Sukses

Studi Ini Ungkap Dampak Tak Terduga Memberi Makan Kucing Secara Berlebihan

Berdasarkan penelitian, memberi makan kucing secara berlebihan ternyata menghasilkan perubahan pada kucing yang tidak diketahui.

Liputan6.com, Jakarta - Pemilik kucing yang memberi makan kucingnya terlalu banyak tanpa disadari dapat berpotensi menyebabkan masalah pada kucing kesayangannya.

Memberi makan berlebihan dapat menyebabkan kenaikan berat badan, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa hal ini juga dapat mengganggu penyerapan nutrisi kucing dan mempengaruhi keseimbangan mikroba di saluran pencernaan mereka.

Peneliti menyatakan bahwa hasil penelitian ini mendukung rekomendasi untuk membatasi jumlah makanan yang diberikan kepada hewan peliharaan, dan mendorong kucing peliharaan untuk beraktivitas.

Melansir dari Science Alert, Jumat (8/12/2023), lebih dari setengah kucing di Amerika memiliki masalah kelebihan berat badan, dan ini adalah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Sebuah tim dari University of Illinois Urbana-Champaign mengungkap bahwa meskipun sudah banyak penelitian tentang cara menurunkan berat badan kucing, mereka ingin lebih memahami akibat dari peningkatan berat badan pada hewan tersebut.

Ilmuwan nutrisi, Kelly Swanson, yang merupakan penulis utama studi tersebut, menyatakan bahwa kurang perhatian diberikan pada proses sebaliknya yang juga memiliki pentingannya.

"Kami ingin mempelajari lebih lanjut tentang perubahan metabolisme dan pencernaan yang terjadi akibat makan berlebihan dan penambahan berat badan pada kucing," ujar Kelly Swanson.

Para peneliti kemudian melakukan penelitian dengan melibatkan 11 kucing betina dewasa yang sudah disterilkan dan memiliki berat badan yang sehat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Dampak Memberi Makan Berlebihan pada Kucing Terhadap Berat Badan dan Kesehatan

Selama dua minggu pertama, kucing-kucing tersebut diberi makan makanan yang seimbang dan berkualitas yang tersedia di pasaran. Selama 18 minggu berikutnya, mereka diberi makan makanan yang sama, tetapi diizinkan untuk makan sebanyak dan sesering yang mereka inginkan.

Selama periode tersebut, yaitu pada awal penelitian, serta pada minggu ke-6, ke-12, dan ke-18 setelah kucing-kucing tersebut diberi makan sepuasnya, para peneliti mengumpulkan sampel tinja dan darah dari kucing-kucing ini. Mereka turut memantau aktivitas fisik kucing-kucing tersebut melalui monitor yang dipasang di kalung mereka.

"Kami memperkirakan kenaikan berat badan mungkin menyebabkan penurunan aktivitas fisik, namun kami tidak mengamati adanya perubahan yang konsisten dalam tingkat aktivitas," ujar Kelly Swanson.

Kelly Swanson menjelaskan bahwa hal tersebut dapat berbeda-beda tergantung pada karakteristik unik dari setiap kucing dan juga pengaruh lingkungan di sekitarnya, termasuk sejauh mana pemiliknya berinteraksi dengan mereka.

3 dari 5 halaman

Perilaku Makan Kucing dan Dampaknya Terhadap Pencernaan Mereka

Kucing-kucing tersebut dengan cepat menambah jumlah makanan yang mereka konsumsi, yang menyebabkan kenaikan berat badan. Tak heran jika berat badan mereka naik.

Ketika kucing makan lebih banyak dan bertambah besar, kadar lemak di tubuh mereka meningkat dan kemampuan mereka dalam mencerna nutrisi menjadi kurang efisien.

Kelly Swanson menjelaskan bahwa ketika tubuh menerima makanan dalam jumlah yang lebih sedikit, maka tubuh akan lebih efisien dalam menyerap nutrisi. Namun, ketika jumlah makanan meningkat, makanan akan melewati sistem pencernaan lebih cepat dan akibatnya, lebih sedikit nutrisi yang dapat diserap dalam proses tersebut.

Ketika kucing makan lebih banyak, mereka juga memproduksi lebih banyak kotoran dan tinja yang lebih asam. Ini menunjukkan bahwa makanan tidak dicerna dengan baik oleh tubuh mereka.

"Pada manusia, pH tinja yang rendah menunjukkan buruknya penyerapan karbohidrat dan lemak. Temuan kami berkorelasi dengan hal ini, karena berkurangnya pH tinja sejalan dengan asupan makanan yang lebih tinggi dan berkurangnya daya cerna," jelas Kelly Swanson.

4 dari 5 halaman

Perubahan Mikrobioma Usus Kucing

Para peneliti menemukan perbedaan dalam jenis mikroba yang ada di usus kucing sebelum dan setelah 18 minggu menerima makanan sepuasnya. Selain itu, waktu yang dibutuhkan makanan untuk melewati saluran pencernaan, dari saat makan hingga buang air besar, berkurang sekitar 25 persen seiring bertambahnya berat badan kucing.

Menurut Kelly Swanson, perubahan dalam waktu yang dibutuhkan makanan untuk melewati saluran pencernaan adalah temuan baru dan mungkin merupakan alasan dari perubahan mikroba di tinja kucing.

Ada perubahan tertentu dalam mikrobioma kucing yang diamati, yang berbeda dengan perubahan yang biasanya terlihat pada orang yang mengalami obesitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi situasi ini selain dari berat badan.

Memahami perubahan dalam metabolisme dan pencernaan yang terjadi akibat obesitas pada kucing dapat membantu dalam pencegahan dan penanganannya. Tim peneliti mengemukakan bahwa penelitian lebih lanjut dapat meneliti lebih mendalam tentang hubungan antara perubahan dalam mikrobioma usus dan kesehatan secara keseluruhan.

5 dari 5 halaman

Strategi Efektif dalam Mengelola Berat Badan Kucing

Bersama dengan peneliti lainnya, Swanson menunjukkan dalam studi terbaru bahwa membatasi jumlah makanan yang diberikan kepada kucing dapat membantu mereka menurunkan berat badan dan lemak secara aman.

Setelah studi peningkatan berat badan selesai, 11 kucing tersebut mengikuti diet yang terbatas, yang pada akhirnya membantu mereka kembali ke berat badan awal.

Selain memberikan makanan sesuai kebutuhan, peneliti menyarankan pemilik hewan peliharaan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental bersamaan dengan waktu makan. Misalnya, mereka dapat membagi makanan ke dalam porsi kecil yang ditempatkan di lokasi berbeda, melemparkan makanan untuk kucing agar mereka perlu bergerak, atau menggunakan teka-teki makanan.

Walaupun kucing terlihat cerdas dan lebih suka mandiri, tampaknya mereka juga bisa hidup lebih sehat dan bahagia dengan bantuan dan perhatian yang tepat dari kita.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Journal of Animal Science.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.