Liputan6.com, Gaza - Israel menargetkan konvoi kemanusiaan yang membawa pasokan medis di Kota Gaza pada Selasa (7/11/2023). Hal tersebut diungkapkan Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS).
"Konvoi lima truk membawa persediaan medis yang menyelamatkan nyawa ke fasilitas kesehatan termasuk Rumah Sakit al-Quds ketika diserang," kata PRCS via platform X alias Twitter.
Baca Juga
PRCS menambahkan bahwa dua truk rusak dan seorang pengemudi terluka ringan.
Advertisement
"Kami mendesak organisasi kesehatan dan kemanusiaan internasional untuk segera memberikan bantuan dan pasokan penting ke #Gaza dan wilayah utara," ungkap PRCS.
Today IOF targeted the ICRC humanitarian convoy in #Gaza city. 🚨 The convoy of five trucks was carrying lifesaving medical supplies to health facilities, including to #AlQuds Hospital of PRCS when it was hit by fire. Two trucks were damaged, and a driver was lightly wounded.… pic.twitter.com/3lSB6QJhBU
— PRCS (@PalestineRCS) November 7, 2023
Dalam pernyataan terpisah sebelumnya, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) juga mengungkapkan bahwa konvoi kemanusiaan diserang.
"Kami sangat sedih karena konvoi kemanusiaan kami di Kota Gaza mendapat serangan hari ini. Konvoi itu membawa pasokan medis yang menyelamatkan nyawa ke fasilitas kesehatan, termasuk Rumah Sakit Al-Quds @PalestineRCS," tulis ICRC.
"Di bawah IHL (hukum kemanusiaan internasional), pekerja kemanusiaan harus dilindungi."
We are deeply troubled that our humanitarian convoy in Gaza City came under fire today. It was carrying lifesaving medical supplies to health facilities, including Al Quds @PalestineRCS hospital.Under IHL, humanitarian workers must be protected. 👇 https://t.co/sUcbJlkXYL
— ICRC in Israel & OT (@ICRC_ilot) November 7, 2023
Sementara itu, juru bicara otoritas kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra pada Selasa mengumumkan bahwa total warga Palestina di Gaza yang tewas akibat serangan Israel meningkat jadi 10.328 orang, termasuk 4.237 anak-anak. Demikian seperti dilansir The Guardian, Rabu (8/11).
Menurut Qudra, jumlah korban luka naik menjadi 25.965 orang. Qudra kemudian mendesak intervensi internasional untuk mencegah pengeboman rumah sakit.
Tidak hanya itu, Qudra menyatakan bahwa Israel telah mengubah koridor evakuasi yang diumumkannya menjadi jebakan bagi para pengungsi.
Babak Paling Mematikan bagi Pekerja Bantuan PBB
Perang Hamas Vs Israel yang dimulai sejak kelompok Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober, tercatat paling mematikan bagi pekerja bantuan PBB. Sedikitnya 89 orang pekerja bantuan telah tewas dan setidaknya 26 orang terluka di Gaza.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
"Lebih banyak pekerja bantuan @PBB tewas dalam beberapa pekan terakhir dibanding periode manapun dalam sejarah organisasi kami ... Saya ikut berduka atas kematian 89 rekan-rekan @UNRWA yang tewas di Gaza," tulis Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres via X alias Twitter.
More @UN aid workers have been killed in recent weeks than in any comparable period in the history of our organization.I join in the mourning of 89 of our @UNRWA colleagues who have been killed in Gaza – many of them with members of their family.
— António Guterres (@antonioguterres) November 7, 2023
Di Israel, pada Selasa, bertepatan dengan satu bulan serangan Hamas yang menewaskan sedikitnya 1.400 orang, berlangsung hening cipta selama satu menit.
Kerumunan orang berkumpul di luar Knesset, gedung parlemen Israel, untuk memperingati korban tewas dan lebih dari 200 orang yang masih disandera Hamas.
Advertisement
Setidaknya 500 Orang Meninggalkan Gaza pada Selasa
Dalam perkembangan lainnya, Reuters yang mengutip sumber keamanan Mesir melaporkan bahwa setidaknya 500 orang, yang sebagian besar warga asing atau berkewarganegaraan ganda, meninggalkan Jalur Gaza melalui penyeberangan Rafah pada Selasa.
Kementerian luar negeri Yordania mengatakan 262 warga Yordania dievakuasi pada Selasa, dari total 569 orang yang terjebak di Gaza.
Kanada mengungkapkan bahwa 59 warganya, penduduk tetap dan anggota keluarganya telah dievakuasi.
Sumber medis menyebutkan bahwa 19 warga Palestina di Gaza yang membutuhkan perawatan medis juga diizinkan masuk untuk bergabung dengan puluhan lainnya yang telah lebih dulu dirawat di rumah sakit Mesir.
Menurut otoritas perbatasan Gaza, sejumlah negara lain yang warganya diizinkan untuk melintasi Rafah ke Mesir pada Selasa termasuk Rumania, Jerman, Moldova, Ukraina, Filipina dan Prancis.