Sukses

PM Palestina Menangis Ceritakan Anak dan Perempuan di Gaza Tewas Diserang Israel

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menangis saat sesi pembukaan rapat kabinet di Ramallah, Tepi Barat pada 6 November 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menangis saat sesi pembukaan rapat kabinet di Ramallah, Tepi Barat pada 6 November 2023.

Mohammad Shtayyeh tak kuasa menahan tangis ketika ia berbicara tentang anak-anak Gaza.

"Anak-anak menulis nama mereka di tubuhnya. Sehingga jenazah mereka bisa teridentifikasi," kata Mohammad Shtayyeh, dikutip dari Washingtonpost, Selasa (7/11/2023).

"Ibu tiga anak yang tertimbun reruntuhan menceritakan kepada anak-anaknya. Biarkan aku melihatmu, meskipun... (jeda menangis)... ampunilah jiwa para syuhada dan aib para penjahat," kata Mohammad Shtayyeh.

Video viral PM Palestina ini bahkan sudah dipublikasi oleh banyak media besar. Sebut saja Sky News dalam video berjudul: Israel-Hamas war: Palestinian prime minister cries in cabinet meeting retelling story of a mother killed in Gaza.

Ada juga media Reuters memberi judul: Palestinian PM in tears over Gaza at cabinet opening.

Hingga media Rusia bernama TRT World yang menulis judul: Palestinian PM bursts into tears during speech.

Sementara itu, Gaza mengalami pemadaman komunikasi total ketiga sejak dimulainya perang pada 7 Oktober. Militer Israel pada Minggu (5/11/2023) malam mengumumkan mereka mengepung Kota Gaza dan membaginya menjadi dua.

"Saat ini ada Gaza Utara dan Gaza Selatan," ujar juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari seperti dilansir AP, Senin (6/11).

Dia menyebut pembagian ini merupakan tahapan penting dalam perang Hamas Vs Israel. Media Israel melaporkan bahwa pasukan Israel diperkirakan akan memasuki Kota Gaza dalam waktu 48 jam.

2 dari 3 halaman

Pemadaman Komunikasi di Gaza

Padamnya komunikasi di Gaza, yang dilaporkan oleh kelompok advokasi akses internet netBlocks.org dan dikonfirmasi oleh perusahaan telekomunikasi Palestina, Paltel, semakin mempersulit penyampaian kabar terbaru terkait serangan militer Israel.

"Kami kehilangan komunikasi dengan sebagian besar anggota tim UNRWA," ungkap juru bicara Badan PBB untuk Pengungsi Palestina Juliette Touma.

Pemadaman komunikasi pertama di Gaza sejak 7 Oktober berlangsung selama 36 jam dan yang kedua terjadi selama beberapa jam.

Pada Minggu, pesawat-pesawat tempur Israel dilaporkan menyerang dua kamp pengungsi di Gaza tengah. Otoritas kesehatan Gaza menyatakan bahwa serangan menewaskan sedikitnya 53 orang dan melukai puluhan lainnya.

Serangan udara yang menghantam kamp pengungsi Maghazi menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai 34 lainnya. Kamp tersebut berada di zona di mana militer Israel mendesak warga sipil Palestina mencari perlindungan.

Seorang reporter AP di rumah sakit terdekat melihat delapan anak tewas, termasuk seorang bayi, dibawa ke rumah sakit setelah serangan tersebut. Seorang anak yang selamat digiring menyusuri koridor, pakaiannya tertutup debu.

Arafat Abu Mashaia, yang tinggal di kamp tersebut, mengatakan serangan udara Israel meratakan beberapa rumah bertingkat di mana orang-orang yang terpaksa keluar dari wilayah lain di Gaza berlindung.

"Itu benar-benar pembantaian," kata dia. "Semua yang ada di sini adalah orang-orang yang damai. Saya menantang siapapun yang mengatakan ada perlawanan (pejuang) di sini."

 

3 dari 3 halaman

Israel Belum Berkomentar

Belum ada komentar langsung dari militer Israel.

Serangan udara lainnya menghantam sebuah rumah dekat sebuah sekolah di kamp pengungsi Bureij. Staf di Rumah Sakit Al-Aqsa mengatakan kepada AP bahwa sedikitnya 13 orang tewas. Kamp itu juga diserang pada Kamis (2/11).

Otoritas kesehatan Gaza menyatakan bahwa lebih dari 9.700 warga Palestina tewas di wilayah tersebut sejak 7 Oktober, lebih dari 4.000 di antaranya adalah anak-anak.

Jumlah korban kemungkinan akan meningkat ketika pasukan Israel bergerak maju ke lingkungan perkotaan yang padat.