Liputan6.com, Paris - Pendiri merek fashion Jepang bernama Undercover, Jun Takahashi secara resmi meminta maaf setelah gaun ala terariumnya berisi kupu-kupu di dalamnya menuai kontroversi para aktivis hewan.
Permintaan maaf ini dikirimkan setelah kelompok hak asasi hewan PETA melayangkan kritik terhadap karya fashion (fesyen) warga Jepang tersebut.
Baca Juga
Dilansir CNN, Kamis (9/11/2023), desainer Jun Takahashi juga berjanji tidak akan pernah menampilkan hewan hidup lagi dalam desain miliknya.
Advertisement
Takahashi juga menyatakan penyesalannya atas keputusannya ini.
"Saya menyesal telah menjebak kupu-kupu yang bisa terbang bebas di langit," tulis Jun Takahashi dalam surat yang dibagikan kepada CNN pada hari Selasa.
Gaun "terarium" dari Undercover mencuri perhatian selama pertunjukan Spring-Summer 2024 di Paris Fashion Week yang digelar pada September 2023.
Sejumlah aktivitis hewan cemas mengenai kesejahteraan serangga bersayap tersebut yang dipakai dalam busana ini.
Dalam surat yang dilayangkan pada Oktober kepada Takahashi, PETA memberitahu bahwa kupu-kupu yang dipamerkan di depan umum "biasanya diambil dari alam atau diternakkan di peternakan."
Tak hanya itu mereka mengatakan banyak di antara hewan ini seringkali hancur atau mati saat dikirim selayaknya paket kargo yang dibungkus menggunakan amplop maupun kotak kecil.
"Banyak perencana pernikahan sekarang menghindari kupu-kupu di pesta pernikahan karena mereka (sering) tiba dalam keadaan mati, atau setengah mati," kata kelompok aktivis tersebut mengutip dari pernyataan Asosiasi Kupu-kupu Amerika Utara.
Klaim Takahashi Atas Keamanan Kupu-kupu Ini dan Tanggapan PETA
Sementara itu pada 17 Oktober, Takahashi membalas kritikan atas karya busananya tersebut dengan mengatakan dia ingin kupu-kupu di acaranya aman dan sehat.
Ia juga menegaskan bahwa ia dan timnya memastikan untuk memesan kupu-kupu dari peternak yang "etis" dan memberikan kondisi yang optimal untuk kesejahteraan serangga tersebut.
Selain itu, perancang busana ini menjelaskan bahwa tim mereka tak hanya memberikan nutrisi yang tepat, tapi juga menyediakan ruang yang cukup agar hewan cantik tersebut dapat bernapas dan terbang. Mereka juga menjaga agar suhu sesuai dengan tubuh kupu-kupu tersebut.
Meskipun demikian, dia mengakui bahwa ini adalah kesalahan, "Saya merasa bersalah, tetapi saya memutuskan untuk menambahkan kupu-kupu ke dalam gaun itu untuk kreasi saya sendiri."
Kupu-kupu ini dikabarkan telah dilepaskan di taman segera setelah pertunjukkan busana.
Namun, PETA mengatakan bahwa kupu-kupu yang sebelumnya dirawat di penangkaran akan "berjuang untuk menemukan sumber makanan, dan jarang bertahan hidup" di alam liar. Ditambahkan pula kupu-kupu ini dapat "menyebarkan penyakit ke populasi serangga lokal.”
Tak hanya itu, PETA melaporkan bahwa perwakilan mereka telah bertemu dengan Takahashi untuk "diskusi konstruktif," dan berterima kasih setelah menerima surat permintaan maaf dari pria asal Jepang tersebut.
Advertisement
Keputusan Takahashi Dipengaruhi Pengalaman Pribadi
Pemilihan kupu-kupu untuk dilibatkan dalam perancangan karya busana Takahashi tampaknya dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya di masa lalu.
Takahashi menulis dalam suratnya bahwa ketertarikannya pada kupu-kupu bermula dari pemakaman neneknya dua dekade silam.
"Saya pergi ke sungai terdekat, dan seekor kupu-kupu putih terbang melewatinya dan tidak meninggalkan saya," kenang Takahashi.
"Pengalaman ini membuat saya merasa sangat bahagia, berpikir bahwa nenek saya semakin dekat dengan saya," katanya lagi.
Dia juga berharap untuk dapat lebih baik kedepannya.
"Saya harap Anda menghargai niat baik kami dan jangan ragu untuk memberi tahu kami lebih banyak tentang topik ini karena kami ingin belajar berperilaku lebih baik," katanya kepada PETA
"Saya berdoa agar kupu-kupu datang ke sisi saya lagi," tandas Jun Takahashi.
Kontroversi seputar penggunaan hewan hidup dalam dunia fesyen bukanlah hal baru. Sebelumnya di Barneys yakni sebuah toserba atau toko serba ada di New York, menghentikan pajangan serangga hidup yakni kupu-kupu raja pada tahun 2018 setelah mendapat keluhan serupa dari PETA.
Tak hanya itu, topik mengenai etika perdagangan kulit, mohair, wol, kasmir, bulu halus, dan bulu juga sempat menjadi sorotan dalam kampanye yang dilakukan oleh organisasi hak-hak hewan.
Bawa Kotoran Jerapah untuk Bikin Kalung, Wanita di AS Ini Dicegat Petugas Bandara
Sementara di Amerika, seseorang menggunakan kotoran hewan untuk dirancang sebagai aksesoris kalung.
Seorang wanita dicegat oleh petugas Bea Cukai dan Patroli Perbatasan (CBP) di Bandara Minneapolis-Saint Paul, Amerika Serikat (AS). Gara-garanya ia kedapatan membawa kotoran jerapah di dalam sebuah kotak.
Dilansir NY Post, Minggu (8/10/2023), kotoran hewan yang disita oleh petugas bandara pada 29 September 2023 itu ternyata rencananya akan dijadikan kalung oleh wanita tersebut. Ia diketahui mendapatkannya sepulang dari Kenya, Afrika Selatan.
Temuan ini pun kemudian mendorong pemeriksaan oleh spesialis pertanian di bandara.
Wanita tersebut juga mengatakan kepada petugas CBP bahwa dia sebelumnya menggunakan kotoran rusa untuk membuat perhiasan di rumahnya di Iowa.
Petugas bandara kemudian mengatakan bahwa kotoran jerapah tersebut disita dan dihancurkan dengan sterilisasi uap sesuai protokol United States Department of Agriculture (USDA) atau badan pertanian AS.
"Ada bahaya nyata jika membawa kotoran ke AS," kata LaFonda D. Sutton-Burke, Direktur CBP, Operasi Lapangan-Kantor Lapangan Chicago.
"Jika orang ini memasuki AS dan tidak mengumumkan barang-barang tersebut, ada kemungkinan besar orang tersebut tertular penyakit dari perhiasan (kotoran) ini dan mengalami masalah kesehatan yang serius," sambung LaFonda D. Sutton-Burke.
Advertisement