Liputan6.com, New York City - Duta Besar Kerajaan Yordania di PBB mengungkap fakta memilukan yang terjadi di Gaza akibat perang Israel vs. Hamas. Baru sebulan, jumlah anak tewas di Gaza sudah melampaui anak yang tewas di Ukraina.
Dengan suara lantang, Dubes Mahmoud Hmoud membacakan data kematian rakyat Palestina akibat perang yang terjadi, meski ia berkata tidak ada niat untuk adu nasib.
Baca Juga
"Saya benci untuk membuat perbandingan dalam hal ini. Semua nyawa manusia itu penting. Rakyat Israel, Palestina, Ukraina," ujar Dubes Yordania Mahoud Hmoud seperti dilansir Middle East Monitor, Rabu (8/11/2023).
Advertisement
"Berapa banyak anak-anak terbunuh di perang Ukraina selama 20 bulan? 600. Berapa banyak anak-anak Palestina yang terbunuh kurang dari empat pekan? 3.700. Apa ini bisa diterima?" kata Dubes Yornida.
Ia pun dengan menyesal kembali melakukan perbandingan rakyat sipil Ukrainya yang tewas selama invasi Rusia. Jumlahnya ada 9.600 orang rakyat sipil Ukraina yang tewas.
"9.300 rakyat Palestina tewas dalam 20 hari. Rakyat sipil. Ini keterlaluan! Dan ini harus berhenti," tegas Dubes Yordania.
Yordania merupakan salah satu negara yang sangat dekat dengan Palestina secara politik. Ratu Yordania Rania juga lantang berbicara di media-media Barat untuk menolak aksi Israel di Gaza.
Israel Klaim Telah Mencapai Jantung Kota Gaza, Kembali Desak Warga Palestina Mengungsi ke Selatan
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengaku bahwa pasukannya beroperasi di jantung Kota Gaza dan memberikan tekanan besar pada Hamas. Militer Israel didukung tank hingga insinyur militer.
Gallant mengklaim bahwa militer Israel menghancurkan infrastruktur Hamas dan berhasil mengisolasi Yahya Sinwar -komandan Hamas yan menurut Israel ikut merencanakan serangan pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan setidaknya 1.400 orang- di bunkernya.
Operasi darat Israel telah berlangsung selama lebih dari sepekan disertai dengan serangan udara dahsyat, yang menurut otoritas kesehatan Gaza telah menewaskan 10.328 warga Palestina, di mana 4.237 di antaranya adalah anak-anak. Demikian dikutip The Guardian, Rabu (8/11).
Pada Selasa (7/11), seperti dilansir BBC, serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 23 orang di Kota Rafah dan Khan Younis.
Media Palestina melaporkan pada Selasa bahwa setidaknya dua bangunan tempat tinggal di pusat Kota Deir al-Balah hancur akibat serangan udara Israel. Jumlah korban belum jelas. Kantor berita Palestina, Wafa, mengutip para saksi mengatakan bahwa puluhan orang tewas atau terluka dalam serangan itu.
Sementara itu sayap militer Hamas mengungkapkan pihaknya terus menembakkan roket ke kota-kota Israel. Tim BBC di Tel Aviv melaporkan ledakan keras di langit kota ketika sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome, mencegat roket tersebut.
Juru bicara Hamas Ghazi Hamad pada Selasa membantah bahwa pasukan Israel meraih keuntungan militer signifikan atau bahwa mereka telah merangsek jauh ke Kota Gaza.
"Mereka tidak pernah memberikan kebenaran kepada masyarakat," tutur Hamad dikutip dari AP, seraya menambahkan bahwa banyak tentara Israel tewas pada Senin dan banyak pula tank hancur.
"Rakyat Palestina berjuang dan berperang melawan Israel, sampai kita mengakhiri pendudukannya."
Advertisement
Mengungsi ke Selatan
Sementara serangan udaranya terus berlanjut, Israel mendesak warga Gaza mengungsi ke selatan demi keselamatan mereka sendiri. Namun, otoritas Gaza yang dikuasai Hamas pada Selasa seperti dilansir kantor berita Anadolu mengatakan bahwa sekitar 900.000 warga Palestina masih berada di Kota Gaza dan utara Gaza.
Populasi Kota Gaza dan sekitarnya menghadapi kondisi kehidupan yang sangat mengerikan akibat blokade Israel yang berlangsung sejak tahun 2006.
"Meskipun pembantaian yang dilakukan pendudukan terkonsentrasi di Kota Gaza dan Gaza utara dan adanya perang psikologis yang memaksa warga meninggalkan rumah mereka, pendudukan tidak mampu mencapai tujuannya untuk menggusur orang," kata pejabat otoritas Gaza Iyad al-Buzm.
"Jumlah pusat penampungan di kota-kota di Jalur Gaza telah mencapai 225, dengan 97 di antaranya berada di Kota Gaza dan Gaza Utara, menampung 311.000 pengungsi."
Al-Buzm juga menuturkan, "Pusat perlindungan di Kota Gaza dan Gaza Utara terletak di 87 sekolah, sembilan rumah sakit dan satu gereja di mana orang-orang mencari perlindungan untuk menghindari pengeboman tetapi juga masih menjadi sasaran."
Â
Mencari Tempat yang Aman
Mengenai kondisi kehidupan yang menantang, Al-Buzm mengatakan semua toko roti tidak dapat beroperasi karena serangan langsung Israel dan tidak tersedianya bahan bakar dan tepung, sehingga menimbulkan potensi bencana yang serius.
"Orang-orang terpaksa minum air yang terkontaminasi karena blokade Israel yang memutus pasokan air ke Kota Gaza dan Gaza Utara," tutur dia.
"Tidak ada bantuan yang sampai ke warga di Kota Gaza dan Gaza Utara selama 32 hari terakhir, dan tidak ada pasokan yang dikirim ke pusat penampungan atau daerah pemukiman."
Al-Buzm menegaskan bahwa jalur aman bagi pengungsi yang digembar-gemborkan Israel adalah sebuah kebohongan dan telah berubah menjadi koridor kematian menyusul serangan yang mereka lakukan.
"Kami memperingatkan bahwa pendudukan akan melakukan pembantaian dan tekanan psikologis untuk memaksa masyarakat Kota Gaza dan Gaza Utara meninggalkan rumah mereka. Ke mana mereka akan pergi?
Tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza dan wilayah selatan tidak dapat menampung semua orang yang dikepung."
Advertisement