyak masalah dan polisi yang bahkan sampai memasuki rumah para migran dan langsung menangkap mereka, membawa mereka ke penjara,” kata Mohammad Omaid, seorang migran Afghanistan di Pakistan.
Pada saat yang sama, konsulat Imarah Islam di Karachi mengatakan bahwa penganiayaan terhadap migran Afghanistan oleh tentara Pakistan terus berlanjut.
Menurut Abdul Jabar Takhari, dalam sebulan terakhir lebih dari 120.000 migran Afghanistan telah meninggalkan Pakistan.
“Pada periode ini lebih dari 120.000 migran Afghanistan meninggalkan Pakistan dan proses ini terus berlanjut. Kami ingin pemerintah Pakistan memperpanjang proses ini sehingga para migran dapat meninggalkan negara tersebut secara teratur,” kata Abdul Jabar Takhari, Konsulat Afghanistan di Karachi, Pakistan.
Advertisement
Konsulat Afghanistan Diminta Bergerak
Sebelumnya, sejumlah aktivis hak-hak pengungsi menekankan bahwa Konsulat Afghanistan harus mengatasi situasi migran Afghanistan di negara-negara tetangga dan kawasan.
“Migran Afghanistan di Pakistan khawatir tentang masa depan mereka dan pemerintah Pakistan harus memperlakukan mereka berdasarkan hukum migrasi internasional,” kata Mir Ahmad Raoofi, seorang aktivis hak-hak migran di Pakistan.
Konsulat Jenderal Afghanistan di Karachi juga melaporkan bahwa lebih dari 1.000 pengungsi Afghanistan saat ini ditahan di penjara Pakistan dan lebih dari 500 lainnya telah dibebaskan dari penjara.
Ultimatum Pakistan ke Imigran Ilegal Afghanistan: Pergi dengan Sukarela Atau Dideportasi
Pakistan memerintahkan semua pencari suaka asal Afghanistan – yang diperkirakan berjumlah 1,7 juta orang – meninggalkan negara itu per 1 November 2023.
Meningkatnya serangan di sepanjang perbatasan kedua negara, yang menurut Pakistan dilakukan oleh kelompok yang bermarkas di Afghanistan, telah meningkatkan ketegangan tahun ini.
Hal ini juga memicu kebencian di Pakistan, yang pada Selasa (3/10/2023) mengumumkan tindakan keras terhadap migran ilegal.
Pemerintah Taliban mendesak Pakistan memikirkan kembali tindakannya yang tidak dapat diterima.
Penguasa Afghanistan berulang kali membantah memberikan perlindungan bagi militan yang menargetkan Pakistan.
Beberapa waktu lalu, ledakan di sebuah masjid di Kota Mastung, dekat perbatasan dengan Afghanistan, menewaskan sedikitnya 50 orang saat Maulid Nabi Muhammad.
Menteri Dalam Negeri Pakistan Sarfraz Bugti tidak secara langsung merujuk pada serangan tersebut dan serangan lainnya di Provinsi Balochistan ketika dia mengumumkan perintah tindakan keras terhadap pencari suaka ilegal Afghanistan pada Selasa.
Advertisement